23

143 13 0
                                    

Selamat menikmati kisah keluarga kami. ~Mahendra brothers.

.
.
.
.

Malam itu, setelah percakapan panjang di ruang tamu, rumah keluarga Mahendra kembali sunyi. Aka, Natta, dan Riga tampak masih terjaga, memikirkan segala hal yang baru saja diungkap oleh Sagara. Meskipun ketiga putra sulungnya sudah lebih memahami bahaya yang mengintai mereka, ada satu pertanyaan yang terus menghantui, Bagaimana cara mereka menghadapi musuh yang tahu terlalu banyak tentang keluarga ini?

Namun, di balik semua ketegangan itu, ada sesuatu yang berbeda pada Sagara malam ini. Meskipun ia telah mengungkapkan beberapa rahasia masa lalunya dan rencana balas dendam yang mungkin sedang direncanakan oleh keluarga lamanya, sikapnya tetap tenang, terlalu tenang bahkan. Sagara, yang selalu berhati-hati dan penuh perhitungan, tampaknya memancarkan ketenangan yang aneh, seolah-olah ia sudah tahu apa yang akan terjadi.

Ketika Aka, Natta, dan Riga akhirnya memutuskan untuk tidur, Sagara tetap terjaga di ruang kerjanya. Ia duduk di kursinya, menatap ponsel yang tergeletak di atas meja. Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya beberapa saat yang lalu, tetapi ia belum membacanya. Ia tahu siapa yang mengirim pesan itu, dan ia tahu bahwa waktunya semakin dekat.

“Aku tahu kau akan menggigit umpan ini,” gumamnya pelan, sebuah senyuman samar terbentuk di bibirnya.

.
.
.
.

Di tempat lain, pria yang selama ini menebarkan teror kepada keluarga Mahendra sedang menatap layar ponselnya dengan seringai lebar. Pesan yang baru saja ia baca membuat darahnya berdesir dengan rasa puas.  Pria itu sudah tahu segalanya sekarang, atau ........ begitulah yang ia pikirkan.

“Gara! Oh Gara... kau bodoh sekali jika berpikir kau bisa menyembunyikan rencanamu dariku,” gumamnya dengan nada meremehkan. Dia telah membaca semua pesan yang dikirim oleh Sagara, seolah-olah itu adalah undangan terbuka untuk melanjutkan serangannya. Dan pria itu yakin, kali ini, ia yang akan mengontrol permainan.

Dengan keyakinan bahwa dirinya sudah lebih unggul, pria itu segera menyiapkan langkah selanjutnya. Dia sudah tahu kapan dan di mana Sagara akan bergerak. Ada satu lokasi spesifik yang disebutkan dalam pesan-pesan yang dia sadap, sebuah tempat yang diklaim Sagara sebagai tempat pertemuan untuk bertukar informasi dengan orang yang bisa membantu mereka. Sebuah jebakan yang sempurna, pikir sang pelaku. Sagara pasti berpikir dia aman dengan rencananya, tapi dia tidak tahu bahwa pria ini telah mengikuti setiap langkahnya.

“Permainan ini akan segera berakhir, Sagara,” bisik pria itu, seringainya semakin lebar. “Dan kali ini, aku yang akan menang.”

.
.
.
.

Keesokan harinya, di rumah keluarga Mahendra, suasana tampak lebih tegang dari biasanya. Sagara bersiap meninggalkan rumah dengan alasan bahwa dia akan bertemu dengan seseorang yang bisa membantunya menyelesaikan masalah ini. Aka, Natta, dan Riga tidak mengetahui sepenuhnya apa rencana ayah mereka, tapi mereka tahu ada sesuatu yang berbeda hari ini.

"Ayah yakin ini aman?" tanya Aka dengan nada khawatir. Dia selalu menjadi orang yang paling skeptis, terutama dalam situasi seperti ini.

Sagara hanya menepuk bahu Aka dengan senyum tenang. "Jangan khawatir, Ayah sudah mempertimbangkan semuanya. Ini adalah langkah yang perlu diambil."

Riga yang berada di dekat Aka, masih tampak ragu. "Ayah, hati-hati. Kita tidak tahu siapa yang sedang mengawasi."

"Ayah tahu," jawab Sagara dengan lembut. "Kalian semua tetap di sini, jangan keluar. Kita tidak bisa mengambil risiko terlalu banyak sekarang."

Mahendra BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang