Bab 18.

4.9K 509 46
                                    


"Tidak!! Tidak mungkin!!" Gio mengerang frustrasi. Dia menangis, tidak bisa berkata-kata. Ingatan kelam dan pahit dari masa lalu Fran muncul dengan jelas, seolah mencerna sebuah kejadian tragis sejak dia memasuki tubuh Francesco Carmelo.

"Kenapa?" Pertanyaan itu terus bergema di hati, benak, dan mulutnya. Fakta mengejutkan yang dia temukan dalam mimpinya terlalu sulit untuk dipercaya. Rahasia di balik perlakuan keluarga, sifat Luca, dan penyakit yang selama ini menjadi misteri kini terkuak dalam satu mimpi. Tentang betapa rapuhnya keluarga Carmelo.

Satu mimpi yang berhasil membuat semuanya terbuka secara perlahan. Memori dan kenangan menyakitkan dari sejarah keluarga Carmelo. Belasan tahun silam penuh dengan kisah kebencian dan konflik dalam keluarga mereka.

Keegoisan, kekejaman, tanpa ampun, dan tidak pandang bulu adalah kedok yang digunakan keluarga Carmelo untuk menyembunyikan kerapuhan mereka yang setipis kaca, mudah hancur.

" Enggak! Tuhan, aku mau kembali." Gio berseru, memegang dadanya kuat. Selama ini dia sudah berusaha keras. Menemukan titik balik dari derita orang-orang di sekitarnya. Menetapkan apa yang dia tahu sebagai kebenaran, hanya untuk dihadapkan dengan kenyataan pahit yang jauh berbeda dari apa yang dia percayai.

Akan tetapi, apakah dengan kembali ia masih bisa hidup dengan lega setelah berbagai fakta yang diketahuinya? Sisi manusiawinya jelas tak akan diam.

Kejadian mengerikan yang diperlihatkan dalam mimpinya adalah sesuatu yang tidak pernah dan tidak akan Gio ingin alami sendiri. Kenapa dia harus menggantikan Fran? Kenapa dia harus bertemu Antonio waktu itu? Kenapa dia harus menanggung trauma Fran? Kenapa?

Wajah tampan Antonio ketika tersenyum berubah menjadi wajah ketakutan penuh keputusasaan. Paras cantik Salva dan senyumnya yang mengembang tergantikan oleh raut frustasi dan kehilangan. Kedua orang yang paling menyayangi seluruh putra-putrinya tampak begitu berbeda dalam mimpi Gio. Keluarga Carmelo yang hangat dan harmonis itu berubah menjadi bayangan kelam dalam mimpi tersebut.

Sementara itu, Salva berjalan tergesa-gesa menuju kamar Gio setelah mendengar kabar dari Rafa dan Kavin. Ia sungguh khawatir akan keadaan Gio. Ketika tiba di sana, dia melihat Gio duduk di tempat tidur, tampak lelah namun sadar sepenuhnya. Tanpa ragu, Salva segera mendekat dan memeluk Gio erat-erat, air mata seketika mengalir deras di wajahnya.

"Fran..." Salva tidak bisa berkata-kata, hanya memeluk putranya dengan erat. Dia menangis, merasakan betapa berat beban yang harus ditanggung oleh sulungnya akibat trauma di masa lalu.

"Maaf, maafkan Mommy yang saat itu tidak becus menjagamu." Salva semakin menutup matanya, merasakan sakit yang begitu dalam di hatinya. Sebagai seorang ibu, dia selalu berusaha menjadi kuat dan tegar, menunjukkan ketegasan dan keberanian agar keluarganya tidak lagi ditindas seperti dulu. Dia marah pada takdir yang begitu kejam, yang telah mengharuskan anak-anaknya mengalami penderitaan yang begitu besar. Bahkan, harus merelakan salah satu anaknya meregang nyawa.

"Mom, aku baik-baik saja," kata Gio pelan, mencoba menenangkan Salva.

Salva melepaskan pelukan dan menatap wajah Gio dengan mata yang masih basah oleh air mata. "Mommy sangat khawatir, Fran. Mommy tidak menyangka traumamu masih seberat ini. Mommy kira, selama ini kamu sudah sembuh. Ternyata ... ternyata kamu hanya memendamnya sendiri. Kenapa tidak pernah bercerita ke Mommy?"

"Mom ..."

"Kenapa kamu bersikap dingin dan sok kuat di depan kami? Maafkan Mommy, ini semua salah Mommy ..."

Wanita itu mengingat masa-masa sulit ketika mereka berjuang untuk melindungi keluarga mereka dari bahaya dan kekejaman dunia bisnis, khususnya dari kecaman 'keluarga itu'. Salva berusaha keras untuk menjadi pelindung, memastikan bahwa tidak ada yang berani menyakiti putra-putrinya lagi. Namun kenyataan bahwa Fran, putra sulungnya, masih menyimpan trauma yang begitu mendalam, menghancurkan hatinya.

Sulung - END [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang