Chapter 23

498 60 23
                                    

Hari-hari (Name) pun mulai berbeda. Tubuh (Name) terasa lain sejak ada jabang bayi menempel di rahimnya. Membuat dirinya agak sensi untuk melakukan apapun karena takut salah gerak dikit nanti malah kenapa-kenapa.

Namun, kata Mama Tamaya, kalau sedang hamil tak perlu sensitif untuk itu. Bebas melakukan apapun, asal dibatasi. Yang paling (Name) ingat, jangan melakukan aktivitas berat dan membuat dirinya terlalu lelah, lelah sedikit tak apa-apa.

Awalnya (Name) sudah membayangkan dirinya akan jadi pemalas selama hamil. Ternyata tidak, tetap sama seperti biasanya, bangun pagi lalu mengurus rumah bersama Tamaya, kerja kalau ada pesanan, jalan-jalan kalau pengen, olahraga ringan kalau sempat.

Sampai sekarang, sudah lima minggu usia kandungannya, tapi perut (Name) masih rata. Apalagi (Name) selalu memakai baju oversize yang semakin menyamarkan ukuran perutnya. Kalau ada yang genit di jalan, sudah pasti langsung gercep menjahili (Name) yang notabenenya seorang ibu hamil.

"Mau jalan-jalan ..."

"Alah, nanti digodain lagi."

Ucap seorang bapak- seorang suami yang tidak rela istrinya keluar buat jalan-jalan. Kemarin sudah terjadi. Solar dan (Name) sedang jalan-jalan, pergi ke minimarket untuk jajan. Saat berada di lorong yang berbeda untuk mengambil barang yang berbeda, (Name) malah digoda oleh orang random yang tak sengaja berada di lorong rak yang sama dengan (Name). Untung Solar mendengarnya dan langsung menghadapi orang itu.

Kayaknya, Solar trauma membiarkan (Name) berada sendirian di jalan, walau dirinya juga ada.

"Jalan-jalan sendiri, salah. Sama kakak juga gak boleh. Ya udah, mau sama mama aja,"

"Gak. Boleh."

"Nara?"

"Gak."

"Ya udah, papa."

"Emang kamu berani?"

"Enggak. Kalau sama Kak Thorn?"

"Mending kamu diam di rumah."

(Name) manyun. "Aku maunya ke luar."

"Ngapain? Kayak gak punya rumah aja."

Jleb

"Rumahku 'kan cuma kamu, kak ..."

Seketika Solar mengacak rambut (Name). "Bisa aja, bocah."

(Name) mengedip-ngedipkan mata. "Jadi?"

"Gak boleh jalan-jalan."

(Name) yang kini menghela napas. Mulai memikirkan kerjaan apa yang bagusnya dilakukan, karena sudah tak dibolehkan pergi keluar rumah.

"Gimana dengan membuat kerajinan? Katanya kalau kebosanan, bisa apa aja," ucap Solar

"Aku bisanya buat kemalasan. Lagian tau dari mana kalau aku bisa buat kerajinan?"

"Bunga pita itu semua dari mana?" Solar menunjuk laci-laci di sebelah kasur mereka. "Sampai penuh."

"Ohh ... itu buatnya sama Nara, pas lagi niat. Sekarang lagi gak niat."

Solar menyingkap poni yang menghalangi dahinya. "Lantas, apa? Kebetulan aku gak ada banyak waktu."

"Eh? Mau kemana?"

"Ada kerjaan, jadi aku harus pergi."

(Name) tampak manyun. "Kenapa akhir-akhir ini bisa kebetulan sibuk banget ... sengaja ya ninggalin aku yang lagi hamil?"

"Gak gitu. Aku juga khawatir kamu sendiri di rumah, kalau udah gini aku milih mending menganggur agar bisa diam di rumah denganmu."

"... Nanti gak ada pemasukan duit lagi dong? Emang bisa kenyang makan cinta aja nantinya?"

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang