Chapter 11

355 50 7
                                    

Barang-barang di meja yang mereka tempati tadi pun sudah Nara ambil, lalu ia segera mengendarai motor kakaknya. Mereka ke cafe tadi cuma membawa satu motor. Nara pergi bukan untuk mencari (Name), soalnya ia tak tau kemana kakaknya, ditelepon tak ada sahutan karena handphone ketinggalan bersama Nara. Nara berniat untuk melaporkan ini pada abang iparnya--Solar.

Dengan buru-buru Nara berkendara, untungnya aman dan selamat bagi dirinya. Ia tiba di rumah dan berlari ke dalam, dengan kalang kabut mencari Solar.

'Haduh, ini suami orang dimana coba, giliran dicari kagak ketemu.' dumel Nara di dalam hati.

"Nak, cari apaan buru-buru begitu?"

Nah, yang tak dicari tiba-tiba ada. Nara langsung menghampiri Tamaya yang melihatnya sedang mencari-cari Solar.

"Ma, Kak Solar dimana? Aku ada kabar genting nih."

"Dia belum pulang. Berita genting apa memangnya?"

Dengan napas yang masih ngos-ngosan, Nara diam dulu, tapi mukanya kelihatan sangat khawatir. "Kakak hilang. Gak tau kemana, tadinya cuma bilang pergi ke toilet cafe tapi gak balik-balik. Aku cariin juga gak ada."

Tamaya tau dua gadis ini tadi pergi ke cafe, karena mereka sudah izin. Tak disangka ada kejadian begini. "Loh, kok bisa, cafe mana itu? Mungkin kita bisa minta cek CCTV di sana."

"Cafe Melati, eh emang toilet ada CCTV-nya?"

"Siapa tau bisa ketahuan dari CCTV. Ayo, nak, kita buruan cari kakakmu." Lalu, mereka pergi lagi dari rumah menuju cafe yang tadi.

SEMENTARA ITU ...

'Ini dimana, buset?' (Name) melihat sekeliling yang asing dengan perasaan merinding. Tak tau kulitnya tiba-tiba terasa merinding.

Seingat (Name), ia tadi ada di toilet cafe, lalu tiba-tiba ada yang menyemprotkan sesuatu yang membuatnya tidur. Bangun-bangun sudah di sini, entahlah ini dimana, dengan keadaan terikat dan dilakban di bagian bibir.

'Eh ... gua 'kan belum bayar bill! Ya ampun, gimana ya nasib Nara sekarang. Apa jangan-jangan dijadiin budak karena gak bisa bayar?'

Gak tau aja si (Name), kalau Nara kaya mendadak berkat gaji yang ia terima dari kontrakan bersama Solar.

(Name) mulai menggerakkan tangan-tangannya yang terikat dengan sangat erat, kakinya juga sama diikat. Dilihat-lihat ia seperti anak tantrum sedang mencoba melepaskan diri. Tapi usahanya itu sia-sia karena, ya karena sia-sia:v /plak/ karena ikatan tali yang terlalu kencang dan usaha yang tidak seberapa untuk melepas tali. (Name) pun mulai berserah diri.

'Ya Tuhan, ini dimana, dan bakalan terjadi apaa, aku gak tau apa-apa sumpah.'

Kriet ...

Bunyi yang cukup nyaring itu membuat (Name) sedikit ngilu. (Name) melihat ke arah bunyi itu, lebih tepatnya itu adalah pintu ruangan yang sedang (Name) tempati. (Name) kembali merinding ditambah degdegan karena tak tau siapa yang akan masuk.

"Halo~"

Kedua mata (Name) seketika melebar. 'Lah, Nada?! Ayam betina di kampus? Ngapain dia ke sini?'

"Oh ya, lupa." Orang yang diketahui namanya Nada itu lebih mendekat ke (Name), lalu menarik lakban yang menutupi bibir dengan kasar.

"Gimana? Kaget lihat gua yang ternyata nyulik lo?!"

"... Mau ngapain lo nyulik gua siang-siang gini? Perasaan masih ada banyak orang selain gua yang bisa diculik,"

Nada malah terkekeh. "Iya lah, lo yang harus diculik. Lo tau karena apa?" Dengan gemas nyerempet sadis, Nada menangkup kedua pipi (Name) dengan kasar, membuat (Name) terpaksa mendongak ke arahnya. "Karena lo mau gua jual!"

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang