Beryl mengusap layar ponselnya ke kanan, ke kiri dan sesekali mengetuk untuk melihat hasil jepretannya.
Bosan. Itulah yang sebenarnya dia rasakan.
Secara tidak langsung Inara memaksanya untuk menemani makan bakso. Menolak hanya akan Memperbesar masalah dan membuat citranya di depan murid-murid lain menjadi buruk. Jadi, tadi Beryl terpaksa mengiyakan keinginan gadis itu.
"Lama banget, sih, lo. Tinggal makan bakso sepuluh biji doang!" sentak Beryl tiba-tiba, kesabarannya sudah di ambang batas. Sejak tadi Inara sibuk mendesah kepedasan dan mengusap ingus daripada fokus makan bakso yang hanya beberapa biji itu. Beryl jadi kesal sendiri karena waktunya terbuang sia-sia.
"Kak, tapi... Pe-"
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Beryl berdiri dan memotong ucapan Inara. Ponselnya berdering karena panggilan masuk.
Beryl mengarahkan jari telunjuk ke mulutnya. Mengisyaratkan agar gadis itu diam, sedangkan tangan kanannya mengangkat ponselnya ke telinga.
"Iya, hallo."
"Bos, gue udah ada di rooftop!" Teriak orang di seberang sana, membuat Beryl sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Ini rekaman CCTV di tempat balapan udah ada sama gue. Jadi diambil nggak sih! Gue udah nunggu hampir setengah jam!" lanjutnya dengan nada sebal.
"Iya, iya! Bentar!" decak Beryl lalu pergi dari kantin setelah memutuskan sambungan telfonnya.
Sesampainya di rooftop, Beryl langsung meminta rekaman yang dijanjikan kepadanya.
"Cepetan! Gue nggak punya waktu."
Cowok berseragam yang sama dengan Beryl itu hanya nyengir sambil menyerahkan flashdisk pada Beryl.
"Thanks," ucap Beryl, setelah itu turun dari rooftop dan kembali lagi ke kantin. Tapi Inara sudah tidak ada di sana.
Saat akan kembali ke kelas, Beryl melihat Luna dari kejauhan, sepertinya gadis itu sedang membully lagi. Entah kapan kebiasaan buruk itu akan hilang. Beryl tidak kuasa untuk melarang dan di sisi lain, Beryl kasian kepada Luna. Gadis itu menjadi sasaran kebencian murid yang pernah dia bully.
Saat langkahnya semakin dekat, Beryl merasa kenal dengan siswi yang Luna bully. Bukankah itu Inara?
Beryl berjalan dengan cepat untuk memastikan. Benar saja, dia Inara. Dan gadis itu sudah tidak sadarkan diri sekarang.
"Lo!" Beryl menatap Luna, marah.
Keterlaluan, pikir Beryl. Inara tidak sekuat gadis-gadis lain seusianya. Tidak seharusnya Luna meluapkan kemarahannya pada Inara.
"Ikut gue sekarang! Lo harus tanggung jawab atas apa yang lo lakuin!" ucapnya pada Luna. Gadis itu tampak gusar, tidak seperti biasanya setelah dia membully. Karena biasanya hanya ada raut puas.
Luna tidak tahu harus bagaimana, tapi dengan polosnya dia mengikuti perintah Beryl. Mengikutinya yang telah berjalan terlebih dahulu dengan Inara berada di gendongannya.
Beryl membawa Inara ke rumah sakit, menggunakan mobil Luna. Gadis itu yang menawarkan tadi, saat Beryl berencana hendak mencari taxi.
Sepanjang perjalanan Beryl terus mengomel tentang tindakan Luna yang salah telah membully Inara. Luna sudah menjelaskan semuanya, tapi Beryl tidak percaya
°°°
"Lo nggak pa-pa?" tanya Beryl pelan, memperhatikan luka di sudut bibir Luna.
Aryo sialan! Beryl sangat terkejut saat tiba-tiba laki-laki itu datang dan langsung menampar Luna, membuat pipi mulus pujaan hatinya memerah dan robek di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️
Fiksi RemajaJudul awalnya LOGIC (versi sudah dieditnya berjudul Calon Mantan, ada di lapak sebelah) "Makanya, kalau mau kencan sama selingkuhan jangan ngajak pacar." Luna meletakan segelas jus jeruk di hadapan Beryl. "Lagian, selingkuhan bego gitu dipelihara."...