Max membungkuk hormat ketika Antonio datang. "Selamat datang tuan."
Dor!
Max terduduk kaku, dia meringis sakit ketika Antonio tak segan menembak kakinya. Wajah dingin mengintimidasi serta tak pandang bulu Antonio membuat Max berkeringat dingin. Sejak dulu, mantan tuannya itu memang seperti itu.
"Setelah berkhianat, mudahnya kau menyapaku dengan riang?" ujar Antonio. Suaranya rendah hingga terdengar seperti bisikan namun tetap membuat Max bergetar takut.
"Apa aku terlihat gampangan huh?" Antonio mendekat, lalu menendang luka Max hingga Max berteriak kesakitan.
Dahulu, Max memanglah anak buah Reinhard. Dia berhutang nyawa pada keluarga itu sehingga sangat setia. Max tak bisa menolak ketika Luca memintannya untuk membantu.
Antonio menatapnya dengan tatapan dingin. "Kau sudah membuat pilihan, Max. Dan sekarang, kau harus menanggung konsekuensinya." Lalu tanpa pikir panjang, Antonio menembak tepat di dada kanan Max.
Sementara itu, di dalam markas, pertempuran semakin sengit. Pasukan Antonio dengan cepat menguasai area, melumpuhkan pengawal-pengawal Luca satu per satu. Suara tembakan dan pukulan bertubi-tubi terdengar.
Luca berdiri di samping Gio yang masih terbaring dengan rantai yang mengikat. Mereka masih di dalam kamar. Ruangan markas paling belakang dan tersembunyi. "Kau dengar, Bang? Mereka datang untuk memisahkan kita. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Ayo pergi dari sini bersamaku."
Luca segera melepas semua rantai yang membelenggu Gio, lalu memapahnya dibantu oleh Vernon. Salah satu bawahan terpecaya miliknya setelah Max. "Kita harus bergegas."
Mereka pun beranjak pergi, tetapi kalah cepat dengan Antonio yang sudah menghancurkan pintu masuk. Semua bawahan Antonio pun berlari mengejar keduanya.
Karena posisi Vernon dan Luca membawa Gio, mereka harus tertangkap sebelum bisa melarikan diri.
Para orang suruhan Antonio lekas mengepung, melingkari Luca dan Vernon, menutup seluruh jalur yang dapat memberi celah mereka kabur.
Antonio menyeruak diantara pasukannya. Melangkah mendekat pada Luca untuk mengambil sulungnya. Wajahnya makin menggelap. Putranya terlihat sangat lemah di sana. Entah apa saja yang sudah dilakukan Luca pada Gio. "Lepaskan putraku!"
Merasa terpojok, dengan gesit, Luca menggunakan lengan kirinya untuk menarik Gio dengan kasar sementara tangan kanannya mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke kepala Gio. "Jangan mendekat, Dadd! Atau aku akan menembaknya!" ancam Luca dengan begitu langang.
Melihat itu, kemarahan Antonio meledak. "Jangan macam-macam Luca."
Pria itu tetap terus mendekat, mengacuhkan ancaman Luca. Membuat Luca semakin berani mendekatkan pistolnya.
"Luca.. Kau tau? Bahwa, aku bisa membunuhmu kapan pun aku mau." Antonio terkekeh kecil. Walau dia khawatir pada sulungnya, tetapi dia tak boleh gentar dihadapan musuh gampangan seperti Luca.
Luca tertawa remeh. "Silahkan saja, jika daddy tidak sayang pada dia!"
"Bocah ingusan!" Maki Antonio, dia mengangkat pistol menembak tepat di tengah-tengah Luca dan Gio. Menghancurkan pistol milik Luca dan membuat Gio terlepas dari rengkuhan Luca. Terjerembab ke lantai sebab sebelumnya, pemuda itu sudah tak sadarkan diri karena kembali dicekoki obat-obatan oleh Luca.
Melalui kode halus dari Antonio, Rico segera mengambil alih Gio. Ia bawa Tuan muda malangnya itu menjauh dari sana. Ia tau, sulung Calmero ini memiliki trauma akut dengan suara tembakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulung - END [ Terbit ]
Teen FictionColaboration with @Khofifah11092000 Jangan salah lapak.. Beberapa karya dihapus untuk kepentingan penerbit. Giovanni, pemuda sederhana dengan pemikiran sederhana. Giovanni merupakan seseorang dengan pribadi yang mudah berteman dengan siapapun. Dia...