Chapter 28

300 32 13
                                    

HPL sudah semakin di depan mata, membuat (Name) menunggu-nunggu waktu tibanya dengan rasa degdegan. Degdegan karena tidak terbayang rasanya melahirkan kayak gimana, dan juga tak sabar ingin melihat bayi yang ia kandung selama ini.

Saat ini, (Name) seperti biasa mengabdi di rumah. Kali ini bersama seorang perempuan cantik alias calon iparnya. Jolinya alias Thorn sedang keluar sebentar dan membiarkan (Name) berdua di situ bersama si perempuan.

Bukan pertama kalinya Thorn membawa perempuannya ke rumah, hanya saja jarang-jarang. Meski begitu, (Name) orangnya bisa sokab dan bisa berinteraksi baik dengan Pacarnya Thorn.

"Kapan nih lahirannya, kak?"

Kebetulan obrolannya saat ini lebih banyak tentang kehamilan, daripada mati topik juga.

"Bulan ini sih. Mau hadiahin?" gurau (Name)

"Hehehe, kalau sempat sih ya. Aku usahain jenguk kok, bareng Thorn."

"Iyaa." Tangan (Name) mengelus perut.

"Di sini emang sepi terus ya? Kadang aku ke sini, pasti sepi."

(Name) mengangguk. "Begitulah. Orang-orangnya pada sibuk semua. Palingan hari libur, baru semua di rumah."

"Ohh ... ya juga ya. Aku selama ini belum sempat ketemu Ibunya Thorn. Karena itu."

"Umm ... kenapa gak janjian aja dulu? Kalau emang mau ketemu serius, biar saling kenal."

Perempuan tersebut malah tersenyum, berakhir cengengesan. "Malu."

(Name) seketika berekspresi datar.

"Hehe, kalau kakak dulu ketemu Ibunya Thorn, gimana?"

"Diketemuin."

"Maksudnya, terencana apa enggak,"

"Ohh, terencana dong. Malahan beliau yang ngebet ... soalnya Kakaknya Thorn itu udah tua, belum juga nikah."

"Ohh, jadi lebih gak sabar gitu ibu mertuanya?"

"Yaa. Setauku, Thorn belum direlain untuk berumahtangga, jadi ya gak begitu tanya-tanya ke Thorn ..." (Name) memperhatikan ekspresi perempuan di hadapannya. "... Bukan berarti ibu mertua gak mau Thorn bawa perempuan untuk dikenalkan padanya, pasti terharu sih, kayak 'akhirnya anakku dah gede, bisa bawa perempuan pulang'."

"Thorn tuh emang polos orangnya, jadi kayak anak kecil. Tapi itu bukan masalah besar kok. Pada waktunya pasti kamu dikenalkan ke ibu mertua dan keluarga."

"Ah ... begitu ya. Iya, benar sih, Thorn tuh kayak anak kecil. Sama aku pasti clingyy, lucu banget pokoknya. Di lain situasi, jadi beda orang."

"Oh, ya 'kah?"

"Iyaa, kadang aku mikir, apa pacarku ini ada dua kepribadian,"

"Yaa, walau begitu, semoga gak jadi masalah sih."

"Enggak kok, aman selama ini."

Berselang dari obrolan, ada Thorn yang tiba-tiba sudah pulang. Tak berlama-lama diam di rumah, mereka sudah pamitan karena mau jalan-jalan berdua. Kini pun, (Name) sudah sendirian di rumah, jadi bisa santai dan anti jaim. Sedari tadi ia capek jaim di hadapan calon ipar.

"Duh, kok capek ya. Padahal dari tadi cuma duduk dan ngobrol." (Name) mengelus perutnya. "Anak bunda, dari tadi ngapain aja sih? Anteng bangett dengerin obrolan yaa."

Tak lama kemudian, ada Tamaya yang baru pulang dari acara ibu-ibu. Wanita tersebut segera menghampiri menantunya yang ia tinggalkan di rumah.

"Mantukuu, pasti bosan ya sendirian di rumah,"

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang