Hari-hari berlalu, namun tidak ada yang berubah dari kehidupan Luca. Semua masih sama. Setiap detik, seolah takdir memang senang sekali mempermainkan kebahagiannya.
Luca kira, dengan Fran yang mulai memperhatikannya, akan ada secuil kesempatan ia diterima keluarga. Tetapi Luca salah. Bukan diterima, ia malah semakin disiksa. Seperti saat Fran membelanya di depan Rafa beberapa hari lalu, Luca berakhir mendekam digudang semalaman.
Namun, bolehkah Luca tetap keras kepala? Luca ingin Fran selalu berada di dekatnya. Menyayanginya dan membela Luca seterusnya.
Meski konsekuensinya, siksaan pedih dari Salvatera.
"Tuhan ... tak bisakah Kau kabulkan saja? Aku sungguh cukup walau hanya Bang Fran yang menyayangiku. Sungguh."
Saat ini Luca sedang duduk di teras belakang, bergumam-gumam sendirian sembari sibuk merapikan beberapa tanaman di pot kecil yang ada di hadapannya.
"Uhm, tentu saja tidak akan dikabulkan. Aku berdoa di tempat yang salah," terkekeh pelan, Luca bermonolog lagi.
"Aishh, kenapa kau payah sekali sih!" Luca sebal. Tangannya tiba-tiba terasa lemah saat hendak memindahkan pot. Mungkin efek sering terkena pukulan. Memar keunguan di kulit cerahnya saja masih terlihat jelas.
"Biar abang bantu."
Luca terkejut. "O-oh, Bang Fran... tidak usah, aku bisa sendiri."
Gio yang tadinya sedang berkeliling mansion, jadi segera menghampiri Luca saat melihat adiknya itu kesusahan.
Menggeleng pelan, Gio mengambil alih pot dari tangan Luca. "Tidak apa-apa, Luca. Abang senang bisa membantumu."
Luca hanya bisa tersenyum tipis. Meskipun ia sangat senang karena Fran lagi-lagi memperdulikannya, dia masih merasa canggung dengan perhatian yang mendadak ini. Selama ini, Fran selalu bersikap keras dan dingin padanya. Namun sekarang, ada sesuatu yang berbeda.
Selesai dengan pekerjaan merapikan tanaman --yang merupakan hukuman dari Salva, Luca kembali belajar. Gio memperhatikan Luca kini sibuk berkutat dengan buku-buku.
"Apa kau selalu seperti ini?"
Luca menghentikan kegiatan menulisnya, ia mengangkat kepala. "Mm?" Gumamnya tak mengerti.
"Abang lihat kau selalu belajar."
Tertawa miris, Luca menjawab. "Benar kan, aku selalu belajar. Tapi abang tahu? Aku tetap saja bodoh."
"Tugas ini diberikan Mis Reina sejak kemarin, tetapi aku belum juga berhasil menjawab."
Gio menipiskan bibir. "Berikan tugasmu," perintahnya.
"Ha?"
"Biar abang bantu mengerjakan."
Luca nyaris saja berteriak girang.
Gio mengerjakannya sembari berdiri. Luca sudah memintanya untuk duduk, tetapi Gio menolak. Mungkin karena otak encer Fran dan dirinya, tugas milik Luca ia kerjakan tanpa susah. "Selesai." Gio menggeser buku Luca kehadapan anak itu.
Luca berdecak kagum, padahal dia begitu sulit mengerjakannya. Tetapi abangnya begitu cekatan tanpa melihat rumus atau membolak-balik buku paket didepan sebagai Clue tugasnya.
"Wah cepat banget. Luca aja kesulitan," seru Luca. Mengangkat bukunya dan memeriksa semua jawaban Gio. Dia tidak tau apakah semuanya benar, tetapi Luca cukup yakin jika dia akan mendapatkan nilai tinggi.
Gio tersenyum, dia mengusak rambut Luca. "Suatu saat kamu juga akan cepat mengerjakan pr mu."
Bibir Luca mengerucut. "Pasti! Luca akan selalu berusaha! " Tekadnya. Mengepalkan tangan dan ia angkat ke udara. Dia akan menjadi pintar agar tidak selalu merepotkan. Kedua orang tuanya akan bangga dan dia akan disayang oleh saudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulung - END [ Terbit ]
Teen FictionColaboration with @Khofifah11092000 Jangan salah lapak.. Beberapa karya dihapus untuk kepentingan penerbit. Giovanni, pemuda sederhana dengan pemikiran sederhana. Giovanni merupakan seseorang dengan pribadi yang mudah berteman dengan siapapun. Dia...