Chapter 15

414 62 11
                                    

Mulai hari ini, (Name) sudah resmi menjalani life after graduation. Tidak disebut pengangguran, sebab (Name) masih bekerja sebagai jasa tulis (bahasa kasar: penjoki tugas). Walaupun akhir-akhir ini kerjaannya itu sedang sepi karena kebanyakan anak-anak sekolah dan kuliahan sedang menikmati libur.

Sesuai kemauan (Name) kemarin malam, ia pergi menuju dagang nasi goreng langganannya yang berada di dekat kampus. Akhir-akhir ini sudah agak jarang ia membeli di sana, apalagi sekarang sudah lulus kuliah. (Name) akan menyempatkan diri untuk membeli makanan kesukaannya itu.

"Bang!"

"Oit, (Name) ternyata. Tumben lihat."

"Hehe, aku udah lulus, bang, wajar aja jadi jarang ke sini. Mau dua, dong."

"Siap."

(Name) duduk di kursi kosong, sambil mulai basa-basi dengan si abang nasi goreng. Banyak saja topik obrolan mereka, apalagi masing-masing sudah begitu akrab karena saking seringnya (Name) datang membeli.

Beberapa menit kemudian, pesanan (Name) jadi dan pria itu segera memberinya. "Ini dia."

"Makasih, bang." (Name) pun membayarnya.

Si abang pula menerima. "Terima kasih juga."

"Duluan, ya."

"Yoi."

Sehabis membeli nasi goreng, niatnya (Name) langsung pulang dan mukbang bersama Nara. Ia juga tak tau akan membeli apa lagi.

Tiba di rumah, (Name) sudah langsung melihat Nara dan Thorn nangkring di ruang tamu.

"Naradityas Putri Adebara Xianje."

"Perasaan itu bukan namaku, kak."

"Hehehe, nih nasi gorengnya."

"Yeyy, micin."

Thorn menatap datar ke arah mereka berdua. "Kebanyakan micin kalian, entar bisa diejek bocah micin lho."

"Biarin, asal gak dongo." ucap Nara dengan watadosnya.

"Kak Thorn mau??" tanya (Name)

"Mau, kayaknya enak." jawab Thorn dengan polosnya.

(Name) tersenyum. "Ya udahlah, aku ambil air dan sendok duluu."

Lalu, mereka bertiga makan bersama di sana. Dua nasi goreng tadi dijadikan satu. Makan sambil bercanda-canda lucu, untung tak sampai tersedak.

"Asal kakak tau aja, makan micin kalau sesuai takaran bikin otak makin pinter tau." ucap Nara

"Hah? Masa sih? Perasaan doktrin orang tua dari dulu gak bolehin makan micin dengan embel-embel bikin stunting." ucap Thorn

"Kalau kamu makan micin sebungkus tiga kali sehari baru dah gak baik, karena mematikan neuron otak. Aku pernah baca-baca sih gitu."

"Ohh, jadi yang bilang makan micin bikin bodoh itu gak sepenuhnya benar dong." sahut (Name)

"Iya dong?"

"Kalau gitu, besok makan micin lagi yuk."

Reflek Thorn mendorong lengan (Name), (Name) sendiri malah cengengesan. "Hehehe, yakali."

Setelah makan, mereka berdiam diri di situ, membiarkan nasi yang tadi mereka telan turun ke lambung. Sebenarnya mereka gabut dan sedang memikirkan kegiatan yang bagus dilakukan.

"Gabut banget, ya. Apa mending jalan-jalan?" ujar Nara

"Bosen ah, lagian akhir-akhir ini rasanya gak aman buat keluar." sahut (Name)

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang