"Kak Beryl nggak mau mampir dulu?"Beryl menggeleng disertai senyum kecil. "Lain kali, aku masih ada urusan," tolaknya.
Inara mencekal lengan Beryl yang hendak melajukan motornya. "Nggak mau ketemu ibu?" tanyanya penuh harap.
"Inara, aku tau ini berat. Tapi, semuanya udah berakhir." Beryl menghela nafas berat, dia semakin merasa bersalah.
Kenapa orang yang udah mati dibawa-bawa sih!
"Ini nggak akan pernah berakhir, Kak," balas Inara menatap Beryl sendu.
"Bagaimana bisa kakak bilang semuanya sudah berakhir, sedangkan kakak sendiri sumber masalahnya!" Inara mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes.
Bagaimana bisa Beryl melupakan semuanya dan menganggap telah berakhir. Apa semudah itu bagi Beryl melupakan bahwa dia telah menghilangkan nyawa seseorang yang sangat berharga di hidup Inara?
"Sebenarnya apa mau kakak? Apa aku harus membunuh Kak Luna agar Kak Beryl tau rasanya kehilangan orang yang sangat kakak cintai?!" Inara memukul lengan Beryl bertubi-tubi dengan air mata yang semakin mengalir deras.
Kalimat Inara tadi berhasil menyeret Beryl pada kenyataan, dia tau kemana arah pembicaraan Inara. Beryl memang menjadi tersangka atas meninggalnya ibu Inara pada kecelakaan beberapa bulan yang lalu. Beryl sudah bertanggung jawab dengan mengorbankan kebebasannya, bukankah itu sudah cukup.
"Maaf, aku minta maaf." Beryl memeluk Inara untuk menenangkannya. "Tolong jangan ungkit hal itu lagi. Ibu kamu sudah tenang disana."
Inara melepas pelukan Beryl dengan paksa. Gadis itu terkekeh sinis, "gampang banget ya, nyuruh lupain. Aku sekarang hidup sendiri kak! Sendiri! Kakak udah bunuh ibu aku, kakak lupa?!"
Mana mungkin Beryl lupa. Kematian ibunya Inara adalah awal kekacauan dalam hidupnya. Dia harus berpura-pura menjadi orang baik yang perduli dengan orang lain, menekan dalam-dalam ego yang selama ini jadi prioritasnya hanya karena sebuah kesalahan dan bentuk tanggung jawab.
"Gue tau!" teriaknya, wajahnya yang tadi menunjukkan rasa bersalah kini berubah kesal, "gue udah coba tanggung jawab dengan memberi perhatian lebih dan memenuhi semua kebutuhan lo! Jangan drama deh! Gue juga punya hidup gue sendiri yang harus gue jalanin," lanjutnya.
Inara menggeleng tidak percaya, gadis itu tidak menyangka kata-kata itu keluar dari mulut Beryl. Beryl yang selama ini terlihat baik berbeda dengan Beryl yang dilihatnya sekarang.
"Jadi, kakak terpaksa tanggung jawab?"
Dada Inara terasa sesak dengan pertanyaannya. Kenapa menanyakan pertanyaan yang dia tau betul jawabannya.
Beryl tertawa kecil disertai senyum sinis. "Gue nggak terpaksa... cuma agak keberatan. Gue tau, gue yang jadi tersangka. Tapi asal lo tau, bukan gue yang bunuh dia! Gue juga korban disini!"
Kebohongan apa lagi yang diucapkan oleh Beryl, jelas-jelas sudah bersalah dan sekarang mengelak. Inara tidak menyangka Beryl akan berubah menjadi sejahat ini.
"Jelas-jelas ibu aku korbannya. Dan sekarang kak Beryl bilang kalau kakak korban?" Inara menggeleng tak percaya. "Kakak jahat!" pungkas Inara, berlari meninggalkan Beryl masuk kedalam rumahnya.
"Gue bakal buktiin kalau bukan gue yang bunuh ibu lo!" teriak Beryl sebelum Inara menghilang dari pandangannya.
Gila!
Semua permasalahan ini benar-benar membuat Beryl gila!
Satu masalah belum selesai sudah timbul masalah lain.
Skenario Tuhan memang adil untuk orang yang tidak pernah adil dan selalu mementingkan dirinya sendiri.
Sialan! Gue udah coba tenang dan sabar, sesabar mungkin, tapi semuanya malah meledak secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️
Teen FictionJudul awalnya LOGIC (versi sudah dieditnya berjudul Calon Mantan, ada di lapak sebelah) "Makanya, kalau mau kencan sama selingkuhan jangan ngajak pacar." Luna meletakan segelas jus jeruk di hadapan Beryl. "Lagian, selingkuhan bego gitu dipelihara."...