Selamat menikmati kisah keluarga kami. ~Mahendra brothers.
.
.
.
.Sore itu, langit sudah mulai berwarna jingga saat Chandra dan Ghana berjalan pulang menuju rumah. Mereka baru saja kembali dari rumah salah satu temannya. Seharusnya mereka dijemput oleh Aka, namun berdasarkan kesepakatan keduanya, mereka memilih untuk berjalan kaki berdua saja. Toh, hanya berbeda kompleks saja, pikirnya.
Sepanjang perjalanan, Chandra selalu memegang tangan Ghana. Keduanya mengendong ransel yang berisikan buku tugasnya, serta beberapa cemilan yang telah dibawakan oleh orang rumah. Meski telah pulang, nyatanya jajan yang mereka bawa masih tersisa.
"Ghana. Tidak apa?" Tanya Chandra. Dirinya selalu menanyakan hal demikian kepada Ghana. Bahkan sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari halaman rumah temannya.
"Ghana oke Chandra," balas Ghana sambil tersenyum dan tangan yang membentuk isyarat oke.
Chandra yang mendapatkan balasan demikian tersenyum. Mengeratkan pegangan keduanya, lalu berjalan beriringan melewati jalanan.
Langit yang perlahan mulai gelap membuat Ghana maupun Chandra sedikit was-was. Apalagi dengan kejadian yang mereka alami beberapa bulan lalu. Memicu munculnya trauma baru bagi keduanya.
"Ghana. Makin gelap," seru Chandra.
"Ayo percepat. Ghana takut," balas Ghana sambil mempercepat langkahnya.
Mereka mempercepat langkah, berjalan melewati gang-gang kecil yang biasa mereka lewati setiap kali pulang. Suasana sekitar mulai berubah tenang, dengan hanya suara deru kendaraan dari kejauhan. Jalanan mulai kosong, hanya beberapa orang yang tampak berjalan terburu-buru untuk pulang. Bagi kebanyakan orang, ini adalah waktu yang normal untuk pulang ke rumah dan bersantai, tapi tidak untuk Ghana. Ia selalu merasa ada bahaya yang mengintai di setiap sudut. Kejadian-kejadian di masa lalu, mulai dari trauma masa kecilnya hingga kejadian tak terduga beberapa hari belakang.
Ketika mereka hampir sampai di rumah, tepat ketika mereka melewati tikungan terakhir sebelum mencapai gerbang utama rumah keluarga Mahendra, Ghana tiba-tiba menghentikan langkahnya. Tubuhnya menegang, dan matanya terfokus pada sesuatu yang ada di kejauhan.
"Chandra, tunggu," bisik Ghana, suaranya terdengar pelan namun mendesak.
Chandra yang awalnya kebingungan dengan perubahan sikap Ghana, mengikuti arah pandang Ghana. Di depan gerbang rumah mereka, terlihat seseorang, seorang pria bertopi dan jaket hitam. Sosok itu tampak terburu-buru, berdiri di depan pintu rumah mereka. Tangan pria itu bergerak cepat, menaruh sesuatu di depan pintu. Sesaat kemudian, pria itu berdiri, melihat sekeliling dengan waspada.
Chandra dan Ghana menyaksikan dengan jantung berdebar. Mereka berdua tidak berani bergerak, takut ketahuan. Mereka bersembunyi di balik sebuah mobil yang diparkir tak jauh dari rumah, mencoba mengamati tanpa menarik perhatian.
Si pria tampak tenang, tapi ada sesuatu yang menakutkan tentangnya, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Wajahnya sulit dilihat dari tempat mereka bersembunyi, tapi gerak-geriknya cukup mencurigakan untuk membuat Ghana gemetar.
"Siapa itu, Chandra?" bisik Ghana, meski ia tahu jawaban dari pertanyaannya mungkin akan membuatnya semakin takut.
Chandra menggeleng pelan, terlalu terpaku dengan apa yang dilihatnya. Meski selama ini ia sering merasa ada bahaya yang mengintai, ini adalah pertama kalinya ia benar-benar melihatnya dengan mata kepala sendiri. Jantungnya berdetak kencang, dan ia merasa seperti ingin berlari, tapi kakinya seakan tertahan di tempat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mahendra Brothers
MizahSedang dalam tahap revisi. Keluarga Mahendra milik Sagara dan Aruna. Sebuah keluarga kecil dengan lima anak laki-laki yang hanya berjarak beberapa tahun. Keluarga harmonis yang teduh, dengan kejahilan milik si bungsu. start :06152024 finish : -