Chapter 4

627 87 18
                                    

"Solar, udah hampir sebulan loh, kamu dengerin omongan mama, 'kan?"

Solar yang sedikit sibuk itu rupanya diganggu dengan pertanyaan yang tidak berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Apa lagi kalau bukan pernikahan.

"Iya, ma. Besok aku bawain."

"Benaran?!"

"Tentu saja. Mama udah lama nunggu, jadi aku kabulkan."

"Benaran loh ya, coba lihat cewek kamu kayak gimana."

"... Kalau gak sesuai ekspektasi mama, gimana?"

"Gak sesuai ekspektasi gimana dong?"

"Kalau ternyata pekerjaannya bukan tipe pekerjaan yang mama sukai, atau mungkin statusnya."

"Mama gak peduli sama itunya, ya. Yang penting, dia baik, tau adab. Percuma kerjaannya tinggi-tinggi kalau gak beradab."

Solar sudah pernah menanyakan pertanyaan yang sama pada mamanya, dan jawaban tetap sama.

Tentunya ia ada keraguan untuk mengenalkan (Name) pada mamanya. Awalnya yang ia pikirkan, yang penting ada kandidat. Reaksi mamanya kalau melihat kandidat itu tidak ia pikirkan dari awal. Malah asal pick anak kuliahan, yang juga umurnya cukup jauh dengan dirinya.

"Ini dia." Solar menunjukkan foto (Name) pada mamanya.

Wanita itu mulai memperhatikan foto itu dengan serius. "Pakai filter gak?"

Solar pun menarik handphone-nya untuk melihat foto itu. "Gak, ini asli." Kembali Solar menunjukkannya pada sang mama.

Wanita itu masih saja memperhatikan foto (Name) dengan saksama, sampai-sampai mengambil handphone Solar untuk dilihat sendiri. Solar tak begitu peduli, yang ia pedulikan cuma reaksi mamanya nanti.

"Ya ampun, nak ..."

"... Kenapa?"

"Cantiikk bangett, muda pulaa. Umur berapaan sih?"

"... 20an."

"Woah ... berarti masih ada menjalani pendidikan?"

Solar mengangguk. "Dia itu anak pertama, kuliah dan kerja tiap harinya. Dia juga punya adik,"

"Terus, terus, calon besannya mama?"

"Ada empat, ma."

Si mama seketika bungkam. "Broken, toh ..."

Solar menghela napas. "Ya, begitulah ... gitu-gitu dia juga lugu."

Wanita itu tersenyum. "No problem, mama suka-suka aja. Nanti mama bakalan treat dia kayak anak sendiri."

"Suka-suka aja? Gak suka-suka banget?"

"Belum, nanti kayaknya." Wanita itu masih saja tersenyum lebar. "Jadi gak sabar deh punya anak cewek."

"Oh, oh, yaa, namanya siapa?"

"(Fullname)."

Setelahnya pun Mamanya Solar jadi terus senyum-senyum lebar. Sampai-sampai papanya bingung kenapa mamanya terlihat begitu bahagia dan tak henti tersenyum.

=====

Tiba juga hari untuk pergi ke rumah Solar. (Name) sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tampil cakep dan profesional di hadapan Mamanya Solar.

Kata Solar, jangan berpenampilan yang di luar keinginan. Pakailah pakaian yang biasa asal nyaman, tapi bukan kaos oblong juga. (Name) pun menuruti itu, ia berpenampilan yang cukup kasual, tidak terlalu biasa dan juga tidak woah. Mukanya juga diberi polesan natural. Rambutnya juga dirapikan.

Contract Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang