33

74 6 0
                                    


Ambarwati terisak dalam pelukan Nicholas, Luna penatap tajam Beryl yang duduk di kursi tersangka, sedangkan Beryl sendiri tidak bisa berhenti untuk tidak meremas jemarinya. Dia sangat takut.

Suasana persidangan mendadak hening, semua orang sedang menunggu putusan hakim

"Saudara Beryl Benecditus ditetapkan sebagai tersangka utama pembunuhan Siska Meirin dengan hukuman penjara seumur hidup."

Tok!

Tok!

Tok!

Beryl membuka matanya bersamaan dengan ketukan palu hakim dalam mimpinya.

Sialan!

Mimpi buruk yang selalu menghantui beberapa bulan yang lalu kini hadir lagi, memberi tanda akan kerisauan yang dia rasakan.

Beryl bangun dari tidurnya dan merasakan baju bagian belakang hingga ke lehernya basah karena keringat. Beryl berdecak kesal sebelum bangkit lalu melepas bajunya dan melemparnya asal.

"Gue harus kelarin masalah ini secepatnya," monolognya, merasa geram.

Di rumah yang sama dengan ruangan yang berbeda, Luna berjalan mondar-mandir di depan kaca meja riasnya. Semalam dia tidak bisa tidur karena terlalu memikirkan Monica dan Jihan yang berubah menjadi lebih pendiam dari biasanya.

Luna menghentikan aksinya lalu melihat pantulan dirinya di cermin. Banyak sekali yang berubah dalam hidupnya. Rambutnya yang dulu sebatas bahu kini menjadi sedikit lebih panjang, badannya juga tidak se-kurus dulu. Bukan hanya fisik, Luna juga merasa sifatnya berubah. Berbagai hal buruk yang bertubi-tubi menimpa hidupnya menjadikan dirinya lebih memperhatikan sekitar dan lebih peduli dengan orang lain. Luna benci sifat itu. Rasa kepeduliannya membuatnya gelisah sepanjang waktu.

Kalau lebih diperhatikan lagi, bukan hanya dirinya yang berubah. Akhir-akhir ini Beryl juga sedikit berubah, dia menjadi lebih cuek dan selera humornya menurun. Beryl tidak pernah berlaku konyol lagi, sekarang dia lebih sering bersikap serius dan terasa semakin jauh.

"Semakin jauh…" gumam Luna tanpa sadar.

"Apanya yang jauh?"

Luna tersentak dari lamunannya ketika mendengar suara orang lain di dalam kamarnya.

Benar saja, Beryl sudah duduk di ranjangnya. Berbeda dengan dirinya yang sudah mengenakan seragam, Beryl hanya memakai celana pendek dibawah lutut dan hoodie abu-abu.

"Ngapain?" tanya Luna ketus dengan tangan menyilang di dada dan menatap Beryl kesal.

"Ada nyokap lo di luar."

Tadi, saat akaan mengambil minum di dapur, Beryl melihat Wedari di ruang tamu dan mamanya memintanya untuk memanggilkan Luna.

Luna memutar bola matanya. "Masih pagi, jangan bercanda," ucapnya lalu duduk di meja belajarnya, menyiapkan buku yang akan dia bawa.

Berminggu-minggu telah berlalu sejak Luna meninggalkan rumah. Wedari tidak pernah mencarinya ataupun sekedar menghubunginya. Jadi, cukup aneh jika tiba-tiba Wedari datang ke rumah Beryl.

"Gue juga lagi nggak mood untuk bercanda." Beryl merebahkan tubuhnya dengan kaki menjuntai ke lantai. "Gue cuma disuruh mama buat panggil lo."

Luna menghentikan tangannya yang sedang memasukan buku ke dalam tas, menoleh ke arah Beryl dengan dahi berkerut. "Dia ngapain kesini?"

"Mungkin dia kangen," jawab Beryl asal, dia juga tidak tahu apa tujuan Wedari datang kerumahnya.

"Bulshit!" Luna terkekeh sinis. Luna tidak akan percaya walau Wedari yang mengatakan sekalipun.

Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang