Bab 27.

5K 468 48
                                    



"Pasien dikondisi kritis. Saya belum yakin tentang ini, namun kondisi pasien cukup buruk. Ada masalah pada organ dalam pasien. Dari otak, jantung dan paru-paru, semuanya tidak normal. Saya meyakini jika pasien terkena racun mematikan yang sifatnya menyebar secara perlahan." Dokter menjelaskan kondisi Gio dengan serius.

Ditemukan sel-sel ganas tak dikenali yang bermetasis cukup pesat, menimbulkan masalah aneh pada tubuh Gio. Padahal, berdasarkan riwayat check up kesehatan yang rutin Salva lakukan pada putra putrinya, Fran tidak pernah memiliki riwayat penyakit. Tetapi organ dalam sulung Calmero tersebut terekam medis perlahan rusak seolah ada sesuatu menggerogoti.

"Racun?" Rasanya, Salva tidak mampu menapak bumi saat itu juga. Mendengar penjelasan dokter membuat bisikan-bisikan menakutkan memenuhi batinnya.

"Ya nyonya.. Racun ini sangat ganas." Dokter tak bertanya tentang dari mana pasiennya mendapatkan racun. Tentu dia tau siapa pasiennya, sulung keluarga Calmero. Keluarga yang memiliki musuh banyak entah itu dari kalangan bisnis adapun lainnya.

"Saya akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, namun bisa saya pastikan jika racun tersebut ada melalui obat yang sebelumnya pasien konsumsi."

Mimpi buruk bagi Calmero. Kabar tersebut bagai belati tajam yang mengiris-iris hati mereka. Antonio memukul dinding menyalurkan sedikit kefrustasiannya. Salva membekap mulut tak percaya. Sementara yang lainnya, mematung dengan mulut terbuka setengah, tercengang luar biasa.

Mendekati Antonio, Pria berkas putih dengan stetoskop menggantung di leher itu pun berkata. "Tuan, saya perlu mendiskusikan ini secara lanjut, mari keruangan saya." Ajaknya, hendak membicarakan dan memastikan kondisi sulung Calmero lebih intens.

Mengangguk pelan, Antonio melirik istrinya. "Rose tenangkan mommymu. Daddy akan ke ruang dokter." Pesannya pada Rose yang berada di sampingnya.

Rose mengangguk, sebagai yang paling tua dari pada anak-anak, ia harus berusaha lebih kuat untuk menguatkan yang lainnya. Termasuk Salva. Dia tau betul sehancur apa perasaan Salva sekarang.

"Fran... Semoga keinginan mami tersampaikan ke dalam bawah sadarmu. Bangun nak, mami hancur melihatmu seperti ini. Sulung mommy, kebanggaan mommy." Monolog Salva. Mengusap kaca kecil di pintu ICU dengan tangisan pilu. Rose segera mendekapnya, mengusap punggung Salva yang bergetar tak karuan.

"Mommy..." panggilan Rose tercekat.

Mereka lantas melonggarkan pelukan. Bersama melihat presensi Gio yang terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang menempel ditubuhnya. Pemandangan yang sangat menyakitkan bagi mereka.

Salva memegang kuat lengan Rose sebagai bentuk pengalihan. Kenangan pahitnya dahulu seketika terputar. Namun sungguh, dia tidak ingin merasakan perasaan hancurnya ditinggalkan buah hati untuk yang kedua kali.

"Putraku Rose..." Salva benar-benar meratapi kesedihannya.

"Mommy, jangan seperti ini. Fran akan sedih. Ayo duduk, mommy minum dan istirahat sejenak."

"Tapi Rose... di dalam sana, Fran pasti kesakitan. Tapi Mommy tidak bisa melakukan apa-apa untuknya. Mommy... Mommy takut dia pergi meninggalkan kita." Salva memukul-mukul dadanya yang sesak. Mendongak menatap Rose dengan tatapan yang tak setajam biasanya. Setelah puluhan tahun terlewati, Rose akhirnya melihat tatapan itu lagi, tatapan... keputusaan Salva.

Cepat-cepat menggeleng, Rose berusaha tersenyum menguatkan. "Fran akan baik-baik saja mom. Percaya padanya..." Ujarnya, lebih seperti doa.

Sementara itu, Vio yang sedari tadi memperhatikan dan mendengar Salva, lekas beranjak pergi. Sungguh, dia sudah tak sanggup lagi. Dia butuh menenangkan diri. Sedih sekali rasanya.

Sulung - END [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang