Chapter 1

825 108 13
                                    

(Name) mulai membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah ruangan yang terang. (Name) masih merasa sakit kepala.

'Tadi itu cuma mimpi ya? Gak mungkin tadi gua ngelihat ada pembunuhan, itu gak mungkin nyata ...'

Dengan kepala yang masih sakit, (Name) mendudukkan dirinya dengan perlahan. Matanya menerawang ke sekitar ruangan itu, sampai akhirnya menyadari sesuatu.

"Kok beda?"

Pada akhirnya, panik juga, karena (Name) sadar dirinya sedang tidak ada di kamarnya!

'Anjirlah, kamar siapa ini! Kok gua bisa di sini?!'

Tak lama dari itu, pintu kamar terbuka. Menampakkan seorang pria yang sepertinya (Name) pernah lihat wajahnya.

'Kayak pernah lihat ... yang tadi bukan sih??'

Begitu pria itu mendekat, (Name) langsung turun dari kasur. Pria itu dibuat heran, apalagi jari (Name) menunjuk ke arahnya.

"Lo--eh--kamu, anda 'kan yang, siapa? Anda yang bawa saya ke sini?"

Mendengar cara bicara (Name) membuat pria itu tertawa. Ia pun duduk di kursi. "Iya, saat tadi kamu tidak sengaja melihat kami lagi beraksi."

Otak (Name) seketika loading, lalu menyadari jika adegan pembunuhan itu bukan cuma mimpi.

"Ng-ngapain? Saya salah apa? Sa-ya, cuma lewat situ ... buat pulang."

"Kamu tidak tau aturan mafia?" Pria itu bersedekap. "Siapapun yang lewat atau bahkan melihat kami disedang beraksi, akan mati."

"Loh, kok?! Orang belum kawin main dibunuh aja,"

Pria itu menatap (Name) dengan lekat. "Belum, ya?" Lalu tersenyum, ia pun berdiri lalu berjalan mendekati (Name). "Kebetulan sama. Karena kamu juga tidak mau mati, biar saya tidak kesusahan lagi, ayo nikah kontrak dengan saya."

Sempat tatap-tatapan dengan hawa yang menegangkan, kalau ini film, ditambah backsound jreng jrengg, kayak film India di scene 360°.

"Gak mau. Kita gak kenal, lagian saya punya husbu yang siap diajak nikah."

"Ya sudah, kamu mati saja."

'... Seenak udel main tembak buat orang mati. Gak takut neraka kah??'

"Gak mau juga. Saya masih ada orang tua di rumah."

"Yang mana? Kan ada empat. Lagian, merekanya peduli sama kamu?"

Mata (Name) pun terbelalak. 'Kok dia tau?!'

"Jadi, gimana? Asal kamu tau, nikah kontrak dengan saya itu banyak untungnya, pikirkan baik-baik kalau mau menolak."

(Name) tentunya masih keukeuh tak mau menerima. "Apa untungnya coba?"

"Yang pertama, tentunya uang yang akan masuk ke rekening kamu setiap minggu."

'Baru juga mulai udah langsung ke duit. Sengaja banget??'

"Gak mau juga deh, soalnya saya bisa hasilin uang sendiri."

"Yang bakal saya kasih lebih banyak dari itu kok."

"Berapa emang?"

Solar tersenyum. "Nanti juga kamu tau. Terima dulu, baru ada transferan rajin."

"Eihh, kalau gitu mah saya makin gak mau. Tau-tau cuma nipu."

"Memangnya saya ini penipu?"

"Mana saya tauu, orang gak kenal."

"Kenalan."

"Gak mau. Maunya pulang." Dengan santainya (Name) berjalan dari hadapan Solar, hendak pergi dari situ.

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang