05

433 39 1
                                    

Hanya sekedar kisah keluarga kami. ~Mahendra Brothers
.
.
.
.

Pada pagi hari, suasana jalanan yang padat kendaraan biasanya dipenuhi dengan berbagai macam kendaraan yang bergerak perlahan. Mobil-mobil berjejer rapat, terkadang hampir bersentuhan bumpernya, sementara sepeda motor meliuk-liuk mencari celah di antara kendaraan yang lebih besar. Bus dan angkutan umum lain berusaha masuk ke jalur mereka, mengangkut penumpang yang hendak berangkat kerja atau sekolah.

Klakson kendaraan sering kali berbunyi, menambah kebisingan yang sudah cukup tinggi dari deru mesin dan suara orang berbicara atau berteriak. Asap knalpot bercampur dengan udara pagi, menciptakan suasana yang agak pengap dan berdebu. Pejalan kaki terlihat tergesa-gesa menyusuri trotoar, menghindari kendaraan yang melintas di depan mereka.

Di bawah lampu lalu lintas yang berwarna merah, Ghana dan Natta tengah berbincang sambil menunggu perubahan warna lampu menjadi hijau. Di atas motor sport hitam itu keduanya asyik bersenda gurau. 

"Abang. Ghana mau jajan," ucap Ghana setelah melihat beberapa toko yang mulai buka di sepanjang pinggir jalan.

"Adek mau apa?" Balas Natta sambil memelankan kecepatan motornya.

"Emmmm, Ghana mau bubur, pastel, donat sama em..... susu Abang. Yang di depan," tunjuk Ghana ke arah salah satu penjual. Natta yang mengerti kemudian menepi dan turun ke arah penjual tersebut untuk membelikan apa yang Ghana inginkan. Kemudian kembali ke arah motornya yang di mana Ghana masih nangkring di atasnya. 

"Ini, taruh di tas. Supaya tidak jatuh," hal itu seperti perintah bagi Ghana yang tentu langsung ia laksanakan. 

"Terima kasih Abang," seru Ghana kemudian.

Motor milik Natta kembali membelah jalanan menuju ke sekolah karena sebentar lagi bel akan berbunyi. Sampai di sekolah, keduanya lalu turun dan berjalan ke arah kelas. Natta tentu harus mengantarkan Ghana ke arah kelas terlebih dahulu.

Setelah sampai di depan pintu kelas Ghana dan Chandra. Natta kemudian memegang pundak Ghana agar menatap ke arahnya. "Adek sekarang masuk. Jajannya dibagi dua dengan Chandra. Jika Chandra ada yang tidak mau, bisa Adek makan sendiri ya. Abang mau ke kelas dulu," ucap Natta.

"Oke Abang. Ghana nanti bagi," balas Ghana sambil tersenyum.

"Ya sudah. Ghana masuk, Abang pergi dulu," balas Natta sambil mengusap rambut Ghana gemas.

"Makasih Abang. Hati-hati," ucap Ghana yang kemudian berlari masuk untuk menemui Chandra.

Setelah memastikan Ghana masuk, kini Natta mulai berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya sendiri. 

.

.

.

.

Waktu istirahat tiba, suasana langsung berubah menjadi riuh dan penuh aktivitas. Siswa-siswa bergegas keluar dari kelas, beberapa berlari kecil menuju kantin, sementara yang lain berkumpul di lapangan atau di bawah pohon besar yang teduh. Suara tawa, obrolan, dan canda memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang hidup dan dinamis. 

Natta kini telah berada di depan kelas Ghana dan Chandra, Mengajak keduanya ke kantin untuk makan. Chandra awalnya ingin bergabung dengan keduanya namun ia urungkan dan memilih pergi bersama dengan teman-temannya. 

"Chandra ikut teman-teman, bang. Boleh?" Tanya Chandra sambil menatap ke arah sang kakak.

"Hm, jangan lupa makan!" Balas Natta sambil menatap ke arah Chandra dan teman-temannya. Chandra yang melihat itu pun kemudian menganggukkan kepalnya kemudian pergi lebih dulu bersama yang lainnya.

Mahendra BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang