3

367 14 0
                                    

Kak Luna, nggak mau pesan apa gitu?" tanya Inara, memecah kecanggungan di antara mereka. Pasalnya dari tadi Luna hanya diam memperhatikan dirinya dan Beryl.

"Espresso, dua gelas. Biar nggak ngantuk nungguin kalian yang asik sendiri. Tapi lo yang bayar, ya!” jawab Luna.

Hampir satu jam mereka berada di cafe itu, dan dari tadi Luna hanya memperhatikan interaksi dua orang di hadapannya. Tanpa diberi kesempatan untuk berbicara. Setiap Inara memberi atensi padanya, Beryl selalu mengalihkan perhatian Inara. Luna tau, Beryl sengaja.

Inara meringis, merasa tidak enak. "Kakak yakin?"
"Kenapa? Lo nggak mampu bayar?"

Di bawah meja, Beryl menginjak pelan kaki Luna dengan sorot mata penuh peringatan. Sedangkan Luna memberi pelototan menantang.

"Enggak, bukan begitu. Setau aku espresso rasanya pahit banget kak. Kakak yakin bisa minum?" jelas Inara.

"Lo nantangin gue?!" Entah kenapa Luna jadi merasa tertantang dan kesal sendiri. Dia merasa diremehkan. Apalagi dengan wajah Inara yang sok polos menurutnya, bawaannya pengen nyakar.

Inara menggeleng panik, lalu berkata, "Nggak, Kak. Maaf aku nggak bermaksud gitu. Aku cuma memberi tahu. Aku nggak tau kakak punya riwayat sakit lambung atau enggak, kalau iya kan bisa bahaya."

Inara menggigit bibir dalamnya dengan kepala menunduk dalam-dalam. Dia tau betul siapa yang sedang diajak bicara. Luna tukang bully, walau tidak pernah terlihat terlibat, tapi Luna selalu ada bersama mereka.

Badas Girl's, siapa yang tidak tau nama itu. Menurut desas-desus yang Inara dengar, mereka salah satu geng pembully yang lumayan terkenal di kalangan anak kelas dua. Mereka tidak segan untuk menyakiti fisik target. Tidak menutup kemungkinan kalau setelah ini Inara akan menjadi target selanjutnya karena telah membuat Luna marah.

"Sok pinter lo, cupu! Tinggal pesen aja pake ceramah segala," ucap Luna yang semakin sebal dengan kata-kata Inara.
"Lo apa-apaan sih!" bentak Beryl tidak terima Inara di perlakukan seperti itu.

"Enggak apa-apa, Kak. Aku pesenin dulu."

"Enggak, enggak! Dia nggak boleh minum kopi." Beryl mencekal lengan Inara yang sudah berdiri hendak memesan, membuatnya duduk kembali. "Kalo mau mati, mati sendiri jangan bawa-bawa orang lain. Lo lupa kalau pernah sekarat cuma gara-gara minum Americano!"

Inara menoleh, memperhatikan Beryl yang terlihat marah dan juga khawatir. Inara jadi merasa tidak enak pada Luna. Gara-gara dirinya yang banyak bicara, Luna jadi dimarahi oleh Beryl.

Luna mencebikkan bibirnya lalu mengalihkan pandangannya kemanapun, asal tidak memandang dua manusia laknat di hadapannya yang semakin membuatnya kesal.

"Maaf ya, Kak Luna. Aku pesenin kopi susu aja mau?" tawar Inara.

Luna menoleh, tersenyum dengan kepala menggeleng lalu berkata, "Nggak, makasih!" ucapnya, setelah itu menetralkan ekspresinya kembali.

Apa-apaan, memangnya Luna orang dewasa setengah bayi apa?!

Sejak beberapa bulan Beryl menjalin hubungan dengan Inara, ini adalah kali pertama Luna bertemu dan berinteraksi dengan Inara secara langsung.

Kesan pertamanya tidak berbeda dari penilaiannya terhadap gadis itu. Inara memang terlihat lugu dan polos. Namun tidak demikian menurut pandangan Luna, Inara terlihat Norak dan kolot, terlihat dengan jelas dari pakaian dan cara bicaranya.
Tidak seperti mantan-mantan Beryl sebelumnya. Selingkuhan Beryl kali ini memang sedikit berbeda.

"Oh iya. Ngomong-ngomong, pacar kakak ke mana? Kok nggak kelihatan dari tadi?" tanya Inara, membuyarkan lamunan Luna.
Dengan spontan Beryl dan Luna menoleh, menatap Inara. Di tempatnya Beryl merasa was-was dan perasaannya tidak enak. Tidak baik membahas hal sensitif ketika mood Luna sedang tidak stabil. Bisa tamat riwayatnya.

"Ada kok," jawab Luna singkat. Dia melirik Beryl yang juga tengah menatapnya tajam. Luna menarik sebelah sudut bibirnya. Akan sangat menarik jika Inara tau jika laki-laki yang berada di sampingnya merupakan definisi buaya darat yang sesungguhnya.

Inara mengerutkan keningnya. "Di mana?" tanyanya penasaran.
"Dia lagi selingkuh," jawab Luna acuh tak acuh dan mendapat pelototan dari Beryl. Memangnya Luna salah, ya?

"Beneran selingkuh?!" tanya Inara tak percaya, pacarnya sedang selingkuh kenapa Luna bisa sesantai itu!

Luna mengangguk. "Dia emang buaya darat. Bego lagi. Dan gobloknya selingkuhannya juga bego, lebih bego malahan." Luna menatap Beryl dengan senyum puas.

"Oh ... jadi mereka pasangan bego, ya. Kasian Kak Luna," monolog Inara yang mampu menyemburkan tawa Luna.

Beryl menatap Inara tak percaya, secara tidak langsung Inara mengatai dirinya bego. Luna benar-benar keterlaluan. Tapi lucu juga sih, bibir Beryl  berkedut menahan tawa.

"Haha ... Bener banget lo, cupu!" ucap Luna tidak kuasa menahan tawanya. Mendengar tawa Luna, Inara pun juga ikut tertawa. Entah apa yang lucu, Inara tidak tau.

"Udah. Malu diliatin orang." Beryl berusaha mengalihkan pembicaraan. Sebenarna dia juga ingin tertawa, tapi masa iya menertawakan diri sendiri. Bego!

"Bentar Kak, aku masih penasaran sama pacarnya Kak Luna,” ucap Inara setelah meredakan tawanya. "Kok Kak Luna bisa tau kalau pacarnya selingkuh?"

Luna mengusap air matanya yang keluar karena terlalu banyak tertawa. "Dia selingkuh di depan mata gue sendiri. Gimana gue nggak tau coba?" jawabannya.

"Serius? Dimana? Kok kakak nggak marah?" Inara celingak-celinguk melihat sekelilingnya. Semua orang di tempat itu terlihat normal, tidak ada yang mencurigakan.

Beryl menginjak kaki Luna kuat-kuat, tetapi Luna tidak bergeming sama sekali, seolah tidak merasakan sakit.

"Gue serius. Dia selingkuh di depan mata kepala gue sendiri. Tapi, gue nggak marah. Gue malah kasian sama dia. Seenggaknya cari selingkuhan tuh yang berkelas, di atas gue dikit lah. Paling enggak yang lebih cantik dari mantan-mantannya. Nah ini, udah jelek bego banget lagi. Kasian banget kan?" jawab Luna dramatis.

"Iya, kasihan. Namanya juga pasangan bego kan kak? Aku udah nggak heran lagi." Inara semakin mendramatisir, membuat Luna kembali tertawa.

"Ngomong-ngomong, kenapa Kak Beryl nginjek kaki aku? Sakit tau!" ucap Inara, membuat Beryl mengangkat kakinya dan spontan menoleh melihat Inara.

Luna melihat ke bawah meja, dia semakin tertawa melihat kelakuan Beryl. Bisa-bisanya salah injak, malu-maluin!

Sialan! Malu banget, sumpah!

Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang