Chapter 17

437 67 33
                                    

Setelah agak lama ditangani, akhirnya mereka berdua dipindah ke ruang rawat. Ruangan mereka berdua sama, jadi (Name) bisa menjenguk mereka secara bersamaan.

Walau sudah diobati, luka mereka masih terlihat dan cukup parah. (Name) sampai ikut meringis melihatnya.

(Name) mendekati Dico yang tampaknya masih tak sadarkan diri. Ia mau mencoba membangunkan pria itu dengan mulai menoel-noel lengannya.

"Bang, masih pingsan ya? Bangun dong, gak baik kelamaan tidur." bisik (Name)

Setelah berkata demikian, yang membuka mata bukanlah Dico melainkan Solar. Solar dari tadi sudah sadar, tapi cuma merem. Ia melihat ke sebelahnya yang terdapat Dico, ia juga bisa melihat (Name) yang tampak berusaha membangunkan Dico.

'Heran, bukannya suami sendiri malah orang lain yang dia bangunin.'

Solar masih anteng memperhatikan mereka berdua, lalu ia berdehem sedikit keras agar (Name) beralih ke dirinya. (Name) yang sedikit tidak peka pun mengangkat kepala.

"Kenapa, kak?"

Sehabis berdehem, Solar inginnya (Name) langsung mendekatinya, bukan pakai nanya dulu.

Karena respons yang tidak sesuai ekspektasi itu, Solar tak menjawab pertanyaan (Name), yang membuat (Name) makin tak peka. Jadi ya, (Name) kembali mencoba membangunkan Dico yang sepertinya belum akan bangun untuk sekarang.

"(Name), dia gak akan sadar sekarang, jadi gak usah sibuk di situ."

"Emang gak boleh coba bangunin?"

"Gak, biarin aja dia tidur sampai segar saat bangun nanti."

(Name) melirik Dico, kemudian beralih ke Solar. (Name) segera membantu Solar untuk duduk sesuai kemauan Solar.

"Layani aku." titah Solar

(Name) sedikit menautkan alisnya. "Tentu, kenapa minta lagi? Aku pasti melayani kakak."

"Dari tadi kenapa sibuk dengan orang itu?"

Mata (Name) berkedip-kedip cepat. "Memang kenapa? Dia udah selamatin aku, masa aku cuekin. Lagipula gak ada pihak keluarganya di sini."

"Biarin aja, masih ada suster, dia juga bukan suamimu."

(Name) seketika merasa ada yang agak laen. "Emang ... kamu sendiri juga cuma suami kontrakku. Yang berarti bukan suami asli."

Jleb

"Kontrak cuma formalitas, lagian kita udah akad dan sah." bantah Solar. "Ah sudahlah, intinya sekarang layani aku yang sedang kesakitan ini."

Walau rasanya ada yang mengganjal dari kelakuan Solar ini, (Name) cuma iya-iya. Dirinya pun menarik kursi dan duduk di situ, diantara ranjang pesakitan Solar dan Dico.

(Name) kira dirinya akan dibabukan sewaktu-waktu jika diperlukan. Ternyata, semua juga disuruh oleh Solar! Selain disuruh mengambil ini dan itu, Solar juga minta agar carikan ketombe di kepalanya, garukkan kakinya yang gatal, serta juga pijat bagian tubuhnya yang pegal. Ini sih definisi 'merepotkan (Name)'.

'Perasaan dia masih bisa gerakin tangannya buat ngelakuin itu semua?'

'Ini anak gak peka banget, tapi lucu juga bisa suruh dia ngelakuin apa aja dan dia iya-iya doang.'

"Ini udah berapa tahun gak keramas? Bisa-bisanya minta pungutin ketombe. Gak sekalian nih aku cabutin ubannya terus keramasin?" ujar (Name)

"Boleh juga, soalnya aku malas keramas. Memangnya aku punya uban?"

"Ah elah, ini ada banyak helai warna putih."

"Itu bukan uban astaga."

"Terus apa? Rambut tua?"

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang