18

149 5 0
                                    

Tiga hari Luna tidak pulang ataupun berangkat sekolah, nomornya pun juga tidak aktif. Membuat Beryl kalang kabut. Selama tiga hari itu dia terus saja diteror oleh orang tua Luna yang menanyakan keadaan anaknya.

Karena tidak ingin mendapat masalah, Beryl mengatakan bahwa Luna baik-baik saja bersamanya. Dan pada kenyataannya Beryl tidak tahu apa yang terjadi pada Luna diluar sana. Saat pergi dari rumahnya, Luna dalam keadaan yang bisa dibilang kurang baik. Beryl sudah mencoba mencari ke tempat yang kemungkinan Luna datangi, tapi tidak menemukan apapun.

Rupanya Beryl lupa satu hal... dia tidak tahu tempat yang kemungkinan akan Luna datangi jadi dia hanya mencari di tempat sekitar rumah Luna dan rumahnya. Beryl tidak tahu harus mencari kemana lagi, setahunya Luna tidak pernah pergi kemanapun.

"Bego, bego, bego! Beryl, otak lo dimana sih!"

Beryl memukul kepalanya. Dia kesal karena tidak berani bertanya pada sahabat Luna. Sebenarnya bukan tidak berani, tapi dia gengsi untuk bertanya. Beryl dan Luna berlagak tidak saling mengenal jika di sekolah, lalu apa kata orang kalau dia menanyakan orang asing ditengah isu perselingkuhannya.

"Lo kenapa?" tanya Sagara yang baru saja duduk di kursinya.

Beryl menoleh, lalu menggeleng. "Btw, itu si Luna kenapa kok nggak berangkat?" Akhirnya keceplosan juga, Beryl sudah tidak tahan lagi untuk tidak bertanya kepada Sagara yang notabenenya adalah ketua kelas.

Sagara mengerutkan keningnya. "Luna yang duduk disana?" Sagara menunjuk kursi Luna dan diangguki oleh Beryl. "Kata temennya dia sakit," lanjutnya.

"Saikit? Sakit apa?" tanya Beryl penasaran dan juga khawatir.

Sagara mengedikkan bahunya, dia tidak tahu Luna sakit apa dan dia juga tidak perduli. Sagara tahu Luna adalah gadis yang kuat, jadi tidak perlu terlalu khawatir. Luna pasti bisa mengatasi semuanya sendiri, seperti biasanya.

"L-lo tau dia dimana?" Beryl bertanya dengan sedikit ragu.

Dahi Sagara mengerut dengan satu alis terangkat. "Perduli amat lo?"

"Nggak gitu. Siapa tau kan dia ada di rumah sakit, orang sakitnya lama gitu, ampe nggak berangkat berhari-hari," kilah Beryl, menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.

Sagara hanya mengangguk lalu memfokuskan pandangan pada ponselnya.

"Lo nggak tau dia dimana?" tanya Beryl lagi.

Sagara menoleh dengan raut kesal, "mana gue tau, gue bukan nyokapnya! Lagian dia cuma sakit, bukan ilang!"

Beryl mengerucutkan bibirnya, Sagara sialan!

°°°

"Kamu sudah makan?"

Luna mengangguk. "Tadi gue pesen gofood," jawabnya.

"Bagus deh, jadi tidak perlu merepotkan orang lain."

Luna memutar bola matanya. Dia juga tidak ingin merepotkan orang lain, hanya saja dia tidak punya tujuan sekarang.

"Aku datang cuma ingin melihat keadaan apartemen. Aman. Semua barangku masih ada disini."

"Heh, Zaskia! Lo kira gue maling apa!" sentak Luna tidak terima.

"Kita tidak tahu mana kawan mana lawan. Kadang wajah mereka terlihat sama, tersenyum manis seolah kita kawan padahal mereka mengarahkan busur dan panahnya untuk membunuh kita," ucap Zaskia datar dan tatapan penuh arti.

"Terserah lo mau ngomong apa. Yang penting gue bukan maling, dan lo sendiri yang nyuruh gue tinggal disini."

Luna mencoba mengingatkan Zaskia, bukan Luna yang meminta tempat tinggal melainkan Zaskia sendiri yang menawarkan.

Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang