"Letoy banget lu Boy, kek cewek!" ejek Monica sembari menggoyangkan lengan Aditiya, laki-laki kemayu yang sering dipanggil Boy. Dulu Aditiya sering menjadi bulan-bulanan Monica karena tingkah kemayunya. Seiring berjalannya waktu, kata-kata buly-an yang cukup menyakitkan itu terasa seperti makanan sehari-hari bagi Aditiya. Dia sudah terbiasa.Aditiya merotasikan bola matanya, "letoy gini, eyke lebih cantik daripada yey. Urusin tuh muka!" Aditiya menyingkirkan tangan Monica dari lengannya.
Monica membuka sedikit mulutnya, tidak percaya. Aditiya memang lebih berani jika dibandingkan dengan siswa lain. Dia bukan laki-laki cupu yang terima saja jika diinjak-injak.
"Nanti eyke kasih rekomendasi skincare yang bisa ngilangin bekas luka di wajah yey." Aditiya tersenyum sekilas sembari menepuk pundak Monica lalu pergi dari koridor yang sudah mulai sepi karena berakhirnya jam istirahat.
Monica tertawa di dalam hati. Rasanya sakit luar biasa. Jika peristiwa itu tidak terjadi, maka tidak akan pernah ada luka membekas di wajahnya.
"Ngapain di sini?" Luna menepuk pundak Monica, membuatnya terjengit kaget dan menoleh.
"Gua kira siapa!" gerutunya.
Monica mengikuti langkah Luna menyusuri koridor, menuju kelas mereka. "Kata Boy, gua udah nggak cantik lagi." Moonica menoleh lalu menunjuk bekas luka di pipi dan dagunya. "Gara-gara ini!" kesalnya.
Luna memperhatikan wajahnya Monica. "Itu cuma bekas luka kecil, lama-lama juga pudar. Nggak terlalu kelihatan kok."
Bekas luka yang didapatkan Monica pada insiden penculikan itu tidak terlalu buruk. Bekas di wajahnya hanya terlihat seperti goresan yang tidak terlalu dalam dan mungkin akan pudar dalam beberapa minggu.
"Bener juga. Tapi tetep aja gua kesel!" Tiba-tiba Monica tertawa, seolah menertawakan dirinya karena terlalu berlebihan menyikapi fakta luka di wajahnya.
Luna tahu, di balik luka kecil itu terdapat perjuangan Monica untuk bertahan hidup. Mereka tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi jika dilihat dari keadaan Monica yang cukup mengenaskan saat itu, tentu saja Monica telah melewati hari yang berat. Babak belur di tubuhnya sudah tidak sakit lagi, hanya meninggalkan bekas dan luka batin yang mendalam.
"Lo bisa ganti luka kecil di wajah lo dengan luka bakar yang besar di wajahnya. Orang yang udah buat lo seperti ini," ucap Luna sembari tersenyum saat mengatakan itu.
"Lo yakin?" Monica menarik sebelah sudut bibirnya lalu tertawa kecil.
Luna mengangguk, "pembalasan setimpal untuk orang yang tepat. Dia udah nyiksa lo," jawabnya tanpa pikir panjang.
Lagi-lagi Monica tertawa. Sangat lucu saat orang yang membuatnya terluka menyarankannya untuk memberikan balasan setimpal. Saran yang menarik untuk orang yang sedang menggali kuburannya sendiri.
"Oke. Kita buat luka bakar yang besar di wajahnya!" ucap Monica dengan semangat, Luna tersenyum melihatnya.
"Kalo lu, gimana caranya biar dia dapet luka bakar di wajahnya?"
Luna mengetukkan jari telunjuknya di dagu. "Siksa dia, terus bakar hidup-hidup, mungkin?"
"Yahh... nanti mati dong!"
Luna menggeleng. "Ya, jangan sampai mati lah."
Monica tertawa cukup keras, menikmati candaannya. "Waktu itu gua disekap di gedung deket rumah sakit. Kayaknya kalau gua bakar dia di sana nggak akan ada yang tau juga. Itung-itung balas dendam," kelakarnya.
Luna ikut tertawa mendengar candaan itu. "Jahat lo."
"Ya kan, balasan setimpal untuk orang yang tepat. Gue cuma ikutin kata-kata lo...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️
Fiksi RemajaJudul awalnya LOGIC (versi sudah dieditnya berjudul Calon Mantan, ada di lapak sebelah) "Makanya, kalau mau kencan sama selingkuhan jangan ngajak pacar." Luna meletakan segelas jus jeruk di hadapan Beryl. "Lagian, selingkuhan bego gitu dipelihara."...