"Astaga Luca!! " Gio panik saat dia sampai di kamar Luca, dia melihat pemuda itu terjatuh dari ranjang. Langkah lebarnya dia bawa menuju Luca.
Membantu pemuda berwajah pucat itu bangkit dan kembali ke tempat tidur. "Luca, mana yang sakit? Wajahmu pucat sekali!" Gio khawatir. Sebagai manusia realistis, sisi kemanusiaannya lebih tinggi dari pada egonya.
"B-bang Fran?" Sejujurnya, Luca tidak percaya akan keberadaan abang sulungnya, terlebih... Membantunya dan mengangkat tubuhnya. Mungkin dia berhalusinasi, abang sulungnya tak akan menampilkan raut wajah khawatir.
"Luca tunggu disini, abang ambil air hangat dulu!"
Setelah mengatakan hal itu, Gio berlari keluar. Secara gesit mengambil sebaskom air hangat dan handuk yang ia pinta dari maid. Mengatakan jika dia butuh untuk mengusap bekas lukanya.
"Luca, tenang saja. Abang akan mengurusmu," kata Gio semakin membuat Luca kebingungan.
Namun ketika Gio mulai mengulurkan tangannya untuk memeriksa kening Luca, tanpa di duga, anak itu buru-buru menghindar. "J-jangan..."
Gio tersentak. Luca seperti ketakuan padanya. "Kenapa Luca? Aku hanya ingin mengecek demam mu."
Luca yang semula menutupi wajahnya, perlahan menurunkan tangan. "B-benarkah? A-abang tidak akan memukulku?" Cicitnya.
Hati Gio mencelos. Luca pasti sering mendapat pukulan sampai setakut ini pada Abangnya sendiri. Oh astaga Fran... apa yang sebenarnya sudah dilalui oleh adik laki-lakimu ini?
Maka dari itu, Gio tersenyum teduh. "Jangan takut, Luca."
Perlahan, Gio mengusap wajah pucat Luca dengan handuk hangatnya. Sesekali ia berdesis ngilu melihat lebam-lebam di sekitar pipi dan bibir Luca. "Bukan kah ini sakit, Luca?"
Luca menggeleng. "Emm Bang, maaf ...." Katanya, membuat Gio mengerutkan kening.
"Hm? Untuk apa?"
"Gara-gara Luca, Abang jadi kecelakaan."
Gio mengernyit tak paham. "Gara-gara kau? Kenapa bisa?"
Luca menghela nafas, dia memang sudah mendengar dari Bi Shonya kalau saudaranya ini kehilangan ingatan. Maka dengan sadar, dia menceritakan kejadian sebelum kecelakaan terjadi.
Gio terkekeh pelan. Dia mengelus rambut Luca. "Itu bukan salahmu. Mungkin abang hanya sedang sial saja. Lebih dari itu, Abang penasaran kenapa saat itu abang mau menjemputmu?"
Luca merapatkan bibir, ia menunduk dengan bola mata bergerak gelisah. "A-abang belum ingat?"
Gio menggeleng pelan. ia ragu apa ingatannya benar atau salah. Sebelum berangkat menjemput Luca ia ingat menemukan beberapa lembar kertas. Entah apa isinya, tetapi Gio merasa itu sangat mengguncang kewarasan Fran.
Gio menghembuskan nafas berat, lambat laun dia akan mengetahui kebenaran tentang apa yang telah dilihat oleh Fran.
"Biarkan saja, nanti abang akan tau sendiri." Gio juga tak berniat bertanya pada Luca. Dilihat dari kondisinya, Luca tak akan memberitahunya.
Mengangkat wadah dan handuk bekas mengkompres Luca. Gio berdiri, dia harus segera pergi sebelum seseorang tau jika dia berada dikamar Luca bahkan merawatnya.
Secara garis besar Gio tau perlakuan yang diberikan pada Luca begitu berbeda. Tetapi dua tetap tak mengerti mengapa Luca harus mendapatkan hal itu.
Yang paling membuat Gio bingung, mengapa setiap kali dia berdekatan dengan Luca. Keluarganya bersikap seakan dia melakukan kesalahan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulung - END [ Terbit ]
Fiksi RemajaColaboration with @Khofifah11092000 Jangan salah lapak.. Beberapa karya dihapus untuk kepentingan penerbit. Giovanni, pemuda sederhana dengan pemikiran sederhana. Giovanni merupakan seseorang dengan pribadi yang mudah berteman dengan siapapun. Dia...