Tak biasanya (Name) pulang kuliah pada waktu yang hampir menunjukkan hari gelap. Itu juga karena kesibukannya sebagai mahasiswi semester akhir, ditambah tadi dirinya diharuskan menggantikan pembina organisasinya yang berhalangan hadir. (Name) itu wakil pembina pada suatu organisasi yang pernah ia ikuti sejak semester awal. Sekarang sih dia udah purnabakti, ges.
Sebelum benar-benar pulang, (Name) menyempatkan diri untuk membeli makanan untuk dibawa pulang. Setelah berbelanja, ia memasukkan belanjaannya itu ke dalam tas yang tadinya gepeng, sekarang jadi gendut. Perjalanan pulang pun berlanjut.
Semakin (Name) dekat dengan rumahnya, (Name) mulai merasakan hawa yang kurang mengenakkan. Samar-samar ia mendengar suara tembakan dan juga teriakan beberapa orang. Inginnya (Name) tidak memusingkan itu dan terus berkendara sampai pulang.
Namun, ternyata asal suara-suara itu ada di depannya. Tepat saat ini (Name) memasuki gang, jalan pintas menuju rumahnya. (Name) yang merasa ragu untuk lewat pun menepi, lalu menyempatkan diri untuk mengintip keributan yang makin kedengaran jelas itu.
Spesifiknya, asal suara-suara itu dari balik tembok, di balik tembok itu ada tanah lapang. Karena ada akses mengintip, (Name) bisa melihatnya dan betapa kagetnya ia. Ternyata itu adalah kumpulan mafia yang sedang membunuh orang.
Di tempat itu ada banyak orang yang membawa senjata, keadaannya berdarah-darah, belum lagi dengan tubuh kosong yang dihiasi warna-warna merah berserakan di tanah. Bau amisnya bisa tercium oleh (Name).
'Buset ... bisa-bisanya gua ngelihat ginian? Duh, kudu cepetan pulang nih, pasti dekat sini ada anak buah mafia itu. Ketahuan, bisa mampus gua, bisa ikutan jadi daging cincang gua di sanaa.'
Ceklek
Barusan akan bergerak, (Name) dibuat terbelalak mendengar suara pistol yang siap menembakkan pelurunya, tepat di belakang (Name). Dengan kaku dan rasa degdegan yang tak karuan, (Name) berbalik badan, melihat sekumpulan pria menodongkan senapan ataupun pistol ke arahnya.
'Pls, gua cuma gak sengaja aja lihat kalian, heh! Lagian emang ini jalan pulang gua!' Ingin sekali (Name) berteriak begitu di hadapan mereka.
"Siapa yang mengizinkanmu lewat sini?"
"Aa--eemm, a-anu, itu--mau p-ulang--" Padahal tadi di dalam hati udah lancar ngomel, sekarang malah kayak orang gagu.
"Jawab atau mati!"
"M-mau pulaang!" ucap (Name) dengan spontan. Di situasi ini, (Name) benar-benar tak bisa bergerak dan hanya mengandalkan sisa mentalnya yang bahkan tak ada seujung jari.
(Name) hanya bisa menunggu takdir berjalan begitu satu lagi senapan diangkat. Pls, (Name) belum kawin sama husbunya ...
"Ngapain kalian?"
Satu suara yang terdengar tegas itu mengalihkan suasana. Senjata seketika turun, jalan terbuka, menampakkan seorang pria yang merupakan bos dari mereka semua berjalan mendekati (Name).
Seketika saja aliran darah di kepala (Name) rasanya turun dengan drastis, matanya memburam, pada akhirnya tak sadarkan diri. Pria itu langsung menahan tubuh (Name) sebelum menghantam tanah.
Pria itu memperhatikan wajah (Name), pandangannya tampak menghanyutkan. Lalu sudut bibirnya sedikit tertarik.
"Ayo kembali."
•
To Be Continued
Ekhem, ini sebenarnya request seorang pembaca di oneshoot. Dia req cerita Solar (mafia) yang ngajak (Name) nikah kontrak, tapi AKU DAH LUPA SIAPA YANG REQ. Semoga blio lagi baca ini sih :'(.
Awalnya mau dijadiin wansut, tapi bagusan jadi book aja. Kebetulan book Solar belum ada di sini. Sekalian ya, jadi selingan biar gak bosen nunggu update-an cerita yang lagi susah diketik.
Req ini udah lamaaaaa dan baru bisa selesai sekarang, itupun gak sepenuhnya selesai. Yak, artinya udah bisa meluncur sedikit demi sedikit.
Udah ya pembacaku sayang walau agak bebal, aku gak mau terima req apapun lagi, lagian aku masih ada kerjaan lain! Ciyuu!
[ 30 Mei 2024 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Marriage [✓]
Fanfic୨⎯ BoBoiBoy Solar w/ Female!Readers ⎯୧ Dalam halu yang liar, orang-orang pasti membayangkan bagaimana dirinya bersanding dengan pria tampan. Mungkin itu pria biasa, atau yang punya kekuasaan besar seperti CEO dan Mafia. Ya, (Name) juga begitu, karen...