"Dimana aku?" Luca tiba-tiba mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang remang-remang dan suram. Ia berjalan tanpa arah, mencari jalan keluar dari tempat yang membuatnya merasa tak nyaman.
Tiba disebuah ruangan lain, ia mencium bau darah. Di detik berikutnya, suara jeritan mendadak memenuhi udara. Ia melihat sekelompok orang dengan wajah yang samar --akibat minim cahaya, melakukan pembantaian sadis terhadap beberapa orang yang tidak bisa ia kenali.
Jantung Luca kontan berdegup kencang saat beberapa orang saling menodongkan pistol. Ia ingin berteriak, ingin menghentikan kejadian itu, tetapi suaranya tidak keluar. Tubuhnya terasa aneh, seolah-olah sengaja dipatri untuk menyaksikan semua ini. Ia berusaha melangkah maju, dan akhirnya berhasil.
Luca mencoba menyentuh salah satu pelaku, menariknya menjauh namun tangannya menembus tubuh orang tersebut. Luca tersentak, menyadari bahwa tubuhnya tembus pandang.
"A-apa yang terjadi padaku???"
Di tengah kekacauan itu, pandangan Luca beralih tertuju pada seorang anak kecil yang berada di sudut ruangan. Anak itu tampak ketakutan, menangis tanpa suara. Ketika Luca mendekat, ia terkejut melihat bahwa anak kecil itu adalah dirinya sendiri, dalam versi balita. Luca kecil memandang dengan mata yang penuh teror, namun juga dengan tatapan yang tajam dan gelap.
Dengan kengerian yang semakin mendalam, Luca melihat versi kecil dirinya bergerak mendekati seorang balita lain.
"Berhentilah menangis, kau berisik!" Lalu tanpa peringatan, Luca kecil meraih leher balita itu dan mencekiknya kuat.
"Jangan!" Luca dewasa berusaha menghentikan, tetapi sia-sia. Suaranya tidak keluar.
Sementara di sana, mata balita itu terbelalak ketakutan, tangan-tangannya meronta-ronta dalam usaha sia-sia untuk melepaskan cengkeraman Luca kecil.
Luca dewasa tetap mencoba berteriak, mencoba menghentikan tindakan mengerikan itu, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun. Ia hanya bisa menyaksikan, tidak berdaya, ketika balita yang dicekik oleh dirinya yang kecil itu perlahan kehilangan nyawanya.
Rasa takut, penyesalan, dan kebingungan melanda Luca. Ia ingin melerai, ingin menghentikan semuanya, namun tubuhnya tetap tidak nyata, tetap tak bisa berbuat apa-apa.
Luca menutup mata, tidak sanggup melihat lebih lama lagi. Saat ia membuka mata, kegelapan dan kengerian itu tiba-tiba menghilang. Ia terbangun dengan teriakan tertahan, tubuhnya basah oleh keringat dan napasnya terengah-engah. Kamar tidurnya yang gelap terasa jauh lebih aman dibandingkan mimpi mengerikan yang baru saja ia alami.
Butuh beberapa detik bagi Luca untuk menyadari bahwa itu hanya mimpi. Ia mengusap wajahnya dengan tangan gemetar, mencoba menenangkan diri. "Itu cuma mimpi," bisiknya pada dirinya sendiri, berusaha meyakinkan hatinya yang masih berdebar-debar.
'Kau yakin itu hanya mimpi?'
Sebuah suara menyapa indra pendengarnya. Luca sontak menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari siapa yang berbicara.
'Kau manusia bodoh!'
Luca semakin mengernyit kan dahi.
'Dengan pandangan jelas seperti itu, kau masih tidak mengerti.'
"S-siapa kau?!" Luca tidak tau siapa yang telah berbicara dengannya. Dia sungguh takut. Dia baru saja bermimpi buruk, dimana terlihat dia seperti membunuh bayi lain.
'Seharusnya kau mati saja, biarkan aku yang menggantikan makhluk bodoh sepertimu!!'
Luca menutup kedua telinganya. Ia menggeleng ribut. "Pergi! Pergi! Jangan menggangguku!" Racaunya
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulung - END [ Terbit ]
Teen FictionColaboration with @Khofifah11092000 Jangan salah lapak.. Beberapa karya dihapus untuk kepentingan penerbit. Giovanni, pemuda sederhana dengan pemikiran sederhana. Giovanni merupakan seseorang dengan pribadi yang mudah berteman dengan siapapun. Dia...