Beberapa Tahun Kemudian
Gemericik air hujan terdengar mulai ribut dari dalam rumah. (Name) berjalan dari dalam rumah ke halaman belakang, lalu memanggil bocah kecil yang asik bermain di sana.
"Nak, ayo sini, jangan main hujan."
Dengan tatapan polosnya anak itu menoleh ke ibunya. Merasa ucapan ibunya benar, bocah itu segera menghampiri lalu ia merentangkan tangan sebagai kode agar ia digendong.
Laki-laki kecil yang (Name) lahirkan tiga tahun lalu, mukanya mirip dengan (Name) tapi kelakuannya Solar. Mereka namai, Binar.
(Name) tersenyum kecil, lalu ia menggendong anaknya yang berusia tiga tahun itu. "Senang banget mainnya, ya. Sampai hujan kamu gak sadar." (Name) mengajaknya masuk, lalu menemui Solar yang duduk di sofa.
"Kak, katanya mau mandi, nih diajak juga." (Name) segera menurunkan bocahnya dari gendongan.
"Yeyy, mandii."
Solar melirik anaknya dan (Name) secara bergantian, lalu tersenyum. "Kamu sendiri?"
"Udah dong, gak tau aja kamu tuh. Dah lah, encok nih." (Name) mengelus pinggangnya yang mudah encok akhir-akhir ini.
Itu sebab ia masih suka menggendong anak pertamanya, padahal keadaan dirinya sedang hamil lagi dengan usia trimester dua.
Sebenarnya, (Name) tau jika ukuran perut hamil sudah membesar, tidak dianjurkan untuk mengangkat sesuatu yang berat, menggendong anak juga termasuk, tapi (Name) sering lupa dengan itu. Ia juga masih sangat suka memanjakan anaknya yang baru berusia tiga tahun itu.
"Baiklah, bunda istirahat aja, biar kami mandi dulu." Solar menggendong anaknya. "Ayo kita habisin air."
"Ayoo!"
(Name) tersenyum melihat mereka, lalu ia pergi ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya yang mulai lelah. (Name) juga mulai menyibukkan dirinya di sana agar tidak kebosanan.
Beberapa menit kemudian, tau Binar sebentar lagi selesai mandi, (Name) menyiapkan pakaian ganti untuk anaknya itu serta kelengkapan lain.
Tak lama kemudian, Solar dan Binar kembali ke kamar dengan keadaan sudah selesai mandi. Kelihatan bocah mereka terbungkus handuk.
"Haduh, dinginnyaaa, ayoo cepat-cepat pakai bajuu."
(Name) segera memakaikan anaknya pakaian, sementara itu Solar memakai pakaiannya sendiri. Sudah wangi dan rapi, anak itu kelihatan girang. (Name) suka melihatnya.
"Sekarang ngapain? Gak bisa jalan-jalan nih, hujan di luar."
"Kan ada payung." sahutnya dengan polos.
(Name) senyumin saja. "Dingin, nak. Gak bagus tau." (Name) melihat anaknya yang tadinya duduk di kasur, kini naik ke pangkuan (Name). Wanita itupun memeluk si anak dengan gemas.
"Katanya kamu perlu istirahat, (Name)?" ucap Solar
(Name) menggeleng. "Sambil duduk juga, bukan masalah."
"Baiklah. Aku akan ke dapur."
(Name) tersenyum dan mengiyakan, lalu Solar pergi dari kamar.
"Bundaa, ini kok becal?" tanya Binar, tangan kecilnya menyentuh-nyentuh perut bundanya yang berisi adik.
"Kan isi adek, makanya besar." jawab (Name)
"Kok adeknya bisa masuk? Gimana cala masuknya?"
(Name) tersenyum kikuk. Mungkin kepintaran Solar banyak turun ke anaknya, makanya ada saja pertanyaan darinya yang terdengar nyeleneh oleh orang dewasa, tapi mengandung rasa penasaran yang tinggi.
"Nanti kamu udah besar juga tau gimana adeknya bisa masuk perut." (Name) mengelus kepala anaknya yang sudah berambut cukup lebat. "Ayo peluk bunda, biar gak dingin."
Bocah itu tersenyum, membenarkan pelukannya pada (Name). (Name) jadi makin gemas dengan bocah buatannya.
Tak lama kemudian, ada Solar yang kembali dengan dua jenis minuman. Teh dan susu, kalau digabung jadi teh tarik. Solar memberi susu ibu hamil pada (Name) dan susu bayi pada Binar.
Solar pun bergabung duduk di situ. Kasur pun jadi diisi tiga setengah orang- yang dimaksud setengah itu, bayi di dalam kandungan (Name).
Kadang, orang hamil itu diam-diam doang terlihat imut. Hal itu terlihat oleh Solar, tapi nyatanya dari situnya memang menggemaskan.
Kalau sedang tak ada anak, mungkin mereka bisa bucin sepuasnya, lah ini (Name) dan Binar sedang pelukan. Meski begitu, sebetulnya berkelakuan mesra dalam batas wajar dengan pasangan di hadapan anak merupakan hal yang bagus. Itu akan membentuk memori baik pada otak anak. Kadang tak baik, karena bisa saja si bapak dan si anak rebutan si ibu.
"Gimana perasaanmu, (Name)?"
(Name) melirik. "Gak gimana, lelahnya udah mereda juga. Makasih untuk susunya."
Solar tersenyum tipis. "Memang sudah seharusnya aku melayanimu juga."
(Name) senang mendengarnya. Dapat suami jalur gak sengaja lihat lalu berkontrak. Awalnya tak menyangka akan bisa sampai begini. (Name) mulai tersenyum membayangkan yang sudah-sudah.
"Mikirin apa?"
"Hehe, enggaak ... aku keinget aja gimana kita ketemu dulu. Lucu, pengen ngulang lagi."
"... Pengen ngulang saat kamu kikuk dan takut banget denganku?"
"... Gak gitu juga, sih ... ah pokoknya lucu. Gak kerasa kita udah sampai sini aja."
Solar tersenyum. "Iya, semua terasa cepat."
"Sampai ada anak kecil ini juga." (Name) menyentuh kepala anaknya yang sedang asik sendiri di situ dengan susunya. "Anak kita."
"Aku lho, gak pernaah nyangka bakal nikah sama mafia. Yang begituan mah, kadang cuma haluan aku. Lah, ternyata sekarang, bisa beneran dong?" (Name) jadi sedikit melongo memikirkannya, ia merasa mendapat pencapaian besar dalam hidupnya.
Solar terkekeh, ia meletakkan gelasnya di atas laci. "Halu itu 'kan impian, berarti salah satu impianmu sudah tercapai?"
"Umm ... perasaan, aku gak pernah ngehalu bakal nikah sama mafia." (Name) melirik Solar. "Berat rasanya ngehaluin begituan. Tapi bukan berarti aku gak suka, hehehe. Sekarang udah gak halu, seneng dongg. Apalagi mafianya sesuai ekspektasi, bukan om-om buncit."
"... Kalau ternyata aku berbanding terbalik dengan ekspektasimu, gimana?"
"Aku gak munafik, aku juga gak tau sih. Palingan bakal sama takutnya, apalagi kuasamu besar. Kalau diingat-ingat duluu, aku kabur-kaburan orangnya, kamu ngejar-ngejar."
Solar terkekeh mendengarnya. "Kayak percintaan jaman dulu ya. Laki-laki mengejar perempuannya, sampai dapat."
"Iya juga tuh. Kebanyakan dulu begitu, sekarang mah lebih berani orang-orangnya, gak lagi deh mandang gender."
"Hem, apapun itu, kita bisa sampai sini juga, dengan bahagia 'kan?"
─────
Mungkin, tak semua orang dapat merasakan hangatnya sebuah keluarga kecil. Dengan ini, (Name) maupun Solar merasa sangat bersyukur bisa bertemu dan mendapat kisah yang bahagia.
Mungkin, kadang ada saja bebatuan yang menyusahkan jalannya, tapi selagi dilewati bersama dengan tenang, semua terasa baik-baik saja.
Mungkin, di masa yang akan datang nanti bisa saja terjadi sesuatu yang tak terduga, tapi (Name) dan Solar tak takut. Selagi bersama, tak ada yang tak mungkin dilalui.
Mereka abadi, dan bahagia, sampai akhir.
•
END
Yeyy tamat 🐧.
[ 23 Juni 2024 ]
[ Re-published: 04 Agustus 2024 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Marriage [✓]
أدب الهواة୨⎯ BoBoiBoy Solar w/ Female!Readers ⎯୧ Dalam halu yang liar, orang-orang pasti membayangkan bagaimana dirinya bersanding dengan pria tampan. Mungkin itu pria biasa, atau yang punya kekuasaan besar seperti CEO dan Mafia. Ya, (Name) juga begitu, karen...