16

190 19 4
                                    

Selamat menikmati kisah keluarga kami. ~Mahendra brothers.

.
.
.
.

Sepeninggalan Erik, Natta memakan anggur itu sambil melihat ke arah teman-temannya berada. Mereka tampak asik bermain sambil berbincang dengan kedua adiknya. Timbul rasa senang di hati Natta, selain kedua adiknya yang kembali ceria, rasa kasih sayang yang diberikan oleh teman-temannya untuk kedua adiknya juga menjadi salah satu faktor.

"Terima kasih," lirih Natta sambil tersenyum. Kembali menikmati cemilan buah itu dalam diam. Sambil menanti kehadiran seseorang.

Erik keluar dari kamar mandi. Dirinya baru saja menyelesaikan hajatnya dan berjalan menuju sisi ranjang milik Natta. Duduk di kursi yang ada dan menemani Natta dengan obrolan ringan. Kadang diselingi candaan Natta yang membuat Erik kesal.

Ruangan itu benar-benar ramai. Dengan berbagai celoteh khas anak muda. Serta tawa yang tidak ada hentinya. Semoga saja mereka sadar jika masih berada di rumah sakit sekarang.

Suara mereka itu mengundang perhatian. Ada seseorang yang mengintip melalui celah kaca kecil di pintu. "Aku tidak suka!" Lirihnya sambil menatap ke arah dalam.

.
.
.
.

Sagara, Riga dan Aruna telah kembali. Riga baru saja kembali dari kampusnya, sementara Sagara dan Aruna baru saja pulang untuk mengambilkan baju ganti milik Natta dan dua bungsu Mahendra.

Di ruangan itu masih ramai hingga sekarang. Kelima teman Natta juga masih stay di sana sambil bermain dengan kedua adik Natta.

"Sudah makan?" Tanya Aruna setelah meletakkan beberapa barang yang ia bawa.

"Belum Buna," jawab Chandra.

"Astaga. Kalian ini. Pasti karena main," seru Aruna sambil menampakkan raut wajah marah.

"Tidak Buna," lirih Ghana.

"Sudah-sudah. Buna kalian hanya bercanda," seru Sagara menenangkan. Dirinya baru saja kembali dari parkiran membawa beberapa barang yang sengaja ditinggalkan karena kurang tenaga. "Erik! Sini. Kita makan bersama di sini," lanjut Sagara sambil melihat ke arah Erik yang masih setia duduk disamping Natta.

"Natta, ayah?" Balas Erik.

"Biar sama ayah. Kamu kesini. Makan bersama yang lain," jawab Sagara sambil membuka beberapa makanan.

(Sedikit informasi saja. Secara umum, membawa makanan dari luar dan makan bersama di ruang perawatan rumah sakit biasanya diperbolehkan, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Selagi ingin membawa makanan dan makan di sana, coba untuk tanya dulu kepada pihak rumah sakit ya)

"Baik ayah. Aku tinggal dulu ya," balas Erik sambil berpamitan kepada Natta.

Natta hanya tersenyum dan mengangguk. Mengamati teman-teman dan keluarganya yang tengah menikmati makanan. Dirinya juga ingin, namun semua makanan yang masuk rasanya masih hambar.

"Kenapa? Mau?" Tanya Sagara setelah dirinya duduk di kursi yang sebelumnya dipakai oleh Erik.

"Ingin puding, ayah," seru Natta.

Sagara pun beranjak dari kursinya. Pergi menuju tempat dimana mereka berada. Mengambil satu buah puding yang biasa Natta makan.

"Makan sendiri, bisa?" Ucap Sagara setelah kembali.

"Bisa ayah," balas Natta kemudian.

Keduanya diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Sambil mengamati keadaan sekitar.

Mahendra BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang