Bab 11.

5.9K 538 43
                                    


Sementara Gio bersenda gurau bersama Rafa. Luca, menatap pemandangan itu iri. Keharmonisan keluarga yang terlihat ketika, kedua orang tua serta saudaranya tertawa lepas. Luca hanya bisa memandang dari jauh tanpa bisa mendekat apalagi berada di tengah-tengah mereka.

Luca juga melihat jika saudara sulungnya juga tampak bahagia. Namun ia tak bisa marah, karena abangnya telah berubah, saudaranya juga berlaku lembut padanya. Anak tertua Carmelo itu hanya bersikap adil.

Tetapi entah kenapa Luca kesal. Dia marah dan merasa cemburu ketika Gio meninggalkan dirinya tanpa menoleh. Lalu tertawa bahagia disana sementara dia harus menahan sesak di dada. Menghimpit tak memperbolehkan dia bernapas lega.

Sudah puas merayakan Ale, Antonio mengganti topik. Melempar tanya pada Gio dengan ekspresi berubah drastis.

"Bagaimana hasilnya?" Tanyanya membuat suasana hening seketika.

Gio sedikit melebarkan mata. Ah benar, dia melupakan Luca. Lantas ia pun menengok ke belakang. Menemukan Luca yang berdiri kaku di sana, dengan tangan memegangi tali tas kuat-kuat.

Gio lekas kembali menoleh pada sang Daddy. Meneguk ludah sebelum kemudian menjawab dengan gamang. "Nilai Luca belum ada peningkatan. Guru konseling menduga ada kaitannya dengan kondisi psikologis Luca yang kurang stabil."

"Cih, benar-benar memalukan. Udah bodoh, gangguan mental lagi! Aaaa Mommy, Ale maluu..." Sahut Ale, memegangi lengan Salva dengan rengekan.

"Apalagi sekarang? Anak itu memiliki penyakit mental?!" Antonio berdiri dan berjalan kearah Luca. Menyeret anak itu untuk berdiri di tengah-tengah mereka.

Luca bergetar ketakutan. Tangan kekar ayahnya itu mencengkram kuat lengan kecilnya. "D-Dad maaf."

"Kau selalu mengecewakanku Luca! Kau dengar kan? Putriku memberikan kabar membanggakan. Dan kau hanya selalu memberikan kami kabar kekecewaan!" Antonio marah besar.

Tubuh Luca bergetar hebat, dia mengatakan maaf berkali-kali pada Antonio. Sedangkan mereka yang berada disana hanya duduk dengan ekpresi menghina Luca.

Rafa memeluk Gio. Seakan kali ini dia tak ingin saudara tertuanya itu kembali menolong Luca. Dia tak mau kalah dari orang memalukan seperti Luca itulah pikirnya.

Gio menganga tak percaya akan respon keluarga. Ini bukan respon yang dia kira, harusnya mereka lakukan sesuatu ketika mendengar salah satu keluarga mereka sakit.

"Dad!" pekik Gio. Dia sontak berdiri saat Antonio akan menampar Luca. "Apa yang ingin daddy lakukan!" Dia menarik tangan Antonio.

"Luca butuh pengobatan, bukan kekerasan!!

"Akh!"

Belum sempat mendengar jawaban Antonio. Gio menoleh ke belakang. Matanya membulat ketika Rafa terjatuh. Dia sontak kembali, dan meliihat jika kening Rafa mengeluarkan sedikit darah.

"Ya Tuhan Rafa!!" pekik Gio. Dia sungguh panik. Apalagi Rafa menangis dan bersedu sakit. Tanpa banyak kata dia membawa Rafa kedalam pelukannya.

Salva dan Ale menyeringai. Bungsu mereka itu licik. Lihat itu, Rafa mengkode mereka karena rencana liciknya membuahkan hasil.

Sebelumnya, karena posisi Rafa dipelukan Gio, ketika Gio berdiri dan menghalangi Antonio, Rafa segera menghantamkan dirinya  sendiri untuk jatuh ke lantai dan menabrakkan kepala ke ujung meja.

"Sakit, Abang ..." Keluh Rafa.

Salva berakting panik. Turut mengecek kening Rafa bersama Gio. "Bawa adikmu ke kamar dan obati dia, Fran." Perintah Salva.

Sulung - END [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang