Selamat menikmati kisah keluarga kami. ~Mahendra brothers.
.
.
.
.Satu bulan telah berlalu. Keluarga Mahendra kembali seperti semula. Aruna dan kedua bungsunya pun juga telah kembali ceria. Mereka tidak lagi tinggal di rumah lama. Sagara membawa mereka pindah pada hunian baru di komplek perumahan yang dekat dengan tempat kerjanya. Tenanglah, rumah kali ini benar-benar dekat dengan segala akses kehidupan. Baik sekolah tiga bungsu, kampus si kembar dan Sagara serta toko kue milik Aruna.
Harapan Sagara tidaklah banyak. Dirinya hanya ingin membawa keluarganya menuju tempat bahagia. Melupakan segala trauma dan hal picik yang mereka lihat dan alami. Sagara hanya ingin, kehidupan buruk itu terkubur dalam-dalam.
.
.
.
."Ayah! Mau piknik di taman depan?" Seru Chandra sambil menenteng peralatan yang diminta oleh Sagara. Dirinya tengah mencuci kendaraan seperti kebiasaan ketika weekend.
"Sekarang?" Jawab Sagara sambil mematikan keran air.
"Kata Buna nanti menjelang makan siang. Buna sama kakak dan Abang sekarang tengah mempersiapkan," jelas Chandra sambil mulai bermain sabun.
"Kalau begitu bantu ayah dan Mas Aka. Supaya lebih cepat selesainya," seru Sagara yang diangguki setuju oleh Chandra. Dirinya rindu bermain sabun dan air.
Sementara di dapur. Aruna, Riga dan Natta tengah membuat berbagai jenis makanan dan cemilan. Dibantu oleh Ghana yang tengah memotong buah-buahan.
"Buna. Coba ini, kakak tidak yakin dengan rasanya."
Aruna yang dipanggil segera mendekat. Mencicipi rasa masakan sang putra. Memastikan dengan lidahnya akan apa yang kurang dan perlu ditambahkan. "Tambahan sedikit kaldu ayam yang sudah Buna buat. Dan beri sedikit kecap manis sayang," suara lembut Aruna mengalun. Membawa Riga berjalan dan mengikuti instruksi sang Buna.
Sementara Natta kini tengah memastikan bahwa gorengan miliknya tidak gosong. "Abang. Are you okay?" Tanya Aruna tiba-tiba ketika melihat putranya itu melamun.
"Baik Buna. Hanya saja sedikit mengantuk," balas Natta dengan senyum. Yah, dirinya baru saja begadang bersama dengan Aka memainkan PS di kamar Riga semalam.
"Lain kali mainlah PS sampai pagi," sindir Riga dengan lantang. Dirinya suka keributan antara Buna dengan saudaranya.
"Abang?" Peringat Aruna sambil melirik Natta.
"Hanya kemarin Buna. Natta sedang butuh hiburan."
Aruna hanya menghembuskan napas lelah dan menggelengkan kepalanya. Kembali melanjutkan memasak cemilan yang akan mereka bawa. Sementara Natta menatap sang kakak dengan pandangan yang sulit diartikan.
.
.
.
.Seperti rencana yang telah mereka utarakan tadi pagi. Siang ini, dibawah pohon yang rindang. Keluarga Mahendra tengah mengadakan piknik keluarga yang rasa-rasanya, sudah cukup lama mereka tinggalkan. Kebiasaan positif yang sudah menjadi agenda wajib.
"Ayah tidak bawa alat pancing?" Tanya Ghana dengan nada khasnya. Kalian harus tahu, Ghana sekarang benar-benar seperti bocah SMP nyasar. Sangat imut.
"Tidak. Disini tidak diperbolehkan memancing," jawab Sagara sambil menikmati es buatan Aruna.
"Kenapa?" Kali ini Chandra yang bertanya, dirinya hanya ingin tahu.
"Sepertinya pihak pengelola menginginkan tempat in steril dan hanya dikhususkan untuk kegiatan keluarga biasa. Lagipula, berdasarkan informasi yang mas cari. Taman ini memang dikhususkan untuk sekedar kumpul keluarga dan olahraga. Tidak yang lain," jelas Aka sambil mencomot sepotong kue yang telah Riga siapkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mahendra Brothers
HumorSedang dalam tahap revisi. Keluarga Mahendra milik Sagara dan Aruna. Sebuah keluarga kecil dengan lima anak laki-laki yang hanya berjarak beberapa tahun. Keluarga harmonis yang teduh, dengan kejahilan milik si bungsu. start :06152024 finish : -