Luna menatap rumah berlantai dua yang bisa dikatakan sederhana jika dibandingkan dengan rumah megah milik keluarga Beryl yang dia tinggali saat ini. Tapi di rumah sederhana inilah perjalanan hidupnya dimulai.
"Mau ngapain ke sini lagi?" Beryl melepas helmnya dengan kasar. Dia kesal karena Luna memaksa untuk mengantarkannya pulang, dan yang membuat Beryl semakin kesal, Luna tidak mau memberitahu alasannya datang ke rumah ini.
"Nggak usah banyak tanya. Kalau mau tau, ikut." Luna menarik tangan Beryl untuk mengikuti langkahnya.
Saat pintu utama terbuka, yang pertama kali Luna dengar adalah tawa ringan Wedari dan seorang gadis di pelukannya.
Luna sempat terkejut beberapa saat sebelum memantapkan diri untuk melangkah mendekati mereka. Dulu Wedari menjadi salah satu orang yang menentang keberadaan Inara di rumah ini. Tapi interaksi di depan matanya saat ini benar-benar diluar dugaan.
"Ma," panggil Luna dengan lembut, namun tangannya mencengkeram erat pergelangan tangan Beryl.
Wedari dan Inara menoleh, setelah melihat siapa yang datang Inara tampak sedikit menjaga jarak dengan Wedari. Sedangkan Wedari, wanita itu sedikit berdeham lalu menampilkan senyum canggung.
"Mama senang kamu pulang." Wedari menghampiri Luna lalu memeluk gadis itu.
Luna berdiri dengan kaku tanpa menolak ataupun membalas pelukan Wedari, dan tanpa Luna sadari tangannya semakin mencengkram pergelangan Beryl hingga membuat laki-laki itu sedikit meringis kesakitan. Jika tidak berada di situasi seperti ini, pasti Beryl sudah melepas paksa tangannya dengan kasar.
Beberapa saat kemudian Wedari melepaskan pelukannya. Wajahnya tampak bahagia, dia tersenyum sangat tulus.
"Gue nggak mau pulang," ucap Luna dengan mata mengarah pada Inara yang berdiri tidak jauh di belakang Wedari. "Cuma mau ambil barang-barang yang ketinggalan." Tatapan Luna beralih pada Wedari, wanita itu menunjukkan raut kecewa.
Tanpa berbasa-basi, Luna kembali menarik tangan Beryl agar mengikutinya. Dan saat Wedari hendak menghentikan Luna, Beryl memberikan isyarat agar Wedari diam saja. Sejujurnya Wedari tahu jika saat ini Luna sedang menahan amarah, Wedari tahu jika Luna kecewa terhadapnya, Wedari paham betul apa yang Luna rasakan. Namun, Wedari tidak munafik, dia sedang mencoba untuk menerima takdirnya, menerima Inara dalam hidupnya agar dia bisa membuktikan kemampuannya pada Aryo, suaminya.
"Lo apa-apaan, sih?!" Beryl menghempaskan tangan Luna, dia tidak tahan dengan rasa sakit di pergelangan tangannya. "Belum apa-apa udah KDRT!" gerutunya.
Luna tidak merespon, dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Dan betapa terkejutnya Luna ketika melihat kamar yang ditempati sedari kecil berubah, cat yang dulunya berwarna abu-abu muda berubah menjadi kuning cerah, tatanan bukunya berubah, lemari bajunya juga sudah diganti dan ranjangnya juga bukan miliknya lagi.
Untuk memastikan, Luna keluar dari ruangan itu, dia perhatikan lagi bahwa tidak salah masuk kamar. Tidak ada yang salah, pintunya masih sama dan letaknya juga masih sama.
"Kenapa sih?" Beryl yang keheranan, pun, mendekati Luna. Beryl paham setelah melihat ke dalam kamar itu.
"Barang-barang Kak Luna ada di kamar tamu. Dan beberapa ada di gudang," cicit Inara yang tiba-tiba sudah ada di sana.
Luna menoleh, menatap Inara dari kepala hingga ujung kaki beberapa kali lalu tertawa sinis. "Siapa lo? Tiba-tiba dateng dan rebut semua milik gue! Lo pikir lo siapa?!" teriak Luna berapi-api.
Karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan Beryl berdiri di antara Luna dan Inara, tangannya menahan lengan Luna, berjaga-jaga jika tiba-tiba menyerang Inara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️
Teen FictionJudul awalnya LOGIC (versi sudah dieditnya berjudul Calon Mantan, ada di lapak sebelah) "Makanya, kalau mau kencan sama selingkuhan jangan ngajak pacar." Luna meletakan segelas jus jeruk di hadapan Beryl. "Lagian, selingkuhan bego gitu dipelihara."...