01.

380 31 0
                                    

Jarum jam semakin naik mendekati angka dua belas, tetapi gadis di kasur besar itu masih nyenyak dalam tidurnya dengan rambut yang cukup berantakan. Wajahnya sedikit mengernyit kala merasakan sinar matahari, padahal ia yakin sudah menutup jendela-jendela di kamarnya malam tadi.

"Ireonna Sohyun-ah, bunda tidak suka melihat anak gadisnya bangun siang seperti ini." Ahh, rupanya sang Bunda yang membuka tirai jendela itu.

Sohyun, gadis berhidung mancung itu sedang mengucek kedua matanya. Gadis berparas indah itu masih berusaha memulihkan kesadarannya. "Beri aku waktu lima belas menit lagi." Erangnya ketika tak sanggup menahan rasa kantuk.

Bukan tanpa sebab ia tidak bisa bangun pagi, liburan musim panas ini Sohyun selalu bermain keluar rumah di malam hari. Bukan sekedar bermain tentunya, dia sering melakukan balapan dengan teman-temannya. Dirinya tak asing dengan keadaan jam tiga pagi, karena dirinya baru akan pulang ketika fajar menyingsing.

Melihat sang putri yang sedang mencari posisi nyaman untuk kembali tidur, wanita paruh baya tersebut dibuat geleng-geleng kepala. Mau tak mau, wanita tersebut mendekati kasur sang putri dan membelai pelan kepalanya. "Kau yakin tak ingin bangun? Maka kau akan kehilangan kesempatan bertemu saudara mu minggu ini."

"Mwo?? Dia ada di rumah?" Gadis yang sebelumnya akan tidur kembali langsung bangun begitu mendengar ucapan sang Bunda.

"Wah, sudah lama aku tidak bertemu dengannya," ucapnya sekaligus bangkit untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Sesaat sebelum pintu kamar mandi terkunci, dia mendengar bundanya berkata, "Turunlah setelah membersihkan diri, kita akan sarapan bersama."

—————

Suasana di Bandara Internasional Beijing masih sama seperti biasanya, ramai penumpang dan sanak kerabat yang menjemput atau mengantar keluarga.

Keadaan tidak biasa dialami oleh satu keluarga yang sedang berada di ruang tunggu bandara. Di sana terlihat seorang gadis bertopi yang sedang duduk dengan seorang lelaki paruh baya yang berjongkok di depannya, terlihat seperti sedang membujuk gadis bertopi itu.

"Xin-er, patuhlah pada eomma sebelum papa menjemput mu okai?" Gadis di depannya hanya mengangguk patuh mendengarkan sang ayah. Kegiatan tersebut diinterupsi oleh suara asisten sang ayah yang mengingatkan mereka bahwa sudah saatnya melakukan boarding.

Sebelum melewati gerbang keberangkatan, gadis tersebut memeluk sang ayah dan membuat suatu permintaan. "Segera jemput aku kembali." Kini giliran sang ibu yang berpamitan pada sang ayah.

"Jaga Xinyu selama kalian di Korea, aku akan menjemput kalian untuk kembali bersama." Ucapan sang ayah terdengar di telinga Zhou Xinyu, gadis itu semakin merendahkan topinya hingga menutup sebagian wajahnya untuk menyembunyikan dua manik yang kini berkaca-kaca menahan tangis.

Zhou Xinhan adalah salah satu pengusaha tekstil terkenal di Cina. Dirinya telah membuka banyak cabang pabrik tekstil di beberapa provinsi negara tirai bambu. Sayangnya, dua minggu yang lalu, di salah satu pabrik tekstil baru terjadi sebuah kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa. Keluarga korban tidak ingin melakukan upaya mediasi dan menuntut Zhou Xinhan agar dipenjara. Beberapa tindakan ekstrem juga dilakukan oleh keluarga korban seperti mendatangi kediaman keluarga Zhou dan mencoba mencelakai istri dan anaknya.

Demi menjaga Nyonya Zhou dan Zhou Xinyu dari ancaman orang-orang, asisten Tuan Zhou menyarankan untuk mengirim kedua orang tersebut ke negara asal Nyonya Zhou, Korea Selatan. Di sinilah mereka sekarang, mengantar dua anggota keluarga Zhou menuju Korea. Sedangkan mereka akan berusaha menyelesaikan masalah yang ada sekarang.

   

The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang