29

99 5 0
                                    

Di pojok ruangan, Monica menggigit kuku jarinya yang bergetar, membaca berbagai komentar buruk yang dilontarkan di grup gosip sekolah.

Tidak sedikit siswa yang membahas pertengkarannya dengan gadis polos itu. Beberapa siswa menuntut keadilan karena mengira Monica sengaja ingin mencelakai Inara yang sedang mengandung.

Opini mereka semakin menjadi mengingat akhir-akhir ini Monica lebih aktif membully Inara.

Ada yang membela, tidak sedikit pula yang menghujat, mengatai Inara dengan berbagai kata kasar.

Monica sedikit lega karena pembahasan di grup itu tidak melulu tentang kebodohannya kemarin. Tapi tetap saja dia merasa takut. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan kandungan Inara? Bagaimana kalau sampai harus dioperasi atau lebih buruknya, keguguran?

Monica tidak bisa membayangkan seberapa banyak hujatan yang akan diterima. Mungkin, reputasinya sebagai tukang bully akan berubah menjadi pembunuh.

Monica menutup mata erat dan berteriak frustasi. Tanpa sengaja dia melempar ponsel di genggamannya.

Menduga-duga membuatnya hampir gila.

"Kenapa?"

Seorang laki-lak yang dari tadi memperhatikannya bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Monica yang duduk memeluk lutut. Tidak ada raut angkuh seperti biasanya, gadis itu tampak kacau.

"Lo selalu berusaha celakain dia, dan sekarang lo sebarin video itu?! Kenapa?!" teriak laki-laki itu penuh amarah.

"Itu bukan ulah gua, Bangsat!" teriak Monica tak kalah kerasnya. Monica benar-benar tidak tahu kenapa video itu bisa tersebar dan bukan dia pelakunya.

Laki-laki itu tertawa sinis. Memangnya siapa lagi yang berpotensi menyebarkan video itu kalau bukan Monica.

Di geng itu, yang paling membenci Inara hanya Monica, yang sering memaki Inara hanya Monica dan yang sering menggunakan kekerasan hanya Monica.

Sebagai orang awam, wajar jika mengarahkan tuduhannya pada Monica.

Laki-laki itu berhenti tepat di hadapan Monica, menundukkan badannya lalu menarik rambut Monica ke belakang dengan kasar agar gadis itu bisa melihat wajahnya dengan jelas. Monica tidak boleh melupakan momen ini seumur hidupnya.

"Lo, udah bunuh anak gue, sialan!" teriak laki-laki itu tepat di wajah Monica.

Mendengar teriakan itu bukannya takut, Monica malah membuka lebar-lebar matanya untuk melihat ekspresi laki-laki dihadapannya. Seolah menantang, Monica menunjukan simriknya.

"Dia mati, itu bukan salah gua." Monica semakin melebarkan simriknya, berusaha memancing iblis yang ada di tubuh laki-laki itu. "Mereka lemah! Dan si cupu itu nggak bisa jaga dengan baik!"

Plak...

Laki-laki itu melepaskan rambut Monica lalu menamparnya dengan keras.

Tubuh Monica terbaring di lantai, matanya terpejam merasakan denyutan di kepalanya. Tamparan itu sangat keras hingga membuat kepalanya yang tadi sakit karena jambakan menjadi semakin sakit.

"Semua ini gara-gara lo-" laki-laki yang sedang dikuasai amarah itu menunjuk Monica sengit. "-sialan!" lanjutnya sembari menendang tubuh Monica membabi-buta. Mulutnya terus melontarkan umpatan serta hinaan untuk gadis yang sedang mengerang kesakitan di bawahnya.

"STOP!" teriak Monica sembari berusaha menjauh disisa kesadarannya.

Laki-laki itu menghentikan kegiatannya sembari mengatur nafasnya yang memburu.

"Gu-gua pu-nya penawaran yang le-bih ba-ik," ucap Monica terbata-bata. Tidak ada gunanya menyiksanya disini, tidak akan merubah apapun. Kecuali, dia melakukan pada orang yang tepat.

Calon Mantan || LOGIC (versi lama)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang