Selamat menikmati kisah keluarga kami. ~Mahendra brothers.
.
.
.
.Pagi hari dengan sinar mentari yang menyinari dunia. Rumah baru keluarga Mahendra tengah diisi dengan kebisingan. Bagaimana tidak? Ghana dan Chandra kini tengah merengek secara bersamaan hanya karena ingin bersama dengan sang Abang. Keduanya merengek karena Natta.
Awal permasalahan yang ada hanya karena kedua bungsu ini mengalami yang namanya bangun kesiangan. Sebenarnya sudah biasa. Namun namanya juga bungsu, mereka jika tidak ada drama di pagi hari apalagi hari Senin merasa seperti akan demam.
Kedua bungsu ini sebenarnya akan diantar oleh Sagara langsung. Supaya Natta dan Riga yang kebetulan masuk pagi tidak terlambat. Namun baik Ghana maupun Chandra tidak ada diantara keduanya yang mau. Mereka tetap kekeh ingin berangkat bersama dengan Natta. Padahal mereka baru bangun sekitar pukul 06.45 WIB.
"Astaga sayang! Sudah, kasihan kakak dan Abang jika kalian seperti ini," nasehat lembut Aruna mengalun indah bersama dengan rengekan kedua bungsu itu.
Sebenarnya bisa saja Riga dan Natta menancapkan gas terlebih dahulu. Namun sialnya, kedua bungsu itu kompak memeluk kaki masing-masing Kakaknya itu.
"Tidak mau! Ghana mau Abang!" Rengek Ghana sambil memeluk erat kaki kanan Natta. Sedangkan Natta hanya bisa terdiam, 'aku akan terlambat kali ini' batin Natta.
"Chandra juga. Tidak mau ayah. Mau kakak saja!"
Oh astaga. Lihat? Betapa kompaknya kedua bocah kematian ini ketika sedang melakukan drama dipagi hari. Hanya di hari Senin! Garis bawahi itu.
"Astaga kalian ini! Kalian lebih baik segera bersiap. Ayah akan mengantar kalian berdua," lerai Sagara tegas. Dirinya bersama Aka kini tengah mencoba melepaskan pelukan erat kedua bungsu itu dari masing-masing kaki kakaknya.
"Tidak mau!" Kompak keduanya dengan semakin memperkuat pelukannya.
Oh astaga, sungguh rasanya Aruna ingin menyiram para pria keluarganya ini. "Kalian lebih baik segera ikuti perkataan ayah. Atau Buna mandikan berenam di sini sekarang juga!"
Wah, ini adalah sikap baru Aruna. Sikap yang timbul akibat kejadian yang tak terduga. Membuat semua pelaku yang terlibat di drama itu terdiam dan berdiri dengan tegap. Diikuti dengan perginya dua curut Mahendra menuju kamar untuk bersiap. Sementara Natta dan Riga langsung pamit pergi, mereka benar-benar terlambat kali ini.
"Kalian juga!" Tegas Aruna ketika masih melihat Sagara dan Aka berdiri terdiam.
"Siap komandan!" Keduanya langsung pergi menuju kamar masing-masing. Astaga, Aruna yang sekarang benar-benar tidak bisa dibantah.
.
.
.
."Buna seram ayah," cicit Chandra kepada Sagara.
Kini mereka tengah berada di mobil, berkendara untuk mencapai sekolah kedua bungsu Mahendra. Setelah kejadian pagi tadi, baik Chandra maupun Ghana tidak ada yang melanjutkan dramanya. Cukup takut dengan perubahan sang Buna.
"Jika kalian tidak berlaku demikian. Ayah yakin Buna tidak akan melakukan hal seperti itu," balas Sagara datar sambil mengendarai mobil.
"Kami tidak!" Balas keduanya kompak.
Sagara diam tak menanggapi. Melajukan mobil miliknya menuju sekolah dua bungsu. Jika ia melanjutkan menangapi keduanya, sepertinya tidak akan ada kata selesai.
Setibanya mereka, gerbang yang memagari kehidupan sekolah dengan dunia luar telah tertutup. Yang menandakan bahwa mereka telah terlambat. Sagara turun dan memberikan penjelasan mengapa kedua putranya terlambat. Sedangkan guru BK hanya tersenyum dan memperlihatkan keduanya masuk, walau yang pasti hukuman menunggu keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mahendra Brothers
HumorSedang dalam tahap revisi. Keluarga Mahendra milik Sagara dan Aruna. Sebuah keluarga kecil dengan lima anak laki-laki yang hanya berjarak beberapa tahun. Keluarga harmonis yang teduh, dengan kejahilan milik si bungsu. start :06152024 finish : -