06.

132 18 0
                                    

Xinyu menempati kamar sepupunya, Lee Jiwoo. Hal ini karena kamar tamu milik keluarga lee hanya memiliki ranjang kecil yang cukup menampung satu orang saja. Sehingga Lee Tae-Oh meminta sang putri untuk berbagi kamar dengan Xinyu. Adiknya sendiri akan berada di kamar tamu.

Menjelang tengah malam, Xinyu terbangun karena merasa haus dan memutuskan mengambil minum di dapur seorang diri. Mendudukkan dirinya di ruang makan sembari minum air, telinganya mendengar suara mobil dari arah luar.

Melalui jendela, terlihat dua orang sedang memapah pemuda yang hampir kehilangan kesadaran. Kedua matanya membola saat melihat bahwa sepupunya, kakak dari Jiwoo lah yang sedang dipapah. Tanpa pikir panjang, Xinyu segera membuka pintu rumah untuk membantu.

Menggunakan bahasa Inggris akhirnya menjadi jalan pintas Xinyu saat dirinya tidak tau cara berbicara bahasa Korea. "Aku sepupu dari teman kalian, apa yang terjadi padanya?" Ucapnya pada dua orang yang ia duga sebagai teman sepupunya. Salah satu temen sepupunya sepertinya tau bahwa dirinya bukan dari Korea dan menjawab menggunakan bahasa Cina, "Dia mabuk dan hampir pingsan di club, sehingga kami pikir lebih baik membawanya pulang."

Sedikit kejutan muncul di mata Xinyu saat mendengar orang di depannya justru menjawab dari bahasa Cina. "Aku tau kau orang Cina, wajah mu terlihat sangat oriental." Ucap lagi orang tersebut dan sekarang justru memberikan salah satu lengan sepupunya untuk dipapah kepadanya. "Karena sudah ada kau, maka aku serahkan dia padamu, huh merepotkan saja."

"Hao de, terima kasih sudah mengantarkannya." Akhir Xinyu kepada dua teman sang sepupu sebelum dengan sedikit kesusahan memapah sepupunya. Dua orang tersebut akhirnya pergi.

Xinyu membawa sang sepupu ke kamar yang terletak di sebelah kamar Jiwoo. Tapi sesuatu yang tidak terduga saat sang sepupu, Lee Jeno membuka kedua matanya. Xinyu terjatuh ke atas kasur ketika tiba-tiba saja Jeno menciumnya dengan kasar. Xinyu memberontak sekuat tenaga saat menyadari bahwa Jeno semakin memaksa masuk lidahnya melalui ciuman kasar itu.

Menyadari perempuan di bawahnya tidak berniat memberi akses dan memberontak, Jeno dengan berani menggerakkan pada salah satu payudara Xinyu dari luar pakaian. Xinyu meronta dalam kungkungan itu, tidak habis cara, kakinya menendang tubuh Jeno hingga tersungkur dan menghasilkan suara kerasa saat salah satu benda di nakas terjatuh.

Jiwoo yang terbangun di tengah tidurnya, bingung karena tidak menemukan Xinyu di sebelahnya. Dirinya lalu melangkah ke dapur untuk mengambil minum, kegiatannya sedikit terhenti saat mendengar suara keras dari kamar sang kakak. Dilangkahkan kakinya menuju ruangan itu dan betapa terkejutnya saat ia melihat sang kakak mencoba melecehkan Xinyu.

Gelas berisi air yang sebelumnya digenggam berakhir pecah mengikuti keterkejutannya, dan disusul sebuah teriakan, "Jeno oppa!"

Tanpa sadar, teriakan Jiwoo membangunkan seisi rumah. Ayah dan Ibunya segera datang disusul Lee Ji-Ah, "Xin-er!" Kagetnya saat melihat keadaan Xinyu yang bisa dibilang tidak baik, rambut berantakan, bibir bengkak, dan baju compang camping.

Seakan diberi pertolongan, Xinyu sekali lagi menendang Jeno hingga kungkungan nya terlepas sepenuhnya. Xinyu segera menghampiri sang ibu dan menangis dengan histeris.

"Eomma, dia d-ddia," tidak sanggup rasanya Xinyu melanjutkan. Dirinya hanya menangis di pelukan sang ibu dengan badan bergetar.

Lee Ji-Ah tidak bisa lagi diam, di depan matanya sendiri, keponakannya sendiri melecehkan sang putri. "Lee Jeno, sebaiknya kau memberikan penjelasan paling masuk akal kepada bibi!"

"Penjelasan apa yang kau inginkan? Bukankah sudah jelas bahwa putri mu itu yang merayu putra ku?" Adik iparnya yang sejak awal tidak berbicara, tiba-tiba menginterupsi Ji-Ah.

Ji-Ah tidak akan percaya putrinya akan melakukan hal seperti itu, bukti di depannya sudah menjelaskan segalanya tentang apa yang terjadi malam ini. "Sebagai kepala keluarga, kau hanya diam menghadapi ini Tae-Oh ah?"

"Sebenarnya aku bingung mengapa sepupu tidak ada di sampingku saat aku bangun, daebak ternyata dia mencoba merayu oppaku dan sekarang memfitnahnya." Jiwoo yang telah pulih dari keterkejutannya akhirnya membuka suara.

"Diamlah Lee Jiwoo, jangan menyela saat orang yang lebih tua berbicara!" Ucap Ji-Ah dengan nyalang.

"Aku tau kalian semua keberatan dengan keberadaan kami, aku mendengar semuanya. Melihat sikap adik iparku, sikapmu, dan Jiwoo, aku tidak bodoh Tae-Oh. Tapi melecehkan putriku? Bukankah kalian keterlaluan?!" Amarah Ji-Ah sepertinya sudah diambang batas.

"Silahkan renungkan kesalahan putra mu dan ambil keputusan, atau lupakan bahwa kita memiliki hubungan keluarga." Tambahnya.

"Ayo Xinyu, kita harus pergi dari kandang harimau ini." Final Ji-Ah dan membawa kembali barang-barang yang masih tersusun rapi di kopernya dan koper sang putri.

"Seharusnya kau berterima kasih sudah kami tampung di rumah ini, tapi putrimu justru berbuat hal seperti itu kepada putraku." Istri Lee Tae-Oh membalas ucapan kakak iparnya tak kalah pedas.

Melihat sang adik hanya diam saja, Ji-Ah benar-benar merasa kecewa. Dia berpikir, setidaknya sang adik masih memiliki rasa keadilan dan mau melaporkan anaknya kepada dinas perlindungan anak dan perempuan atas pelecehan yang dilakukan pada Xinyu. Nyatanya sang adik lebih memilih melindungi Jeno dan mengakhiri hubungan antar keduanya.

Masih menenangkan sang putri, Lee Ji-Ah membawa barang-barang mereka dan meninggalkan rumah keluarga Lee. Cukup lama mereka berjalan kaki sebelum mendapatkan taksi dan menuju ke salah satu penginapan di kota Seoul. Bersyukur lah bahwa dirinya masih memiliki tabungan untuk menyewa tempat.

The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang