Bab 10.

7.7K 584 25
                                    


Gio sudah turun untuk sarapan. Dia juga sudah segar dan terlihat tampan dengan pakaian kasualnya. Kenapa tidak ke kantor? Salva melarang. Ibu Fran itu berkata jika dia bisa bekerja dari rumah. Salva masih khawatir tentang keadaan putranya yang masih sedikit mengkhawatirkan.

"SAMPAI KAPAN ANAK ITU BERHENTI MEMPERMALUKANKU!!"

Gio terlihat kaget, jika saja dia tak memegang pegangan tangga erat, mungkin dia bisa saja jatuh dan menemui Tuhan lebih cepat.  Mengelus dada, detakan jantungnya begitu cepat. Untung saja Gio tidak memiliki penyakit jantung.

Gio segera mempercepat langkahnya, di meja makan terlihat kacau. Suasana begitu Sudan karena Antonio mengamuk. Terdapat sebuah surat di tangan ayah Fran tersebut. Salva pun terlihat tak bersahabat.

"Daddy ada apa?" Gio mendekat. Kedatangannya seketika membuat beberapa pasang mata tertuju padanya. Gio gugup, terima kasih pada sikap Fran. Dia tidak perlu khawatir menampilkan wajah gugup.

"Anak sialan itu mempermalukan daddy Fran. Lihat ini!" jawab Antonio dan memperlihatkan surat panggilan orang tua dari sekolah.

"Hm? Kenapa sampai di panggil? Apalah Luca berbuat masalah?" Gio bertanya, akan tetapi itu mustahil. Luca sepertinya bukan tipe yang mudah memancing emosi orang lain. Ataukah adiknya itu memiliki kasus pembullyan, lalu si pembully memutar balikkan fakta.

"Apa lagi kalau bukan seperti tahun kemarin." Bukan Antonio melainkan Ale yang menjawab. Dia menyadari kebingungan abangnya.

"Tahun kemarin?" Gio bingung. Sungguh, memangnya panggilan orang tua harus setiap tahun.

Salva menghela nafas pelan. Dia menyuruh Gio duduk ditempat lalu menjelaskan. "Setiap tahun guru disekolah akan mengirim kita surat panggilan orang tua atas nama anak bodoh itu."

"Untuk mengkonsultasikan nilai Luca?"

"Apalagi jika bukan."

Gio berdecak, sedetik kemudian ia berdiri dan dengan mantab berujar. "Biar aku saja."

Sontak, Antonio, Salva dan Ale menatap nyalang.

"Jangan mempermalukan dirimu sendiri, Fran!" Salva lekas memperingati.

"Tidak mom. Aku akan menceramahi anak itu. Sepertinya dia perlu bimbingan dariku. Jika terus terusan dibiarkan, kita sendiri yang akan menanggung malu entah sampai kapan. Kita harus merubahnya."

"Fran!" Antonio mencoba mengingatkan ketidaksukaannya pada Fran yang selalu ikut campur masalah Luca.

"Dad, biarkan sekali ini saja. Aku akan bertindak dengan tegas. percaya padaku."

Antonio memalingkan wajah. Matanya memejam sesaat menahan marah. Dengan satu hela nafas, ia pun turut bangkit, menepuk pundak sang sulung lalu merematnya seiring peringatan kembali ia layangkan.

"Ingat, kau harus tegas. Jangan lemah hanya karena belas kasihan."

Lalu..

Disinilah Gio berada. Duduk di sofa ruangan kepala sekolah. Berhadapan dengan kepala sekolah dan guru konseling, dengan Luca yang berada disebelahnya.

Sekitar satu jam mereka membicarakan Luca. Lalu setelahnya Fran membawa Luca menuju mobil untuk bicara empat mata. Dia memandang lurus tepat pada manik Luca.

"Luca, kita ke rumah sakit ya?"

Luca mengernyit. "Mau ngapain bang? Abang sakit?" Lihat wajah khawatir itu. Betapa lembut hati adiknya. Kenapa malaikat seperti Luca harus ada di tengah-tengah iblis seperti keluarganya.

Sulung - END [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang