Hanya sebuah kisah tentang keluarga kami. ~Mahendra Brothers.
.
.
.
.Malam hari di kediaman Mahendra mulai sepi dengan lampu-lampu yang sudah dimatikan. Keheningan menyelimuti rumah, hanya suara lembut kipas angin yang berputar mengisi udara. Di luar, bulan bersinar redup, memberikan cahaya samar yang masuk melalui celah-celah jendela, menciptakan bayangan tipis di dinding.
Di dalam kamar Riga, suasana semakin tenang. Hanya ada suara ketikan dari keyboard laptop Riga dan suara permainan online yang dimainkan Aka. Keduanya tenggelam dalam kegiatan masing-masing, menciptakan suasana hening yang nyaman. Pintu kamar terbuka kembali dengan suara pelan.
"Kak, Natta masuk ya? Mas?" Suara itu datang bersamaan dengan masuknya Natta ke dalam kamar.
"Iya. Ada apa lagi?" Tanya Riga sambil menutup layar laptopnya.
"Tidak apa-apa, seperti biasa aja," balas Natta sambil berjalan ke arah kasur Riga yang kini diisi Aka.
"Tumben, Mas. Biasanya tidak," kata Natta sambil rebahan di kasur Riga.
"Lagi bosan di kamar, jadi ke sini. Sekalian mau nebeng besok," jelas Aka yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Atta.
Riga, sebagai pemilik kamar, berjalan ke arah kedua saudaranya setelah mematikan lampu kamarnya. "Kalian mau tidur di sini? Atau nanti akan kembali ke kamar masing-masing?" Tanya Riga sambil rebahan di sisi tengah kasur. Hanya bagian itu yang kosong sekarang.
"Em, sini aja. Natta malas balik," sahut Natta sambil menyamankan posisi.
"Mas juga. Mager balik kamar. Lagi pula kapan lagi Mas bisa tidur bareng sama kalian," balas Aka sambil menaruh ponselnya di meja sebelah kasur Riga.
"Ya, terserah kalian berdua saja," balas Riga sambil menarik selimut untuk menghangatkan dirinya.
Aka dan Natta pun juga memakai selimut itu. Mereka mulai mengobrol tentang berbagai hal, dari yang serius hingga obrolan random yang semakin malam semakin aneh saja.
"Adek, menurut kalian lebih baik Mas ambil atau tidak ya?" Tanya Aka setelah sekian lama mengobrol.
"Mas sudah yakin? Tidak ada hal yang mengganjal?" Tanya Riga memastikan.
"Kalau memang ingin, ambil saja. Kesempatan tidak datang dua kali, Mas," balas Natta sambil melihat ke arah kedua kakaknya.
"Mas sebenarnya serius dan sangat ingin. Hanya saja Mas masih belum berani bilang kepada Buna dan Ayah," terang Aka sambil menatap ke arah langit-langit kamar.
"Perlu Natta bantu?" Kali ini Natta benar-benar memandang ke arah kakak pertamanya itu. Wajah sang kakak terlihat sedikit berubah.
"Riga juga siap bantu, Mas. Jangan terlalu dipikirkan. Di sini ada Riga yang siap bantu, Natta juga kan?" Ucapan dari Riga mampu membuat Aka melihat ke arah kedua adiknya.
"Hm, benar kata Kakak. Mas jangan merasa sendirian. Bagikan ke kita jika Mas butuh," imbuh Natta.
Aka yang mendengar dukungan dari kedua adiknya pun tersenyum dan merentangkan kedua tangannya untuk memeluk mereka. Gumaman terima kasih terus meluncur keluar dari mulut si sulung.
Obrolan itu kini terhenti, digantikan oleh sunyinya malam yang dihiasi suara dengkuran halus dari ketiga sulung Mahendra. Dengan selimut yang menutup badan ketiganya, lampu yang sengaja dimatikan, dan kipas angin yang dihidupkan untuk mengurangi gerah, mereka pun terlelap dalam kebersamaan yang hangat.
Keesokan paginya, sinar matahari yang menyelinap masuk melalui celah-celah tirai menghangatkan kamar Riga. Ketiga saudara itu masih terlelap, saling bersandar satu sama lain di bawah selimut yang menyelimuti mereka. Perlahan-lahan, Riga membuka matanya dan melihat ke arah jam dinding. Masih ada waktu sebelum mereka harus bersiap-siap berangkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mahendra Brothers
HumorSedang dalam tahap revisi. Keluarga Mahendra milik Sagara dan Aruna. Sebuah keluarga kecil dengan lima anak laki-laki yang hanya berjarak beberapa tahun. Keluarga harmonis yang teduh, dengan kejahilan milik si bungsu. start :06152024 finish : -