"Wah-wah... Romantis banget ya," ucap Beryl tiba-tiba menghampiri mereka, membuat Luna dan Sagara terkejut.
"Kenapa ekspresinya gitu? Kek abis ketahuan selingkuh aja!" sindir Beryl dengan keras.
"Ngapain lo disini?" tanya Luna heran. Gadis itu melirik Sagara yang tengah menatapnya heran. "Nggak salah dong gue tanya gitu," lanjutnya, Luna tidak ingin membuat Sagara curiga.
Sagara melihat Beryl dengan tatapan bertanya. Dia juga heran kenapa Beryl tiba-tiba datang dan sewot tidak jelas seperti itu.
Beryl berdecih sinis, menatap luna dengan tatapan meremehkan.
"Hebat juga lo. Tiga hari nggak pulang, buat gue susah dan sekarang malah berduaan sama temen gue. Murah!"
Bukannya menjawab pertanyaannya, Beryl malah mengatainya murahan. Luna tidak habis pikir dengan apa yang Beryl lakukan. Ada Sagara bersama mereka, kenapa memulai pertengkaran didepan orang lain sih!
"Gue bukan temen lo," ucap sagara, menatap Beryl datar.
Benar apa yang di ucapkan Sagara, mereka memang tidak sedekat itu walau duduk satu meja. Sagara tidak pernah menganggap Beryl sebagai teman. Beryl sendirilah yang mendekati Sagara dan bertingkah sok akrab dengannya. Sagara melakukan itu bukan tanpa alasan, baginya Beryl bukanlah orang baik.
Beryl berdecak kesal. "Terserah!" ucapnya.
Karena tidak mau meladeni Beryl, Sagara membawa Luna pergi dari tempat itu. Sagara merasa Luna tidak nyaman dengan kehadiran Beryl apalagi setelah cowok itu mengatai Luna murahan.
"Kalo lo nggak pulang bareng gue sekarang. Gue nggak segan-segan bakar rumah lo! Buat apa punya rumah kalo nggak ditempatin. Ngomong-ngomong, sumber rasa sakit lo ada di sana. Apa mau gue bantu bunuh sekalian?!"
Teriakan penuh ancaman itu berhasil membuat Luna menghentikan langkahnya dan menoleh.
Beryl tetaplah Beryl, ancaman adalah senjata utamanya untuk membuat gadisnya kembali.
"Apa mau lo! semuanya udah selesai kalo lo lupa!" balas Luna menatap sengit ke arah Beryl.
"Lo juga lupa kalo gue yang pegang kendalinya disini."
Luna mengerang frustasi. Dia sadar betul, sekuat apapun berlari, percuma, karena hanya akan membuang-buang tenaga.
Ditenggah pertengkaran dua anak manusia itu tiba-tiba Sagara bertepuk tangan disertai tawa yang cukup keras.
"Gue udah curiga sejak lama dan sekarang gue bisa ngambil kesimpulan setelah melihat adegan barusan," ucap Sagara disela tawanya.
"Beryl Benecditus, masuk SMA garuda dengan image anak baik, tapi kenyataannya..." Sagara mengedikan bahunya dengan dua tangan terangkat. "Dia raja balapan liar. Dulu, sebelum jadi pembunuh," lanjutnya.
Pembunuh?
Luna menatap mereka bergantian, siapa yang Beryl bunuh?
Luna tau dulu Beryl suka mengikuti balapan liar, tapi itu sudah lama sekali. Sejak mereka dijodohkan Luna sudah tidak pernah melihat beryl melakukan balapan liar lagi.
Tawa sumbang terdengar berasal dari mulut Beryl. "Denger nggak? Katanya gue pembunuh," ucapnya pada Luna.
Luna semakin bingung dan juga takut berada di situasi seperti ini. Sebenarnya apa yang mereka bicarakan, apa Sagara mengatakan itu untuk menakut-nakutinya agar mau pulang bersama Beryl atau jangan-jangan Sagara yang memberitahukan Beryl kalau dia ada bersamanya.
"Gue nggak akan ketipu sama sandiwara kalian!" Luna bergerak menjauh dari Sagara dan juga Beryl.
"Gue nggak perduli lo percaya atau enggak. Dia emang pembunuh." Sagara pergi dari tempat itu tanpa membawa Luna bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️
Fiksi RemajaJudul awalnya LOGIC (versi sudah dieditnya berjudul Calon Mantan, ada di lapak sebelah) "Makanya, kalau mau kencan sama selingkuhan jangan ngajak pacar." Luna meletakan segelas jus jeruk di hadapan Beryl. "Lagian, selingkuhan bego gitu dipelihara."...