04.

142 19 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya Xinyu dan Ibunya sampai di kediaman sang paman. Rumah yang tergolong tidak kecil ini berada di pinggiran kota Seoul. Pada plakat depan rumah tertulis LEE, yang menandakan bahwa keluarga Lee lah yang menempati rumah ini.

Suara barang-barang yang sedang diturunkan sepertinya sedikit mengusik pemilik rumah. Seorang gadis dengan kuncir kuda bergegas membuka pintu gerbang untuk mengecek bising-bising apa yang cukup mengganggu di malam hari.

"Omo omo, bibi Ji-Ah." Kagetnya saat melihat Xinyu dan Lee Ji-Ah, sang bibi.

"Jiwoo-ya, kau sedang dewasa sekarang, bagaimana kabarmu?" Tanya Lee Ji-Ah pada sang keponakan, Lee Jiwoo.

"Aku baik, bagaimana kabar kalian? Oh tunggu sebentar akan aku panggilkan Appa." Jiwoo balas menjawab dengan sedikit canggung karena sudah lama tidak bertukar kabar dengan kakak sang Ayah. Lee Jiwoo lalu melenggang masuk kembali ke dalam rumahnya.

Setelah membayar taksi dan berterima kasih kepada sang pengemudi, Ibu Xinyu mengajak putrinya untuk membawa barang-barang mereka ke dalam rumah sang adik. Sebelum mencapai pintu, Xinyu dan Ibunya bisa mendengar beberapa orang yang sepertinya sedang berdebat.

Ya, mengapa kakak ipar tiba-tiba datang kesini? Jika keadaan mereka seperti tahun-tahun sebelumnya aku akan sangat senang menyambut mereka, tapi lihatlah sekarang! Mereka akan menjadi beban bagi kami jika tinggal disini.” Suara dari istri sang adik terdengar dari luar rumah, seakan mencoba agar didengar oleh orang-orang di luar.

Yeobo, pelan kan suaramu. Aku juga kesal akan kedatangan mereka, tapi bersikaplah seolah menyambut mereka walaupun hanya sedikit. Kita akan memikirkan cara agar mereka bisa segera pergi dari sini, sehingga tetangga tidak akan mengcap kita sebagai saudara yang tidak kenal ampun.” Lee Tae-Oh, paman dari Zhou Xinyu berucap dengan sedikit memelankan suaranya namun masih terdengar oleh dua orang.

Appa, bibi dan sepupu masih menunggu di luar.” Suara Jiwoo sedikit menginterupsi perdebatan itu, dirinya juga tidak senang dengan kedatangan dua orang yang tidak sangka-sangka itu. Hanya ada sedikit kamar di rumah ini, jika ketambahan orang tentunya dirinya harus berbagi kamar dengan sang sepupu.

Dua orang yang menjadi topik pembicaraan seketika menghentikan langka kakinya, berat rasanya untuk melangkah lebih jauh setelah mengetahui kerabat dekat yang seharusnya bisa mereka mintai tolong justru bersikap demikian. Nyonya Zhou menggenggam tangan Xinyu dengan erat, berharap sang putri tidak paham akan kata-kata yang diobrolkan oleh keluarga sang paman karena memang saat masih berada di Cina, Ji-Ah sering berkomunikasi menggunakan bahasa Korea untuk mencegah dirinya yang lupa akan bahasa ibu.

Tak lama keluar tiga orang dari pintu rumah, “Oh Noona, mengapa tidak meneleponku bahwa dirimu sudah di Korea, aku bisa menjemput mu dari bandara.” Ucap sang adik, Tae-Oh.

“Tidak apa. Aku tidak suka merepotkan mu.” Ucap ibu Xinyu. “Xinyu, beri salam kepada paman dan bibi mu,” lanjutnya.

Shi eomma, annyeonghaseo paman dan bibi.” Salam Xinyu kepada sang paman dan bibinya dengan aksen yang sangat asing karena dirinya di rumah selalu mendengar eomma dan papanya saling mengobrol, tapi tidak pernah dirinya berbicara dalam bahasa Korea.

“Kau sudah sangat besar sekarang, lihatlah betapa tinggi dan cantiknya dirimu sekarang,” puji sang paman entah tulus atau tidak. Xinyu yang mendengar hanya menatap sang eomma tanda bahwa dirinya tidak mengerti apa yang diutarakan pamannya ini. Nyonya Zhou yang mengerti lantas memberi tau Xinyu dalam bahasa Cina yang begitu fasih, “Paman memuji mu, ucapkan terima kasih.”

Kamsahamnida.” Ucap Xinyu dengan senyum menghias wajahnya.

Noona mari masuk, Jiwoo bantu Appa mengangkat barang-barang bibi dan sepupu mu.”

Dengan raut muka yang ditekuk, Jiwoo terpaksa menuruti sang ayah. Sang ibu sejak tadi diam saja, tidak menyapa atau mengatakan satu kata pun dan langsung melenggang masuk tanpa mencoba memperdulikan senyum iparnya yang hilang melihat sikapnya.

Lee Ji-Ah tau dan paham. Meskipun sudah bertahun-tahun tinggal di Cina, dia tidak lupa akan bahasa Korea, dirinya mengerti apa yang dibicarakan oleh keluarga sang adik sesaat sebelum mereka keluar dari rumah tadi. Jika bisa Ji-Ah tidak ingin menjadi beban bagi sang adik tetapi keadaannya tidak memungkinkan untuk saat ini.

Dulu memang keluarganya bisa dibilang kaya, tapi tidak setelah kejadian yang menimpa mereka sekarang. Operasional pabrik yang berhenti karena proses pengadilan yang belum mencapai hasil akhir membuat Zhou Xinhan tetap harus membayar gaji karyawan-karyawannya menggunakan uang pribadinya sendiri. Hal ini dilakukan karena ia tidak tega melihat anggota keluarga karyawan pabrik mereka hidup tanpa uang. Dirinya juga merasa bahwa dirinya turut ambil bagian dari penyebab diberhentikannya operasional pabrik.

Itulah yang menjadi pertimbangan Nyonya Zhou untuk tidak tinggal di hotel dan memilih untuk menetap di rumah sang adik.

The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang