09

270 26 2
                                    

Hanya sekedar kisah keluarga kami. ~Mahendra brothers.
.
.
.
.

Hari Sabtu yang cerah tiba di kompleks perumahan Raya Jiwa. Langit biru tanpa awan mengiringi semangat warga yang bersiap untuk festival kecil-kecilan yang akan digelar di taman kompleks. Aroma rumput segar bercampur dengan harum makanan yang sudah mulai dimasak di stan-stan membuat suasana semakin meriah.

Taman kompleks yang biasanya tidak terlalu ramai kini berubah menjadi pusat keramaian. Warga mulai berdatangan, berjalan santai sambil menikmati pameran seni yang dipajang di sepanjang jalan setapak. Kanvas-kanvas berisi lukisan penuh warna, patung-patung dari berbagai bahan, hingga kerajinan tangan hasil karya anak-anak sekolah dasar, semuanya dipamerkan dengan bangga.

Di sudut lain taman, panggung kecil berdiri kokoh. Berbagai band lokal bersiap menghibur dengan musik-musik mereka. Di sekitar panggung, stan-stan makanan mulai beroperasi, menawarkan berbagai hidangan dari makanan tradisional hingga jajanan modern. Ada juga stan-stan yang menjual aksesoris unik, perhiasan, dan barang-barang kerajinan.

Di salah satu rumah di kompleks tersebut, keluarga Mahendra sedang sibuk mempersiapkan diri. Mereka adalah bagian dari salah satu band yang akan tampil hari itu. Di ruang tamu yang penuh dengan peralatan musik, Natta, tengah memeriksa gitar listriknya.

“Na, tolong cek mic-nya juga ya. Jangan sampai ada masalah saat tampil nanti,” kata Aka, sambil mengelap Gitar yang akan digunakannya.

Natta mengangguk, "Semua sudah dicek. Gimana lagunya? Aman?”

Aka tersenyum, “Jadi. Sesuai dengan latihan kemarin. Kita tinggal bawa peralatan ini ke taman.”

Di lantai atas, kamar milik Ghana dan Chandra. Ghana kini tengah didandani oleh Aruna, sang Buna.

“Buna. Ghana sudah tampan?" Celetuk Ghana sambil melihat dirinya dipantualan kaca.

"Sudah sayang. Anak Buna sudah keren dan lucu," balas Aruna dengan sedikit merapikan tatanan rambut sang putra.

"Em.... Tampan Buna. Bukan lucu. Ghana ingin seperti Abang!" Gerutu Ghana.

"Iya sayang. Buna minta maaf ya. Ghana sudah keren dan tampan seperti Abang Natta dan Mas Aka."

"Xixixixixixixixixi, terima kasih Buna. Ghana memang tampan," suara cekikikan Ghana mengisi ruangan.

"Sudah. Ayo turun. Abang dan Mas sudah menunggu Ghana di bawah," kata Aruna.

"Em... Ayo Buna," balas Ghana.

Mereka pun segera turun ke bawah. Di sana nampak bagaimana Natta dan Aka yang tengah memasukkan gitar ke dalam tasnya. Serta Riga yang tengah mengotak-atik kamera miliknya. Ada pula Chandra yang tengah membawa microphone. Di depan rumah, sebuah mobil sudah menunggu untuk mengangkut peralatan mereka ke taman.

"Sudah selesai?" Suara itu berasal dari Sagara. Sagara tengah berdiri di depan pintu rumah menatap ke arah dalam.

"Sudah mas," balas Aruna lembut.

"Sudah Ayah," balas Chandra.

"Hm.... Ayo. Jangan lupa masukkan barang-barangnya," Sagara segera pergi menuju mobil. Membuka bagasi belakang untuk menaruh segala barang yang akan dibawa.

Kini semuanya telah siap. Barang telah dimasukkan, dan semua anggota keluarga telah duduk di kursi Penumpang.

"Let's go Ayah! Kita berangkat ke taman," suara itu berasal dari Chandra.

Sagara kemudian melajukan mobil ke arah tempat tujuan. Dengan diiring lagu dan obrolan di sepanjang jalan. Suasana mobil keluarga Mahendra itu tidak pernah sepi.

Mahendra BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang