01

598 29 4
                                    

Hanya sebuah kisah tentang keluarga kami. ~ Mahendra brothers.
.
.
.
.
.

Pagi hari di kediaman Keluarga Mahendra...

"Abang, minta tolong jemput kakak ya di rumah Tante Nisa. Banyak belanjaan yang Bunda minta tadi," suara satu-satunya wanita di keluarga Mahendra terdengar dari arah dapur. Dapat dilihat Buna, begitulah panggilan untuk ras terkuat di keluarga Mahendra, sedang membuat sebuah adonan roti.

"Iya Bun, memangnya tadi kakak tidak bawa motor?" Suara sahutan terdengar memasuki area dapur.  Dengan membawa sebuah gelas berisikan air putih, ia berjalan ke arah sang buna yang tengah membuat adonan.

Sambil menoleh ke arah sumber suara Buna berucap, "Tidak. Motornya tadi di bawa sama ayah." Kemudian Buna mulai membersihkan beberapa adonan kue yang menempel di meja dapur.

Setelah menaruh gelas kotor di wastafel, ia pun kembali ke arah sang buna. "Hm, ya sudah. Abang berangkat dulu ya Bun," ucapnya, lalu mencium tangan sang Buna.

"Hati-hati ya bang, jangan ngebut. Belanjaan banyak. Kasihan juga kakak sudah nunggu lama di sana," nasehat sang Buna sambil memasang wajah khawatir khasnya.

"Iya Buna, Abang hati-hati kok," kalimat ini pun menjadi akhir dari perbincangan itu sebelum akhirnya sang anak keluar menuju tempat yang dimaksud.

.
.
.

Dari kejauhan terlihat seorang pemuda tengah memakan sesuatu dengan banyak kantung keresek di sekitarnya. Pemuda itu terlihat asyik dengan makanan yang tengah ia konsumsi sambil memainkan ponsel di tangan kirinya. 

Sebuah motor berwarna hitam mendekat ke arah pemuda itu. Masih asyik dengan makanan dan ponselnya, pemuda itu pun tidak menyadari kedatangan seseorang. 

"Kak? Maaf lama nunggu," tegur sang pengendara motor setelah tepat berada di samping pemuda itu berdiri. 

"Hm.... Kok Abang yang jemput? Mas ke mana bang?" dengan sedikit terkejut, ia pun menutup ponselnya dan menghabiskan makanan yang masih tersisa.

"Mas tadi disuruh ayah buat nyusul, lama nggak nunggunya?" jawaban itu membuat sang pemuda yang di panggil kakak itu pun menganggukkan dan memakan potongan makanan terakhir.

"Ohhhh, nggak kok. Nih taruh depan. Yang keresek merah biar aku bawa aja. Cepat bang, Buna udah nunggu nih," ucapnya sambil menyerahkan 3 kantung keresek besar untuk diletakkan di depan motor. kemudian sang kakak langsung berjalan ke belakang dan duduk di atas jok motor belakang. 

Sepanjang perjalanan banyak obrolan yang mereka kumandangkan. Berbagai jenis gosip paling hots diutarakan oleh kakak kepada Abang, walau hanya ditanggapi seadanya.

Satu fakta yang harus diketahui, kakak itu suka sekali bergosip jika sudah berkumpul dengan ibu-ibu kompleks. Dan rutinitas pagi hari kakak, memang selalu bergosip dengan dalih berbelanja.

Sesampainya di halaman rumah, Buna sudah menunggu sambil mengamati adik menyiram tanaman. "Akhirnya datang juga, tidak ada yang kurang kan kak?" Tanya bunda sambil berjalan ke arah motor yang baru sampai itu.

"Sudah aman semua Buna. Hanya saja untuk ikannya kurang, jadi kata mang Nurdin akan diantar nanti sore," balas kakak sambil turun dari motor.

Mahendra BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang