"Diem lo!" teriak Beryl karena Luna tidak berhenti menertawakannya.
"Hahaha... Inara nggak salah. Kalian emang pasangan bego! Hahaha..."
"Nggak diem, gue perkosa!" ancam Beryl, merasa kesal hingga ke ubun-ubun.
Sejak pulang dari cafe tadi, Luna terus saja mengejek dan menertawakannya. Beryl sudah cukup malu gara-gara insiden salah injak tadi dan sekarang semakin merasa malu karena terus di ejek berkat kepolosan selingkuhannya.
Luna merapatkan mulutnya berusaha meredakan tawa. Bulu kuduknya berdiri mendengar ancaman itu. Ngeri juga kalau ancaman Beryl jadi nyata. "Haus banget gue," gumamnya lalu berjalan untuk mengambil minuman di kulkas.
"Nyesel gue ngajak lo," gerutu Beryl. "Gue kira lo bakal panas mendidih liat gue mesra-mesraan. Ternyata, gue yang mendidih. Sialan!"
Luna menenggak minumannya hingga tandas sembari melihat Beryl yang sedang ngomel-ngomel tidak jelas. Bibirnya membentuk senyuman tanpa dia sadari.
"Makanya, kalau mau kencan sama selingkuhan, jangan ngajak pacar." Luna meletakan segelas jus jeruk di hadapan Beryl. "Lagian, selingkuhan bego gitu dipelihara." Luna berlalu begitu saja menuju kamarnya.
"Gue lebih nyesel melihara pacar nggak tau diri kayak lo!" Beryl menengguk jus di hadapannya hingga tandas. Sialan, jadi haus kan teriak-teriak terus dari tadi.
"Yaudah, putusin gue kalau gitu!" teriak Luna dari dalam kamarnya.
"Entar! Gue masih cinta mati! Kalau gue udah nggak cinta, pasti gue buang!"
"Mati aja sana! Bawa sekalian cinta lo, gue nggak butuh!"
Beryl menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang ia duduki, mengabaikan ucapan Luna. Bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman tanpa dia sadari lalu terkekeh mengingat kata-katanya tadi.
Nggak bakal ada sejarahnya gue buang lo. Buat dapetinnya aja butuh waktu dan tenaga ekstra. Enak aja di buang-buang.
°°°
Malam hari terasa sepi karena hanya tiga manusia yang tinggal di rumah besar itu. Bi Inah, Beryl dan Luna. Hanya mereka.
Orang tua Beryl di luar kota, orang tua Luna di rumahnya dan orang tua Bi Inah... bodo amat, nggak penting!
Sudah tiga hari ini Luna tinggal di rumah Beryl. Tentunya bukan atas keinginan Luna, tapi atas paksaan Beryl. Butuh teman ngobrol biar nggak semakin gila, katanya. Orang tua Beryl percaya karena mereka merasakan sendiri. Hampir setiap hari meninggalkan Beryl karena kesibukan mereka. Dan sekalinya memiliki waktu luang untuk quality time bersama keluarga, mereka selalu mendapati tingkah Beryl yang semakin hari semakin absurd. Jadi, untuk mencegah sesuatu yang lebih buruk lagi mereka menyuruh Luna untuk menemani Beryl.
"Ehm... Ehm..." deham Beryl saat melihat Luna yang baru saja keluar dari kamarnya.
Luna berjalan menghampiri Beryl di ruang tamu, sedangkan Beryl berpura-pura fokus memainkan gitar yang ada di pangkuannya.
"Ryl." Luna menepuk bahu Beryl.
Beryl menoleh. "Kenapa? Udah kangen?" godanya dengan raut datar.
Luna berdecak lalu duduk di samping Beryl. "Mama lo besok pulang. Jadi, gue mau pulang sekarang,” ucapnya tanpa basa-basi. Sebenarnya Luna tidak mau semakin terjebak di keluarga ini. Beryl akan terus-terusan memanfaatkan keadaan, memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mengganggunya.
Beryl yang tadi fokus dengan gitarnya sontak menoleh. "Kalau mau pulang, pulang aja," ucapnya datar lalu fokus pada gitarnya lagi. Kalau bisa keluar.
"Serius?!" tanya Luna meyakinkan.
"Bercanda," gumam Beryl.
"Ryl, gue serius!"
"Gue maunya bercanda."
Luna berdecak kesal lalu berdiri. "Gue pulang deh!" ucapnya sambil berjalan menuju pintu keluar.
"Kalo lo berani nyentuh gagang pintu, gue umumin kalu lo pacar gue dan kita udah dijodohin." Beryl menaikan sebelah sudut bibirnya. Luna tidak akan berkutik jika sudah mendengar jurus andalannya.
Luna berhenti, menarik nafas panjang lalu menghembuskan perlahan dengan mata terpejam.
Luna, tenang... tenang. Nggak boleh marah, nggak boleh emosi. Kalau ada kesempatan langsung bunuh aja. Nggak papa, nggak papa... langsung bunuh! Luna berusaha menenangkan diri.
Luna tersenyum paksa lalu berbalik menghampiri Beryl yang masih pada posisinya.
Beryl memperhatikan Luna yang tengah berjalan kearahnya. Entah kenapa perasaannya jadi tidak enak melihat ekspresi Luna. Beryl memindahkan gitar yang ada di pangkuannya ke sisi kosong di sebelahnya, untuk berjaga-jaga agar gitar kesayangannya tetap aman jika terjadi perang dunia.
"Ngapain balik, katanya mau pulang?" tanya Beryl syarat akan sindiran. Rautnya masih tenang, tapi hatinya was-was bergemuruh tidak karuan.
"Nggak jadi. Entah kenapa tangan gue gatel. Antara pengen mukul, nonjok atau nabok. Gue bingung. Lo bisa pilihin? Gue beneran bingung nih."
Beryl menelan ludahnya. Dia jadi teringat, beberapa hari lalu Luna pernah memukul Kevin si playboy cap badak karena terus mengganggunya. Entah kekuatan apa yang Luna miliki hingga membuat Kevin pingsan dengan sekali pukul.
Beryl tidak bisa membayangkan jika peristiwa itu juga menimpanya. Walaupun dirinya mahir bela diri, tetap saja, selama ini dia lebih banyak sialnya timbang beruntungnya. Lebih simpelnya, kadar sial dalam hidupnya lebih tinggi.
"Kalo gatel gue garukin aja."
Luna berhenti di hadapan Beryl yang masih duduk, menggeleng lalu berkata, "Kalau cuma nggaruk, gue bisa sendiri. Gue cuma mau lo milih," ucapnya sambil memainkan jari-jarinya.
Beryl mengusap dagunya berfikir. Tidak ada pilihan yang menguntungkan. Tapi, setidaknya dia bisa memilih rasa sakit yang dia inginkan. "Tabok aja deh," ucapnya sambil nyengir seolah sudah merasakan sakitnya. Lebih baik pipinya memar, daripada pingsan sekali tonjok.
Luna melihat telapak tangan kanannya sambil senyum-senyum sendiri, membuat bulu kuduk Beryl meremang.
Beryl bersikap waspada jika sewaktu-waktu Luna melayangkan tangannya, dia sudah siap.
Benar saja, saat Luna melayangkan tangannya untuk menabok kepala Beryl, Beryl sudah siap. Dengan sigap dia menarik tangan Luna hingga terjatuh menimpanya. Tidak sesakit yang dia bayangkan. Malahan enak.
Eh?
Dasar laki-laki.
Luna terkejut dengan apa yang dilakukan Beryl. Tubuh mereka sangat menempel dengan wajah sangat dekat hampir bersentuhan.
"ASTAGA BERYL, LUNA KALIAN NGAPAIN?!" histeris seseorang yang baru saja masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️
Teen FictionJudul awalnya LOGIC (versi sudah dieditnya berjudul Calon Mantan, ada di lapak sebelah) "Makanya, kalau mau kencan sama selingkuhan jangan ngajak pacar." Luna meletakan segelas jus jeruk di hadapan Beryl. "Lagian, selingkuhan bego gitu dipelihara."...