Selamat menikmati kisah keluarga kami. ~Mahendra brothers.
.
.
.
.Selama beberapa hari ini. Kediaman Mahendra tidak ada yang mencurigakan. Bahkan teror yang mereka alami selama Minggu terakhir juga sudah tidak ada atau mungkin bisa dibilang vakum.
Namun bagi Sagara, hal demikian tidaklah mungkin. Mereka belum menemukan siapa dalang dibalik kejadian terakhir. Dan kehidupan mereka yang kembali tenang seperti hanya sebagai pengalihan saja.
Sampai saat ini, baik Sagara maupun Natta. Tidak ada dari keduanya yang menyatakan bahwa mereka menemukan bukti atau hal kejanggalan lainnya. Mereka sampai kini masih tetap bungkam. Bukti yang mereka dapatkan pun masih tersimpan rapih di tempat persembunyian masing-masing.
Sagara sebenarnya tahu dengan pasti bahwa putranya itu menyembunyikan sesuatu darinya. Namun tak ayal, Sagara lebih memilih bungkam dan berperilaku seolah tidak tahu apa-apa.
Terkait dengan Aruna, Sagara meminta sang mertua untuk membawa serta Aruna pergi ke tempat yang lebih aman. Namun untuk tidak menimbulkan kecurigaan, terkadang Aruna akan kembali ke rumah. Begitu juga dengan kedua bungsu Mahendra.
Sementara ketiga Sulung Mahendra dan Sagara tetap berada di rumah untuk memastikan tidak adanya kecurigaan yang timbul. Apalagi dengan keadaan yang seketika tenang setelah kejadian yang cukup ribut.
.
.
.
.Pagi ini. Sagara meminta ketiga putranya untuk berkumpul di rumah. Memastikan bahwa diantara mereka tidak ada yang mengalami hal janggal diluar.
"Semuanya baik?" Tanya Sagara mengawali. Dirinya tengah duduk dengan santai di sofa sambil memangku laptop miliknya. Dirinya memang meminta putranya untuk berkumpul, namun tak ayal. Tugasnya masih tetap berjalan.
"Baik ayah. Tidak ada yang mencurigakan," jawab Aka.
Riga dan Natta pun juga hanya menanggapi sebagaimana seharusnya.
"Tidak ada yang kalian sembunyikan dari ayah?" Seru Sagara dengan sedikit nada mengintimidasi. Sejujurnya hanya nada tegas saja yang ia keluarkan.
"Tidak. Memang ayah merasa demikian?" Balas Aka yang diangguki setuju oleh kedua adiknya. Mungkin, karena nyatanya Natta tetap bungkam.
"Tidak. Ayah hanya tidak suka ketika kalian memilih menyembunyikan sesuatu dari ayah. Jika ada yang tidak beres atau kalian merasa tidak nyaman. Bilang sama ayah," seru Sagara menasehati ketiganya.
Sementara mereka hanya diam. Dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
.
.
.
.Rumah milik Sagara itu kini tengah sepi. Bukan karena sang pemilik pergi, namun kebetulan mereka memang sedang ada kegiatan tersendiri.
Ketika hari mulai beranjak sore, Riga memutuskan untuk pergi keluar sejenak. Setelah seharian berada di rumah dan menghadapi ketegangan yang terus menerus menghantui keluarganya beberapa hari terakhir, ia merasa butuh udara segar. Ia mengendarai motornya, melaju perlahan menyusuri jalanan kota yang ramai, mencoba melupakan sejenak segala kekhawatiran yang menggelayuti pikirannya.
Namun, bahkan dalam keheningan sore yang biasanya menenangkan, perasaan gelisah itu tetap ada. Ia tidak bisa menghilangkan bayangan wajah sang Buna yang terkejut saat menemukan kardus terkutuk itu. Luka batin yang diderita keluarganya begitu dalam, dan Riga merasa tak berdaya.
Setelah beberapa menit berkendara, Riga memutuskan untuk berhenti di sebuah kafe kecil di tepi jalan. Ia memarkir motornya dan berjalan masuk, berharap secangkir kopi bisa membantunya mengurangi beban pikirannya. Ia duduk di sudut kafe, dengan pemandangan jalan yang cukup jelas dari balik kaca jendela besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mahendra Brothers
HumorSedang dalam tahap revisi. Keluarga Mahendra milik Sagara dan Aruna. Sebuah keluarga kecil dengan lima anak laki-laki yang hanya berjarak beberapa tahun. Keluarga harmonis yang teduh, dengan kejahilan milik si bungsu. start :06152024 finish : -