Chapter 7

430 70 9
                                    

Entahlah, berat rasanya bagi (Name) untuk memberi tahu hal ini. Memberitahukan Nara perihal dirinya yang akan menikah. Belum lagi, apakah orang tuanya harus diberi tahu?

"Dek, kakak mau ngomong serius. Penting ini."

"Ngomong apa?"

(Name) menghela napas hingga dirinya merasa lebih siap. "Sebenarnya udah dari berhari-hari lalu kakak pengen kasih tau ini."

Nara pun cuma diam, menunggu kakaknya melanjutkan.

"Jadi ... kakak akan menikah."

Kebetulan, di luar ada suara gledek yang menjadi backsound alami yang mengagetkan dua-duanya. Nara pun terdiam, tak ada kabar kakaknya pacaran, tiba-tiba bilang mau nikah?

"Kak ... kok bisa?"

"Ya, bisalah ..."

"... Enggak, enggak, maksudku, kenapa tiba-tiba mau nikah aja? Aku aja gak pernah tau kakak punya pacar, tiba-tiba banget dah. Sama siapa?"

(Name) garuk-garuk kepala. Sudah ia tebak reaksi Nara akan begitu. "Sini deh, duduk manis, kakak kasih tau."

Beberapa Menit Kemudian ...

"Mafia?"

"Yaa ..."

"Jadi, ini tuh nikah beneran apa nikah bohongan?"

"Kakak juga gak tau gimana nantinya. Kalau kontrak putus, cerai dong? Eh tapi 'kan, dia ngajak nikah karena mamanya udah kebelet pengen punya mantu. Gak tau deh ah, pusing kakak nih."

Nara jadi semakin murung. "Berarti, kakak bakal pergi dari sini? Aku sendiri dong?"

(Name) juga sedih membayangkan nanti dirinya pergi dan tinggal serumah dengan Solar. Sudah ia pikirkan untuk mengajak Nara ikut, tapi belum ia tanyakan hal itu pada Solar ataupun Mamanya Solar.

Mengharapkan kedua orang tuanya pulang dan tinggal bersama dengan Nara, tak akan bisa. Terakhir kali mereka ingat pulang itu sudah berbulan-bulan lalu.

"Nanti kakak usahakan agar kamu gak sendirian, ya. Mungkin kamu bisa ikut dengan kakak."

"Emang dibolehin? Entar malah nambah beban keluarga mereka, gimana?"

"Gak kok, gak bakalan." (Name) pun memeluk adiknya itu. "Kita ini saling memiliki, kakak cuma ada kamu, masa kakak tinggalin demi nikah kontrak dengan mafia."

=====

(Name) duduk di sofa, melihat wanita itu mondar-mandir di hadapannya dengan pikiran yang bekerja. Rasanya sudah seperti menunggu keputusan sidang. Tangan (Name) juga sibuk saling memeluk di atas pangkuannya.

Mamanya Solar tersenyum. "Kamu sayang banget sama Nara, ya?"

(Name) mengangguk. "Tentu saja, saya gak mau dia sendirian di rumah setelah saya menikah dengan Kak Solar. Jadi ... apa dia boleh ikut, tante?"

Mamanya Solar dari awal sudah tau dengan keadaan keluarga (Name), yang orang tuanya punya selingkuhan masing-masing serta tak ingat pulang. Begitu disayangkan kalau gadis itu sendirian setelah kakaknya menikah.

Wanita berumur itupun duduk di samping (Name). "Tante sih gak keberatan kalau adik kamu ikut. Semenjak tante berkeluarga, tante gak punya teman cewek di rumah. Suami udah cowok, anak juga cowok dua. Jenuh tau, masa harus keluar rumah terus biar ada teman cewek."

Kedua mata (Name) berkedip-kedip mendengar jawaban itu. "Tapi, suaminya tante keberatan gak?"

"Enggak, selagi gak menganggu baginya dia terima-terima aja, palingan di awal aja dia cuek, tapi dia baik kok."

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang