Chapter 2

648 93 19
                                    

"Coba diulang." ucapnya dengan pistol di tangan. Badannya pun condong ke arah (Name). (Name) sendiri membeku.

"U-ulang apa?"

"Ulang yang tadi itu, dengan lebih jelas dan keras."

"Saya gak bilang apa-apa."

"Kamu mengatakan sesuatu yang menyinggung."

"Gak ada."

Makin lama makin condong, jari telunjuk Solar juga siap menarik pelatuk pada pistol. (Name) pun mulai memejamkan mata.

'Ya Tuhan, kalau ini udah akhir ... aku mau in another life sedimensi sama husbu-husbuku!'

Lama (Name) merem, ia tak merasakan apapun atau mendengar suara peluru meluncur. Ia pun sedikit membuka matanya dan Solar masih di depannya. Menatapnya dengan datar.

"Apa yang kamu tunggu? Kamu pikir saya akan menghabisimu semudah ini?"

(Name) masih terlihat syok, walau ada perasaan lega, tapi ia juga mengumpat di dalam hati. 'Ealah, si an***g! Gak tertebak amat jadi orang!'

Solar pun mundur, meletakkan pistolnya kembali. (Name) juga membenarkan posisi duduknya. Lalu kendaraan kembali berjalan menuju kampus dengan suasana yang benar-benar lengang.

Setibanya di depan kampus, (Name) segera turun dari mobil. Di sini ia bingung, apa ia harus pamitan pada Solar, seperti dulu ketika diantar ke sekolah oleh ayahnya. Tapi kan, Solar bukan ayahnya. Jadinya, sekarang ia berdiri kikuk di samping mobil Solar.

"Apa yang kamu tunggu? Uang jajan?" ucap Solar dengan ketus.

(Name) seketika menggeleng.

"Ya sudah, cepat masuk. Saya juga akan pergi."

Tanpa berbicara lagi, (Name) langsung ngacir masuk kampus. Solar juga pergi dari situ.

'Yaelah, (Name) ... malu-maluin.'

===

Sudah seperempat hari (Name) melangsungkan kuliah hari ini, sekarang pun sedang jam istirahat. (Name) yang tidak niat ke kantin memutuskan untuk jadi penunggu di kelas itu sambil mengotak-atik handphone miliknya.

Ia punya pekerjaan yang menggacorkan, karena ada banyak yang joki ke dirinya. Ada yang minta dibuatkan tugas secara full, tinggal minta, terima, dan bayar. Ada juga yang minta dibuatkan file dan memberi isi filenya pada (Name). Pengen joki begitu juga sih, tapi ya gimana ya, udah dijokiin malah kagak dibayar :'v

Bagi (Name), pekerjaan ini menguntungkannya. Sebab, main handphone seharian jadi ada gunanya, dapat membuka pikiran, dapat tau hal baru juga karena searching kemana-mana, keuntungan yang paling nyata adalah dapat duit!

Beberapa menit mengerjakan itu, dan hampir selesai, (Name) mulai merasa lapar. Ia pun keluar kelas menuju kantin. Pastinya di waktu segini kantin sudah cukup sepi.

Di kantin, (Name) hendak membeli rerotian. Saat sedang memilih roti yang akan ia beli, samar-samar kedengaran gosipan ibu kantin di hadapannya tentang ...

"Ini toh yang dibilang dianter pakai mobil, padahal biasanya bawa motor sendiri."

"Emang kenapa kalau dianter pakai mobil, buk?"

"Ya, aneh, gak pernah kedengaran punya mobil, tiba-tiba diantar pakai mobil. Ada yang bilang mobilnya mewah, orang biasa mana punya. Ada juga yang bilang, yang anter itu orang asing."

(Name) cuma pura-pura tak dengar, padahal sudah jelas terdengar karena tepat di hadapannya.

'Ibu-ibu kalau gosip emang gak tau tempat apa gimana? Kan bisa tungguin gua minggat dari sini.' batin (Name)

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang