Chapter 22

548 63 48
                                    

(Name) itu bukti nyata manusia kuat. Lihat saja, sehabis melakukan malam kesekian dengan Solar, (Name) biasa-biasa saja dan masih bisa roll depan. Gak kayak (Name) sebelah yang encok.

Gua terus sih yg dibandingin -(Name)-nya Supra

Solar sendiri, heran. Secara logika yang ia pikirkan, kalau pertama kali melakukan pasti akan terasa sangat sakit bahkan sampai berdarah. Sakitnya itu bisa terasa dari awal sampai sekiranya beberapa hari sehabis melakukan. Ibarat terluka, dari baru kena luka terasa sakit sampai beberapa hari, hingga luka tersebut kering. Dari yang kelihatan di (Name), tak kelihatan seperti orang kesakitan ataupun orang lumpuh.

Ini artinya, Solar yang ternyata profesional atau (Name) yang tahan banting?

"(Name), coba duduk anteng aja. Dari tadi aku lihat kamu aktif banget." Solar pun menarik kerah belakang (Name). "Pasti baterainya lagi penuh."

"Aku gabut, kak. Makanya aku roll depan aja."

"Emangnya kamu gak capek?"

(Name) menggeleng. "Aku 'kan pengangguran, apa yang bikin capek."

"Yang dua hari lalu itu."

"Ohh, enggak. Toh udah dua hari. Masa harus sakit sih?"

Solar menggeleng. "Malah bagus kalau kamu gak kesakitan."

"Ya udahlah." Kembali (Name) berulah di tempat.

Solar cuma bisa menyimaknya. "Biasanya juga kalau disuruh olahraga malah banyak alasan."

"Kakak nyuruhnya pas lagi gak pengen. Sekarang lagi pengen sih." ucap (Name), "Kakak sendiri, gak pernah aku lihat olahraga."

"Lusa lalu kan udah, sama kamu juga."

Obrolan yang menyinggung dua hari lalu itu sebenarnya membuat (Name) malu, tapi (Name) menyamarkan rasa malunya itu dengan kelakuan barbar. "Masa pas itu doang sih, lagi lah."

Solar menatapnya dengan datar.

Lalu, (Name) tiba-tiba menghentikan kelakuannya dengan ekspresi yang tampak masam. Masam karena sedang menahan sesuatu.

"Sekarang, kenapa?"

"Ngg ... enek."

"Ye, lagian gak bisa diam dari tadi, mau naik juga itu isi lambungnya." Solar pun menarik (Name) dari lantai, agar pindah duduk ke sofa. Solar juga mengambilkan (Name) air. "Diminum dulu."

(Name) pun dengan anteng meminum air yang diberi oleh Solar. Setelahnya, (Name) tak tau mau melakukan apa. Karena masih gabut juga, (Name) pun memeluk Solar.

Solar rasa, akhir-akhir ini (Name) sedang random.

"Nah, tangannya dijaga. Jangan mainin jakun." ucap Solar pada (Name) yang tidak melakukan apapun.

"Aku gak ngapa-ngapain kali, curiga banget."

"Kalau itu kamu, memang patut dicurigai." Solar pun mencubit hidung (Name).

"Hehe, tapi jakun di lehermu emang lucu ..."

Solar menatapnya dengan datar. "Apanya yang lucu?"

"Gak tau, pokoknya lucu, aku suka."

"Aneh, tapi gak apa-apa."

(Name) pun menghela napas dengan panjangnya, lalu nyandar di situ. "Ngapain ya. Gak ada orderan nulis. Apa orang-orang dah pada bisa nulis ya?"

"Bukannya nulis udah jadi krisis?"

"Ya makanya, aku jadiin kerjaan. Mereka tinggal bayar, tugas mereka kelar, aku kaya."

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang