Chapter 12

487 71 20
                                    

Puing-puing ringan beterbangan dari arah bangunan, tempat (Name) diikat tadi. (Name) menatap nanar ke arah situ dan dadanya berasa berdebar. Apakah yang meledak tadi, bangunan itu? Lantas bagaimana dengan orang di dalamnya?

(Name) yang tak tahan hanya melindungi dirinya di situ sambil melihat puing-puing bertebaran pun ingin berlari ke sana, tapi Nara menarik tangannya.

"Ngapain ke sana, kak! Bahaya!"

"Gaakk! Kakak harus ke sana!" (Name) menarik tangannya hingga lepas dari Nara, lalu berlari ke sana.

"Woi ..." Nara jadi terdiam melihat ke arah kakaknya yang berlari cepat.

Tiba di reruntuhan bangunan itu, (Name) mencari-cari Solar di sana. Keadaan di reruntuhan masih cukup kacau dan berdebu, juga banyak puing-puing berbahaya di udara ataupun di tanah.

Sesekali (Name) terbatuk. Ia memanggil-manggil Solar yang tak tau sedang ada dimana. Sampai-sampai mata (Name) berair, entah karena terlalu khawatir atau karena debu yang menabrak matanya.

Lalu, kaki (Name) tak sengaja terkena sesuatu yang rasanya halus. (Name) pun menunduk, menemukan tangan manusia diantara reruntuhan itu.

"Owalah! Tangan ..." (Name) mengusap lengannya yang tiba-tiba merinding. Ia kembali mencari Solar.

"Kak Solar! Kakak belum meninggal 'kan?! Kok ini bisa-bisanya meledak sih?! Kakak dimana?!!!" ucap (Name) dengan ngegas.

Sampai jenuh juga (Name) mencari, tapi tak ada Solar yang ia temukan. "Kak Solar ..." Air mata (Name) pun menetes. Ia resah tidak menemukan Solar dari tadi. "Dia dimana coba ..."

Dari kejauhan, (Name) seperti melihat ada sosok pria yang berjalan ke arahnya. (Name) memicing mata, makin dekat itu kelihatan seperti Solar. Yakin bahwa itu Solar, (Name) pun berlari ke arahnya, walau sempat tersandung sedikit, lalu ia langsung memeluk Solar. Solar yang tiba-tiba disruduk merasa agak kaget.

"(Name), ngapain kamu di sini?"

"Nyari kakak lah! Aku takut tadi pas dengar suara ledakan ... aku kira kakak jadi korban juga ..."

Solar malah tersenyum geli, lalu keceplosan tertawa sedikit. "Kamu kira aku lemah dan bisa berakhir dengan mudah karena ledakan?" Tangan Solar mengelus kepala (Name). "Tadi saat ada yang akan melemparkan peledak, aku dan anak-anak langsung berlari dan menyelamatkan diri dari bangunan. Mereka malah diam di sana dengan harapan kami mati bersama. Tapi apa? Aku dan bawahanku masih hidup semua."

(Name) menatapnya dengan khawatir. "Beneran? ... Kakak gak apa-apa 'kan? Gak luka?"

"Seperti yang terlihat."

(Name) memperhatikannya. Yang kelihatan adalah luka lecet dan lebam di beberapa bagian.

"Sudah, sudah, ayo pulang. Diam di sini berlama-lama hanya membahayakan." Solar merangkul (Name), lalu mereka pergi ke tempat kendaraan terparkir.

Tiba di parkiran, di situ ramai oleh anak-anak buah Solar, Nara, dan Tamaya. Baru tiba di situ, tiba-tiba Solar muntah darah yang membuat orang-orang di dekatnya panik.

"Kakak!"

=====

Sekarang, mereka ada di rumah sakit, setelah melarikan Solar ke UGD. Tamaya, Nara, dan (Name) menunggu di ruang tunggu.

Beralih pada (Name), ia sedang diam alias diam-diam overthinking. Tangannya saling menggenggam dan bergerak tak tenang, pikirannya pun ramai.

'Andai gua tadi gak keluar rumah ... gak bakal terjadi apa-apa 'kan? Masih bisa diam di rumah dan bercanda-canda, Kak Solar juga gak bakal masuk rumah sakit dengan keadaan begini ... gua yang salaah!'

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang