Gio mondar mandir di depan pintu. Dia harap-harap cemas menunggu kepulangan adiknya yang sudah di jemput oleh supir keluarga. Keluarganya juga sudah stay di ruang keluarga. Jangan pikir mereka nunggu Luca, karena mereka sedang menunggu kedua ponakannya.
"Fran, sedang apa kau disini."
Gio sontak mengalihkan perhatian dan menatap seorang gadis cantik. "Apakah mereka bidadari dari langit?" tentu dia bergumam dalam hati. Meski paras dari kedua wanita itu membuatnya terpana, namun tatapan mereka seolah bisa menembus tubuhnya kapan saja.
"Kau tidak membalas ucapanku, Fran." Gio terkesiap, gadis tadi mencengkram rahang miliknya, mendekatkan wajah hingga Gio bisa melihat mata setajam elang itu berkilat marah.
"Oh, ah. Itu, A-aku sedang menunggu Luca." Hey, dia ini Gio bukan Fran. Jika ditatap seperti itu dia takut. Apalagi ketika dia selesai berkata. Gadis itu melenggang menarik dirinya kedalam tanpa bisa dia bereaksi diikuti oleh gadis lainnya.
Antonio dan Salva yang sedang mengobrol pun menatap ketiganya. Fran sontak melepas tangan si gadis dan beranjak menuju Antonio. Agak ngeri dia, lihat itu.. Bahkan tatapan itu tetap tajam.
"Rose, Vio. Kalian datang?" Salva berdiri, dia mendekati keduanya.
"Tentu. Jika berkaitan dengan Fran, kami tidak bisa untuk tetap diam." Kata Rose, menyentuh pipi tampan milik Fran.
Bulu kuduk Gio seketika meremang. Entah kenapa, wanita cantik di depannya itu sangat menakutkan tiap kali berbicara dan menatapnya. Gio jadi makin merapat ke Antonio. Seolah meminta perlindungan.
Namun Rose menarik Gio mendekat. Antonio berdiri karena lirikan Salva. Tetapi ujung bajunya di tarik oleh putra sulungnya. "Hm?"
"D-Dad kita harus mengerjakan laporan data jam 10 nanti kan? Ayo kita ke ruang kerjaku."
Terkekeh kecil, Antonio mengerti maksud sang sulung. Dari dulu memang Fran tidak terlalu suka dengan sikap overprotective Rose dan Vio. Tetapi biasanya Fran akan melempar tatapan tajam, menegaskan ia risih disentuh-sentuh mereka. Tetapi lihat lah sekarang. Entah kenapa sulungnya berubah jadi seperti ini.
Tapi tidak apa. Antonio suka ketika Fran terlihat mengandalkannya.
"Baik lah, kita ke ruang kerjamu. Selagi menunggu mommymu berbicara dengan gadis gadis itu."
Gio lekas mengangguk semangat. Ia dengan cepat menarik Antonio dan mengajak Daddynya itu bergegas pergi.
Rose dan Vio memandang heran pada Fran.
Salva yang mengerti segera memberikan penjelasan. "Kalian merasa aneh?" Tanyanya tersenyum miring menatap punggung putra sulungnya yang menjauh.
"Iya. Dimana Fran yang ketus itu?" Kata Rose.
"Juga, tatapan tajamnya?" Lanjut Vio.
Salva seketika menggelap kan wajah. "Ini semua karena Luca. Entah apa yang dilakukan anak sialan itu pada putraku. Fran berubah setelah siuman dari kecelakaan yang menimpanya__"
"APA?!" Rose dan Vio kompak terkejut.
Salva pun menceritakan kronologi kecelakaan Fran yang melibatkan Luca. Sepanjang cerita, Rose dan Vio mengetatkan rahang menahan amarah.
"Bahkan tadi anak sialan itu berani menampar Fran," pungkas Salva mengakhiri cerita.
"Sialan. Bukankah ini sudah waktunya kita membunuhnya, Mom?" Rose meninggikan suara. Dia bahkan sampai berdiri. Mengepalkan tangan kuat karena gejolak amarah.
"Jangan terburu-buru Rose."
"Mommy benar. Dia harus tersiksa hingga sampai dimana kita puas dan membuangnya." Vio menyahut. Matanya di penuhi kilat kebencian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulung - END [ Terbit ]
Roman pour AdolescentsColaboration with @Khofifah11092000 Jangan salah lapak.. Beberapa karya dihapus untuk kepentingan penerbit. Giovanni, pemuda sederhana dengan pemikiran sederhana. Giovanni merupakan seseorang dengan pribadi yang mudah berteman dengan siapapun. Dia...