Luna mengetuk-ngetukkan kakinya di sebuah halaman rumah yang tampak tidak terawat, hampir satu jam dia berada di tempat itu. "Ada kemungkinan dia pergi kemana?" tanyanya.
Jihan menggeleng. "Dia nggak punya siapa-siapa."
"Atau mungkin dia takut dipenjara karena udah celakain Inara, makanya kabur," sahut Caca dengan polosnya.
Jihan dan Luna hanya melirik Caca sekilas, tanpa mau memberi tanggapan. Tidak masuk akal jika Monica kabur hanya karena takut ditangkap polisi. Jika benar Monica takut, tidak mungkin dia melakukan pembullyan, kan? Sedangkan selama ini Monica masih melakukanya.
"Makes sense, sejak video itu kesebar Monica hilang tanpa kabar. Udah dua hari, rumahnya juga kosong seperti berbulan-bulan nggak ditempatin." Lia menyilangkan tangannya di dada, menatap Jihan penuh arti. "Kita bisa menyimpulkan siapa dalang di balik tersebarnya video itu."
Semua orang di tempat itu tampak terkejut dengan ucapan Lia, kecuali Caca yang berlagak tidak paham.
"Kita punya aturan!" sentak Jihan tidak terima.
Lia terkekeh, "calm down, peraturan dibuat untuk dilanggar, kan?" ucapnya santai, tidak mempedulikan Jihan yang sudah menunjukkan raut marah.
"Jangan menggiring opini, gue yakin Monica nggak sejahat itu." Luna setuju dengan Jihan. Tidak mungkin Monica menghianati mereka, bukan karena tidak berani, tapi tidak bisa, tidak akan pernah bisa.
"Monica akan berpikir ribuan kali sebelum ngelakuin itu. Dia cuma kucing jalanan yang gue pungut dari selokan dan diwajibkan untuk tunduk di bawah kaki gue. Monica bisa menjadi Monica yang sekarang karena campur tangan gue. Dia tau risikonya kalau melanggar aturan, sekecil apapun." Jihan menegaskan kembali siapa dirinya. Dia memiliki kuasa penuh atas orang-orang di sekelilingnya, terlebih lagi Badas Girls. Tidak ada yang berani melawan ataupun membantah, karena di balik aura positifnya terdapat sosok menyeramkan yang tidak pernah orang lain bayangkan.
Caca tertawa di dalam hati hingga menimbulkan tarikan garis tipis di bibirnya, tidak ada yang menyadarinya karena gadis itu menunduk. Permainan ini sangat rumit dan menyenangkan, aku suka, pekiknya girang di dalam hati.
"Tapi gimana kalau Lia benar. Denger-denger, Inara keguguran." Semua orang menoleh ke arah Caca, terkejut. Padahal sebenarnya, berita itu belum tersebar di sekolah.
"Tau dari mana?" tanya Luna. Entah kenapa Luna jadi berpikir yang tidak-tidak. Apakah Beryl sudah tahu? Atau mungkin waktu itu Beryl pulang malam karena menunggu Inara? Dan Beryl badmood pagi ini karena memikirkan Inara?
"Tadi nggak sengaja denger, ada yang bilang."
Jihan menggigit kuku jari telunjuknya, rautnya tampak gusar, takut dan juga marah. "Gue harus cari tau sendiri!" ucapnya lalu pergi meninggalkan halaman rumah Monica.
Jika Monica benar-benar melakukan itu, maka Jihan adalah pihak yang paling dirugikan. Monica adalah salah satu pemegang kunci bukti kejahatan mereka di sekolah. Tidak menutup kemungkinan bukti kejahatan mereka akan bocor jika Jihan terus diam.
"Terakhir kali gue chat Monica, dia lagi di perjalanan ke rumah sakit," ucap Lia tiba-tiba.
Luna menatap Lia dengan dahi berkerut. Pengakuan itu mungkin akan membantu jika Jihan masih bersama mereka.
Lia menghembuskan nafas berat seolah tahu maksud Luna. "Gue cuma takut memperkeruh keadaan." Tanpa Lia sadari, dia sendirilah yang membuat persoalan ini keruh dari awal.
"Bukan kebetulan, pasti sudah terjadi sesuatu," gumam Caca tanpa sadar. Dia ingat, beberapa saat sebelum Monica tiba di rumah sakit, ada orang lain yang datang. Laki-laki itu sangat marah dan menyalahkan setiap orang yang berhubungan dengannya, dia juga hampir menyakiti Caca karena terus membela sahabatnya, terutama Monica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️
Genç KurguJudul awalnya LOGIC (versi sudah dieditnya berjudul Calon Mantan, ada di lapak sebelah) "Makanya, kalau mau kencan sama selingkuhan jangan ngajak pacar." Luna meletakan segelas jus jeruk di hadapan Beryl. "Lagian, selingkuhan bego gitu dipelihara."...