09.

136 20 1
                                    

Chaehyun berjalan dengan sesuatu yang sepertinya mengganggu pikirannya. Benaknya masih melayang memikirkan pasien tadi, bukan haknya untuk mengetahui apa yang terjadi, tapi rasa penasaran masih saja terbesit di pikirannya.

Sampai di departemen Ginekologi, dirinya langsung masuk ke ruangan sang ibu tanpa mengetuk pintu. Jam istirahat makan siang, jadi dapat dipastikan tidak ada pasien di ruangan itu. Tapi sepertinya takdir tidak berpihak padanya, lagi.

Melihat pintu terbuka dari luar, tiga pasang mata langsung mengarah pada Chaehyun, tidak perlu menghitung pasien yang sedang diperiksa sang ibu. "Aishh jinjja, ada apa dengan hari ini? Hilang ke mana semua perawat yang biasanya berjaga?" Rutuknya pada diri sendiri.

"Joesonghabnida," ucapnya sambil membungkuk kepada semua orang di ruangan dan buru-buru melangkah keluar.

Melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya, sudah 15 menit pasien sang ibu belum juga keluar, padahal dirinya sudah sangat lapar. Tidak sampai lima menit, pintu ruangan kembali terbuka menampilkan dua orang dokter yang merupakan orang tuanya dan dua orang lainnya.

"Terima kasih unnie, kami mampir karena Jiyeon unnie berkata perutnya tidak nyaman saat perjalanan, kami akan ke rumah Seola unnie sekarang." Ucap salah wanita tinggi pada sang ibu.

Setelah mengantar pasangan itu, sang ibu lalu menatap sang putri. Orang yang ditatap juga menyadari hal itu dan berkata, "Jinjjayo, hal itu tidak sengaja, aku tidak tau ibu sedang ada pasien."

"Baiklah, tapi biasakan mengetuk pintu dahulu di mana pun itu, kajja kita makan siang, ibu sudah sangat lapar." Ucap sang Ibu.

Setelah selesai makan siang, keluarga tiga orang itu memutuskan untuk pulang ke rumah. Dalam perjalanan, sang ibu, Lee Luda yang berada di kursi penumpang depan membuka pembicaraan.

"Kau sudah mengosongkan jadwal mu minggu depan, Dawonie?" Tanyanya pada sang istri yang sedang menyetir, yang hanya dijawab deheman.

"Gongjung-nim, kau ingin ikut ke pesta ulang tahun bibi Jiyeon? Akan diadakan minggu depan." Giliran Luda yang bertanya pada Chaehyun.

Chaehyun sedari tadi tidak memperhatikan isi pembicaraan orang tuanya, matanya menatap luar saat pikirannya kembali memikirkan pasien dokter Kim. Dirinya bertanya-tanya, apakah dia sudah sadar dari efek obat penenang? Sesaat setelahnya dia memperhatikan sebuah taxi yang sedang berhenti di samping mobil yang ditumpanginya, Chaehyun melihatnya, pasien dokter Kim, ada di dalam taxi itu. Seberkas senyum kemudian muncul di bibirnya.

"Gongjung-nim?" tanya Luda mengagetkannya.

"Ahh ne, apa tadi? Ulang tahun siapa?"

"Bibi Jiyeon, orang yang datang memeriksakan kandungannya tadi." Jelas sang ibu.

"Bibi Jiyeon? Siapa? Aku bertemu dengannya hari ini?" Chaehyun sedikit mengernyitkan alisnya, bingung.

Mendengar jawaban sang putri, Luda langsung menatap sang istri, Nam Dawon, yang pastinya turut mendengar. Usapan lembut untuk memenangkan diberikan Dawon pada lengan sang istri.

Sampai di kawasan elit perumahan di pusat kota, Chaehyun langsung berlari masuk ke dalam rumah meninggal kedua orang tuanya. "Apa dokter memberi tau mu terkait perkembangan Chaehyun?" Pertanyaan terlontar dari Luda, yang diajak berbicara menjawab, "Jisoo unnie berkata bahwa trauma waktu itu mempengaruhi psikologis Chaehyun, sehingga memang dia akan melupakan kejadian yang terjadi di sekitarnya. Jangan khawatir, kita akan terus mendampinginya, Luda-ya."

——————————

Beralih pada keluarga Kim Seola dan Park Soobin. Sohyun tengah bersantai di ruang tamu setelah bertukar kata dengan Sunghoon melalui telepon. Dirinya mendudukan diri dengan memangku sekotak ice cream yang ternyata dibelikan Sunghoon di toko langganan mereka sebelum sang kembaran kembali ke dorm agensi. Satu suap dua suap dilakukan Sohyun sembari menggulirkan layar hp, mencari berita terbaru dan sesekali membalas pesan dari teman-temannya.

Bel rumah berbunyi, menaruh kotak es krim di atas meja, Sohyun berjalan cepat menuju pintu. Keluarganya memang tidak memperkerjakan pembantu, Soobin beranggapan dengan adanya pembantu hubungan dengan anak-anak akan semakin renggang, urusan kebersihan rumah sendiri diserahkan kepada jasa pembersihan yang akan datang dua kali dalam seminggu, sisanya akan dilakukan sendiri oleh Soobin dan Seola.

"Tante Eunseo!!" Kaget Sohyun melihat siapa yang ada membunyikan bel rumah. Segera dipeluknya orang tersebut bahkan sedikit membuatnya terhuyung. Orang yang dipeluk sudah pasrah, sudah mengharapkan hal ini terjadi, dengan sedikit mengangkat mengangkat sang keponakan, Eunseo balas memeluk Sohyun tak kalah erat. "Keadaan mu baik-baik saja?"

Setelah melepas pelukan itu, Sohyun menjawab dengan cepat pertanyaan itu, "Baik-baik saja, sedikit bosan di rumah, tapi tidak akan lama karena sebentar lagi sudah selesai liburan. Harusnya aku mengiyakan ajakan tante saat mengajak ku liburan ke Cina."

Kedua keluarga itu memang dekat, mengingat Kim Jiyeon, istri dari Son Eunseo adalah adik kandung dari Kim Hyunjung, eomma Sohyun. Bahkan sejak perubahan sikap Seola, Sohyun merasa lebih nyaman bercerita kepada Eunseo daripada kepada keluarganya sendiri. Setelah menyapa Jiyeon, Sohyun mempersilahkan keduanya masuk, dirinya lalu pamit sebentar untuk memanggil sang bunda.

"Bunda, ada tante Jiyeon dan tante Eunseo di ruang tamu." Ujarnya saat sudah sampai di kamar kedua orang tuanya. Soobin yang sedang membereskan beberapa barang terlihat menghentikan aktivitasnya. "Panggilkan eomma mu, dia ada di ruang kerja."

"Shiro, bunda saja yang panggil, aku akan membuat minuman." Tolak Sohyun, dirinya hanya malas berinteraksi dengan sang eomma.

"Arasseo, cepatlah ke dapur." Soobin hanya geleng-geleng melihat betapa keras kepalanya sang putri.

Setelah membuat jus jeruk, Sohyun segera membawanya ke ruang tamu, ternyata di sana sudah ada kedua orang tuanya yang sedang berbincang dengan Eunseo dan Jiyeon.

"Ya, kami hanya mengundang beberapa kerabat Eunseo dan teman saja unnie, jadi tolong luangkan waktumu untuk adik cantik mu ini okayy." Bujuk Jiyeon pada Seola karena tau betapa sibuknya sang kakak jika sudah menyentuh pekerjaan, apalagi saat sudah ada di studio rekaman.

"Tentu saja, kami akan datang nanti dengan Sohyun. Sedangkan untuk Sunghoon, Seola akan berusaha membujuk perwakilan agensi, kesempatan berharga untuk bertemu kerabat dan teman harus dimanfaatkan dengan baik." Kali ini bukan Seola yang menjawab, tapi Soobin. Dia berfikir, melalui pertemuan ini, dirinya bisa memperbaiki hubungan antara Seola dan sang putri, Sohyun.

"Baik, sudah diputuskan kalau begitu. Jangan mengingkari ucapan kalian."

"Arasseo, akan kakak usahakan. Sekarang beritahu unnie, mengapa kau kurus sekali?" Seola yang berada di samping sang adik memeriksa dengan hati-hati. Eunseo yang mendengar Seola berkata, "Kurus darimananya unnie, bulan ini bahkan berat badannya naik."

Jiyeon yang tidak terima lantas bersungut, "Ya! Siapa yang menyuruhku makan setiap makanan yang kau hidangkan? Sekarang kau mengeluh berat badanku naik?"

Sohyun yang sejak tadi duduk di samping sang bunda hanya menyimak perdebatan pasangan tersebut, terdengar lucu baginya. Saat keduanya berpamitan untuk pulang, Sohyun menawarkan diri, "Bolehkah aku ikut? Aku bosan di rumah."

Seola yang mendengar hal tersebut langsung melarangnya dengan dalih akan merepotkan mereka, tapi disela oleh Jiyeon. "Merepotkan apa? Aku senang dengan tambahan orang di rumah, Juhyeon juga akan senang jika sepupunya datang. Kalian bisa menjemputnya setelah pesta minggu depan."

Suasana hati Sohyun yang sebelumnya dibuat turun oleh Seola kembali diangkat oleh Jiyeon, senyum manis terlihat di bibirnya.

Setidaknya dia tidak akan bertemu Seola seminggu ini, pikirnya.

The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang