Hanya sekedar kisah keluarga kami. ~Mahendra brothers.
.
.
.
.Sinar terik matahari memancarkan cahaya panas. Disertai gelombang angin panas dan debu. Lapangan dengan pohon-pohon disekelilingnya tidak mempan.
Di bawah pancaran matahari langsung. Tim basket Sakti Garuda mengeluh panas. Bahkan badan mereka bermandikan keringat.
"Argh, pingin pulang!"
"Panas banget!"
"Baju gua basah semua. Mana rambut ikutan lepek lagi!"
"Aish...... Mau mandi es."
"Perasaan bukan gurun. Tapi kenapa rasanya seperti berada di Merkurius!"
"Mamah! Mau pulang!"
Suara teriakan memenuhi lapangan. Suara yang dikeluarkan oleh para pemain inti dan pemain cadangan yang akan bertanding Minggu depan. Tidak satupun yang digubris langsung oleh sang pelatih yang berada di luar arena.
Di tengah suara gaduh yang ditimbulkan. Seorang pemuda yang menyandang titel sebagai ketua, tengah berdiri di tengah lapangan dengan pandangan yang tertuju ke arah luar. Salah satu pojokan, tempat barang-barang mereka diletakkan.
Dengan kode mata yang ia arah kepada pelatih. Sebagai permintaan izin untuk keluar sebentar meninggal arena. Ia berlari menuju tempat barang-barang berada.
Di sana, tampak seorang remaja tengah menunduk lesuh. Dengan keringat yang mulai membasahi wajahnya. Muka cemberut yang ia tampakkan. Serta bibir yang mulai mengerucut menandakan kebosanan.
"Adek! Panas?" Tanya pemuda dengan baju bertuliskan Balaaditya.
"Abang! Panas! Mau pulang!" Balas remaja yang tengah duduk tersebut. Dengan wajah yang cemberut serta mata yang mulai memerah.
"Sebentar ya. Belum selesai," balas Sang Abang sambil memakaikan topi miliknya.
"Kapan? Ghana bosan. Panas, Abang."
Sang Abang hanya tersenyum, memaklumi hal demikian. Memang cuacanya panas, disertai dengan suhu yang lumayan meningkat dari biasanya. "Iya. Sebentar lagi," dengan memberikan ponsel yang telah menampakkan sebuah permainan offline. "Main POU dulu ya. Nanti Abang belikan es krim."
"Wah.... Serius? Dua!" Seru Ghana dengan tangan yang membentuk huruf V.
"Iya. Abang tinggal dulu ya."
"Okey."
Setelahnya, Natta kembali menuju lapangan. Berlatih bersama dengan teman-teman lainnya.
"Nggak papa?" Tanya salah satu temannya.
"Hm!"
"Panas loh Bal. Kasihan," sambung yang lainnya.
"Bentar lagi. Ayo!" Setia Natta kembali.
"Okey,"
Kini permainan kembali di lakukan. Dengan gelombang panas dan keringat yang terus bercucuran. Suara teriakan dan arahan dari sang pelatih terus menggema di sekitar lapangan. Hingga bunyi peluit penanda latihan dihentikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mahendra Brothers
HumorSedang dalam tahap revisi. Keluarga Mahendra milik Sagara dan Aruna. Sebuah keluarga kecil dengan lima anak laki-laki yang hanya berjarak beberapa tahun. Keluarga harmonis yang teduh, dengan kejahilan milik si bungsu. start :06152024 finish : -