Bab 22.

4.4K 468 46
                                    


Luca meremas buku catatannya kuat. Tertawa hambar dengan netra terpaku pada remukan kertas di depannya. Menurutnya, itu tak jauh berbeda dengan hatinya sekarang, yang sudah hancur remuk tak karuan. Tapi ia tak selemah itu sekarang. Ia akan membuat mereka yang sudah menyakitinya menyesal.

Sedetik kemudian, tawanya kian menggema. Menoleh ke samping, pada bayangan dirinya yang terpantul di cermin.

"Luca Luca ... kau bodoh sekali. Untuk apa kau berniat mengakhiri hidupmu?" Monolognya. Teringat kalimat putus asa yang baru saja ia baca di buku catatannya sendiri.

"Sudah ku katakan dari dulu. Sekeras apapun kau berusaha, kau tidak akan pernah dianggap oleh mereka. Karena sejak awal, kau memang bukanlah bagian dari mereka. Menurutmu, apa jika kau bunuh diri lantas mereka semua akan menyesal? Merasa kehilangan saja tidak! Kenapa kau begitu naif?" Luca berdecih. Ia saja benci dengan dirinya sendiri --sisi lainnya yang berkepribadian lemah.

"Dengar! Mulai sekarang, biar aku saja yang berada di sini. Akan kuajarkan padamu, bagaimana cara supaya mereka bisa menyesal."

Semua ini bermula saat keluarga kandungnya, yakni Reinhard bekerja sama dengan Keluarga Calmero. Mereka partner politik dan bisnis yang sangat kompeten. Lama kelamaan hubungan kedua keluarga itu semakin erat. Bukan hanya jalinan politik dan bisnis yang menyatukan mereka, akan tetapi ikatan yang selayaknya keluarga juga menjadi alasan. Mereka sudah saling percaya satu sama lain.

Reinhard merupakan keluarga yang penuh ambisi, dingin, dan kejam, terlebih kedua orang tua Luca. Menyebabkan Luca kecil kerap kali ditinggal di mansion Calmero dengan alasan ada urusan bisnis. Sementara Calmero sendiri, merupakan keluarga yang hangat sejak dahulu.

Saking seringnya bergabung bersama Calmero, Luca mendoktrin dirinya sendiri bahwa ia adalah bagian dari mereka. Dari dulu ia juga sudah memanggil Antonio dan Salvatera dengan sebutan Mommy. Sampai-sampai, ia merasa berhak mendapat cinta dan kasih sayang dari Antonio, Salvatera dan Fran setara dengan Lio --anak kedua Antonio dan Salva, adik kandung Fran, serta teman sebayanya kala itu.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Luca memiliki ambisi yang tinggi dan memiliki sisi dingin yang kejam sama seperti keluarganya. Ia selalu berusaha mendapat perhatian dari Calmero. Karena jujur, ia menyayangi keluarga itu dengan tulus. Terutama Fran. Ia sangat menganggumi pemuda itu.

Anak tunggal yang sering ditinggal sepertinya tentu saja mengidamkan sosok Fran. Bagaimana tidak? Fran sangat memperhatikan Lio. Sering bermain dan menjaga anak itu. Luca juga menginginkan sosok Fran ada di hidupnya.

Maka, ia tak pernah menyukai Lio yang selalu mudah mendapat perhatian Fran. Ia tak pernah segan main tangan dengan teman sebayanya itu saat Fran lebih memilih bermain bersama Lio dibanding dirinya.

Lalu, ketika Reinhard berkhianat, melakukan pembantaian pada Calmero akibat perebutan hak kekuasaan. Sisi lain Luca semakin kuat terbentuk. Ia benci suara pertengkaran dan letupan tembakan bertubi-tubi di depan sana. Tetapi suara Lio yang menangis ketakutan, ternyata lebih tak disukainya. Tanpa pikir panjang, Luca yang padahal belum genap berumur 5 tahun, sudah berani mencekik dan membunuh Lio karena dirasa mengusik ketenangannya. Lio berisik, dan dia ingin anak itu diam.

Luca tak pernah menyesal melakukan itu. Karena baginya, kematian Lio membawa keberuntungan. Sebab setelahnya, ia diangkat anak oleh Antonio dan Salva. Membuat Fran bisa menjadi Abangnya sepenuhnya.

Namun nyatanya Luca salah, Fran bahkan tidak sehangat ketika bersama Lio. Fran juga menjadi pribadi pendiam dan bahkan acuh pada sekitar terutama padanya. Dimulai dari sana, kehidupan Luca berubah. Yang pada mulanya mendapatkan perlakuan hangat malah berbanding balik.

Sering kali dia diperlakukan kasar secara tidak manusiawi. Apalagi ketika Antonio dan Salva tau jika Luca lah yang membunuh Lio. Seharusnya Lio aman bersama suami Shonya waktu itu. Tetapi suami Shonya tertembak hingga tersisa Luca kecil bersama Lio.

Luca dan kepribadiannya sering berganti. Ketika itu terjadi, Luca tidak akan ingat hal apa saja yang telah dilakukan oleh sisi lainnya. Entah itu ketika meracuni Salva saat wanita itu mengandung Alessandria berujung saudara Rico yang kena imbas.

Atau ketika memberikan obat tidur didalam dot bayi Rafa sebab mengingatkannya ketika bayi Lio menangis.

Bahkan setelah belasan tahun lamanya, walau Luca mendapatkan siksaan, Fran sama sekali tidak berpaling padanya. Sampai Luca memutuskan bunuh diri karena tak sanggup akibat diabaikan oleh Fran, bukan karena derita yang dia dapat.

Karena faktanya, sejak dulu.. Luca mendambakan kasih sayang saudara tertua, bukan sosok orang tua. Alasan Luca memilih untuk bunuh diri karena menyerah atas tindakan Fran yang tetap acuh. Kala itu, Luca meminta Fran menjemputnya, sebagai tanda jika dia ingin bersama Fran terakhir kalinya.

Tetapi kabar yang ia dapat malah sebaliknya, Fran malah kecelakaan mengakibatkan kehilangan ingatan. Sejak saat itu Luca senang, karena Fran yang sudah diisi jiwa Gio perhatian padanya. Sisi lain Luca pun sama senangnya.

Lalu ketika Fran mulai kembali berpaling, Luca marah. Sejak dulu, dia bertahan karena Fran. Luca tidak peduli pada sakit karena siksaan oleh Carmelo, Luca peduli pada sakit ketika dia diabaikan oleh Fran.

Sisi baik Luca menentangnya. Luca berpikir jika dia membutuhkan kasih sayang orang tua. Merasa sakit hati dan sedih ketika dia diacuhkan oleh keluarga. Padahal kebenarannya, hanya karena Fran.

Semua tentang Fran, Fran, Fran, Francesco Calmero. Menjadi jawaban kegilaan Luca. Ke obsesian Luca pada Fran sudah ada sejak dulu. Darah lebih kental dari air... dan Luca, merupakan keturunan Reinhard yang gila penuh obsesi.

Luca menghembuskan nafas. Menggeleng beberapa kali untuk mengenyahkan ingatan-ingatannya tentang masa lalu. Pikirannya kini tertuju pada Fran. "Apa perlu ku tes sekali lagi? Jika tetap seperti ini, maka aku benar-benar akan melakukan rencana itu."


***

Luca terseret paksa oleh tangan kokoh Antonio, dibawa melewati lorong-lorong gelap menuju gudang di belakang mansion Calmero. Langkah kaki Antonio berat dan penuh amarah, sementara Luca hanya menunduk, mengikuti dengan ekspresi datar yang kontras dengan senyum kecil yang menghiasi bibirnya.

Tadi Abangnya di sana. Melihatnya dengan ekspresi datar. Membiarkannya diseret Antonio tanpa berkata apa-apa.

"Kurasa dia memang sudah tak peduli padaku," gumam Luca lirih, diakhiri kekehan. Baiklah, jika ia saja tak dipedulikan, maka orang lain pun jangan harap.

Setibanya di gudang, Antonio mendorong Luca dengan kasar hingga terjatuh. "Dasar anak sialan!" Hardiknya. Pintu besar di belakang mereka tertutup dengan dentuman keras, memantulkan gema yang menyeramkan di ruangan kosong itu. Cahaya redup dari satu-satunya lampu menggantung membuat bayangan Antonio terlihat lebih besar dan menakutkan.

"Apa yang kau pikirkan? Berkelahi di sekolah dan membuat masalah lagi? Kau tahu berapa banyak masalah yang sudah kau buat?!" Suara Antonio mengeras, penuh kemarahan.

Luca memandang Antonio dengan tatapan kosong. "Bukankah itu menyenangkan, Dadd?"

Antonio mengernyit tak mengerti. Ia meraih kerah baju Luca dan menariknya hingga berdiri, lalu melemparkan pukulan keras ke wajahnya. Luca terhuyung ke belakang, darah mengalir dari sudut bibirnya, tapi senyumnya tetap tak hilang.

"Jangan berani-berani memanggilku Daddy lagi! Kau hanya pembawa sial bagi keluarga ini!" teriak Antonio sambil melayangkan pukulan lagi, kali ini menghantam perut Luca yang membuatnya jatuh berlutut.

Luca terbatuk, merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya. Namun, di balik rasa sakit itu, ada kebahagiaan yang aneh. Ia menikmati setiap pukulan, setiap rasa sakit yang diberikan oleh Antonio. Karena itu hanya membuatnya semakin yakin dengan rencananya.

Beberapa menit terlewati setelah Antonio pergi, namun tak ada sosok Shonya maupun Rico datang. Kedua orang itu biasanya selalu hadir ketika dia selesai disiksa. Namun kali ini berbeda.

Batuknya belum usai. "Sial, kenapa tubuh ini begitu lemah!" Luca merilekskan tubuh, dia menutup kedua mata untuk menetralisir rasa sakit.

Tangannya terkepal erat. "Lihat saja nanti," desisnya berserta tatapan tajam penuh dendam.






To be continued...

Sulung - END [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang