Bab 7.

7.2K 654 17
                                    


Drrt

Drrt


From: Luca
Bang, bisa tolong jemput Luca? Sekaliiii aja. Janji ini yang pertama dan terakhir.

Fran mengabaikan pesan tersebut. Kembali memasukkan ponsel ke dalam saku lalu berjalan keluar kamarnya dengan santai. Namun, begitu melihat pintu kamar Luca terbuka, Fran jadi penasaran. Entah apa yang mendorongnya, ia pun masuk ke sana dengan langkah gamang.

"Tempat tidur macam apa ini?" Fran mengedarkan pandangan. Meneliti tiap dinding usang ruangan kecil itu dengan perasaan getir.

Selama hidup di mansion megah ini, Fran tak pernah sekalipun menginjakkan kaki di kamar Luca. Dari kecil, hubungan mereka sudah tidak dekat. Fran yang berwatak kelewat cuek dan dingin itu tak pernah tertarik mencampuri hidup orang lain, termasuk 'adiknya' Luca.

Jadi, meski ia tau Luca kerap mendapat perlakuan kasar dari kedua orang tua dan para adiknya, Fran tak banyak peduli. Bukan karena benci. Bukan pula karena tak sayang. Fran hanya merasa... itu akan membuang-buang waktunya saja. Lagipula bukan kah Luca sudah dewasa? Biarkan saja dia mengurus masalahnya sendiri. Toh, Fran juga tak pernah ikut-ikutan menyiksa Luca seperti yang lainnya.

"Mm? Ini semua catatannya?" Melihat-lihat meja belajar dan rak buku Luca, Fran sedikit terheran. Ia sudah dengar tentang kemampuan akademik Luca yang tak sama seperti dirinya dan adiknya yang lain. Tapi melihat bernyaknya catatan rumus dan lembaran rangkuman di sana, bagaimana bisa nilai anak itu tetap di bawah angka 5?

Drrrt ... drrttt ....

From: Luca
Aku mohon, bang. Cukup kali ini saja.

Fran mendesah. Lagi-lagi Luca mengiriminya pesan. Mengapa hari ini anak itu seolah menerornya? Membuat dirinya yang biasa tak peduli jadi berubah seperti ini. Bahkan, lihat lah di mana dirinya sekarang? Ya, di kamar Luca!

"Astagaaa." Fran mengurut pelipis. Merutuki kebodohannya. Namun tanpa sengaja, ia melihat sesuatu yang mematik rasa ingin tahunya.

Sebuah amplop medis.

Fran segera mengambil amplop itu, membukanya, lalu membacanya dengan degup jantung yang kian cepat seiring fakta-fakta tentang Luca terungkap.

Depresi akut dan MADD (Mixed Anxiety and Depressive Disorder)

"J-jadi ini yang membuatmu kesulitan belajar?" Fran bergumam dengan perasaan tertampar. Apalagi ketika mendapati kartu donor organ atas nama Luca Calmero serta catatan anak itu yang mengatakan ia ingin mengakhiri hidupnya.

.... diakhir hidupku, aku ingin mendapat sedikit perhatian dari keluargaku. Setidaknya dari bang Fran saja, itu sudah cukup.

Setetes liquid lolos dari pelupuk mata Fran. Sesak, sesak sekali rasanya membaca kalimat terakhir dalam catatan pilu Luca.

Fran lantas bergegas mengecek kembali pesan dari Luca.

Bang, bisa tolong jemput Luca? Sekaliiii aja. Janji ini yang pertama dan terakhir.

"Luca ..." Fran menatap nanar layar ponselnya. Mulai mengerti maksud dari pesan Luca. "Tidak, tidak ... apa yang kau pikirkan, Luca?!" Fran mengerang frustasi. Dia segera keluar dari kamar Luca dan membawa mobilnya. Ia bergegas pergi dari mansion untuk menjemput Luca. Dia... dia harus mengetahui kebenaran tentang apa yang ia baca barusan.

Dipertengahan jalan, jantung Fran sama sekali tak tenang. Bukan hanya tangannya, bahkan seluruh tubuhnya kini bergetar hingga mengeluarkan keringat dingin. Ia sangat shock.

Sulung - END [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang